jpnn.com, JAKARTA - Studi Global Burden of Disease 2017 memperkirakan bahwa sakit punggung bawah (lumbago), masuk dalam 10 penyakit teratas di dunia, dan penyebab utama terbatasnya aktivitas.
Sakit punggung bawah (lumbago) memengaruhi orang-orang dari segala usia, dari anak-anak hingga orang tua, dan itu jadi alasan yang sangat sering pergi ke petugas medis.
BACA JUGA: Kasus Pembunuhan Hendrik: Mengejutkan, Ternyata Carolina Tidak Sakit
Tingkat prevalensi untuk anak-anak dan remaja lebih rendah, daripada yang terlihat pada orang dewasa.
Herniasi diskus pinggang atau biasa dikenal dengan "saraf terjepit", adalah salah satu penyebab paling umum dari nyeri punggung bawah atau pinggang (lumbago), yang berhubungan dengan nyeri kaki.
BACA JUGA: Sakit Pinggang Tak Halangi Gregoria Mariska ke 8 Besar
Saat ini, sakit punggung bawah (lumbago) diobati terutama dengan analgesik, juga perawatan alternatif termasuk terapi fisik, rehabilitasi, dan manipulasi tulang belakang.
Operasi diskus tetap menjadi pilihan terakhir ketika semua strategi lain gagal, tetapi hasilnya belum mengembirakan.
BACA JUGA: Sakit Pinggang, Aaron Ramsey Absen Bela Wales Lawan Slowakia
Perawatan bedah yang umum untuk sakit pinggang (lumbago) dan linu panggul refrakter (refractory sciatica), yang disebabkan oleh herniasi diskus lumbar, adalah disektomi.
Prosedur invasif minimal, termasuk terapi perkutan dengan anestesi lokal, semakin mendapat perhatian baru-baru ini di Indonesia.
Salah satu perawatan itu ialah Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD) atau disebut "perawatan laser".
Selama prosedur, energi laser ditujukan ke nucleus pulposus melalui kabel serat. Kabel serat dimasukkan melalui jarum tipis, melalui pendekatan perkutan posterolateral dengan anestesi lokal.
Penyerapan energi laser yang ditembakkan menyebabkan penguapan kadar air nucleus pulposus, dengan kombinasi perubahan struktur proteinnya.
Pengurangan volume selanjutnya menyebabkan penurunan yang tidak proporsional, dalam tekanan intradiscal dan meringankan akar saraf.
“PLDD adalah perawatan yang menarik karena sifatnya yang invasif minimal, dan oleh karena itu dianggap mengurangi risiko kerusakan struktural pada otot, tulang, ligamen, dan saraf,” kata Dr Yasuyuki Nonaka, pendiri klinik Lumbago International Jepang yang bertempat di Osaka, Jepang.
Selain itu, Dr Yasuyuki, juga menjalankan pengobatan DST (Discseel ™), yakni metode perbaikan tulang belakang yang dikembangkan oleh ahli bedah asal Texas, AS, Dr Kevin Pauza.
Metode tersebut menitikberatkan pada metode minimal invasif terkait perawatan tulang belakang, dengan menyuntikkan Fibrin biologis melalui jarum 0,8mm untuk memperbaiki diskus rusak.
International Lumbago Clinic milik Dr Nonaka juga menjadi rumah sakit, yang memfokuskan perawatan dengan metode minimal invasif terkait perawatan tulang belakang.
Berbagai metode invasif minimal diperkenalkan oleh lembaga ini, menjadi satu-satunya dan yang pertama di Asia dan di dunia, di luar AS di mana DST (Discseel ™ Procedure) dilaksanakan.
Pengobatan DST (Discseel ™) diyakini sebagai satu-satunya prosedur tulang belakang regeneratif.
Di mana benar-benar dapat menutup dan menyembuhkan, dinding diskus tulang belakang yang sobek yang tidak bisa dilakukan oleh metode PLDD.
Prosedur Discseel® (DST) diyakini mampu menjawab beberapa kelemahan dari metode PLDD, atau perawatan dengan menembakkan laser ini.
Perawatan DST (Discseel™) diyakini sebagai satu-satunya prosedur tulang belakang regeneratif, yang benar-benar dapat menutup dan menyembuhkan dinding diskus tulang belakang yang sobek.
“Prosedur ini dijalankan dengan menyuntik Fibrin biologis melalui jarum 0,8mm, untuk memperbaiki diskus rusak. Ini memungkinkan tubuh seseorang mengganti sel yang rusak dengan sel-sel baru,” kata Dr Yasuyuki Nonaka.
Saat ini, tidak ada rumah sakit di Indonesia yang menyediakan perawatan revolusioner ini, tetapi ada kabar baiknya.
Menurut situs resmi Discseel™, satu-satunya klinik di dunia di luar AS di mana DST (Discseel™ Procedure) tersedia, yang dikenal sebagai International Lumbago Clinic, yang lokasinya lebih dekat dari Indonesia, yaitu di Kota Osaka, Jepang.
Klinik ini memiliki departemen wisata medis yang menyediakan terjemahan di tempat, dan menangani semua dokumen dalam bahasa asing (Inggris, Mandarin, Rusia), seperti menyelesaikan klaim asuransi. (rdo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha