Metode Sel Dendritik Vaksin Nusantara Berguna Buat Peneliti Prancis

Senin, 04 Juli 2022 – 19:55 WIB
Hasil pemindaian elektromikrograf sel T H9 yang terinfeksi HIV. Foto: NIAID. Lisensi: CC BY 2.0/diambil dari rfi.fr

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah meneliti dan mengembangkan vaksin berbasis sel dendritik dan kemudian hasilnya lebih dikenal dengan nama Vaksin Nusantara. 

Sel dendritik adalah antigen presenting cell (APC) terkuat di tubuh manusia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh.

BACA JUGA: Mantap! Vaksin Nusantara Masuk Jurnal Internasional, Terawan Ucapkan Syukur

Vaksin Nusantara terbukti menyembuhkan berbagai macam penyakit akibat inflamasi setelah Covid-19, seperti yang dialami Vanessa, gadis cilik yang terkena autoimun.

Ada juga Yeferi Sutanto yang bisa berjalan kembali tanpa bantuan tongkat, dan kasus lainnya yang sembuh seusai mendapat Vaksin Nusantara.

BACA JUGA: Terawan Dipecat Karena Vaksin Nusantara, Uni Irma Curiga dengan IDI

Di Prancis, para peneliti di sebuah institut riset vaksin menyelesaikan eksperimen untuk mengobati HIV/AIDS dengan berbasis sel dendritik.

Menurut laporan rfi.fr, para peneliti di Prancis melakukan uji klinis pengobatan HIV/AIDS dengan basis sel dentritik beberapa minggu lalu.

BACA JUGA: Pengakuan Pasien RSPAD Tentang Terawan Agus Putranto

Proses uji klinis itu berhasil dengan meluncurkan vaksin langsung ke sel-sel yang menghasilkan antibodi yang kemudian menempel pada fragmen-fragmen HIV. 

“Kami menargetkan sel-sel yang baik, kemudian mengincar potongan-potongan virus, dalam hal ini HIV yang memungkinkan masuk ke dalam tubuh," kata direktur proyek penelitian tersebut Profesor Yves Levy. 

"Selanjutnya kami merangsang sel dendritik, oleh karena itu kekebalan. Akhirnya, karena kami telah menargetkan elemen yang baik dari sel yang baik, kami tidak membutuhkan vaksin dalam jumlah besar," imbuhnya.

Pada kasus infeksi HIV, sel dendritik sangat penting karena memengaruhi penularan virus dan dapat membantu memodulasi respons antivirus.

Institut Riset Vaksin Prancis menyebutkan ada tiga tahap uji klinis sebelum vaksin tersebut dikomersialisasikan. 

Tahap pertama dimulai dengan melihat apakah vaksin dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh sukarelawan dan menghasilkan kekebalan.

Pihak laboratorium mengajak para sukarelawan dalam penelitian yang bermitra dengan Lembaga Nasional Prancis untuk riset AIDS (ANRS) serta Lembaga Riset Kesehatan dan Medis Nasional Prancis.

Mereka mencari 72 orang untuk menguji vaksin kandidat. Para peneliti juga mempersiapkan vaksin untuk varian Covid-19 dengan dengan model penelitian yang sama.
 
Antibodi yang diberi bahan dari varian Covid-19 dari Afrika Selatan dan varian Inggris diluncurkan di sel-sel dendritik untuk merangsang respons imun.

Upaya terakhir untuk vaksin pencegahan HIV dilakukan sejak 2009. "Namun, khasiatnya hanya 30 persen," kata Profesor Levy.

Dalam laporan itu disebutkan, butuh waktu bertahun-tahun bagi seseorang yang terkena HIV sebelum melemahkan sistem kekebalan dan hingga saat ini belum ada obat yang efektif.

Di Prancis, sekitar 170.000 orang terinfeksi HIV. Sekitar 25.000 diperkirakan tidak menyadari mereka membawa virus dan terus menyebarkan epidemi. Sekitar 6.200 kasus baru ditemukan per tahun.

Perawatan obat antiretrovirus turut memperlambat perkembangan HIV dan telah menjadi pengubah permainan dalam memerangi HIV/AIDS.

Para ilmuwan berharap berbagai upaya untuk mencegah akan membantu mengobati HIV. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler