Mewaspadai Cuaca Ekstrem, Kementan Siapkan Sejumlah Strategi

Senin, 25 Januari 2021 – 18:11 WIB
Ilustrasi pertanian. Foto: dari Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan sejumlah strategi mengantisipasi cuaca ekstrem agar sektor pertanian tetap terjaga.

Strategi itu antara lain percepatan musim tanam dan menyamakan validasi cuaca dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang sudah dirancang dan dijalankan sejak 2020.

BACA JUGA: Peringatan Dini BMKG soal Potensi Cuaca Ekstrem, Tolong Waspada!

“Selama ini, selalu masalah cuaca dan hama. Karena itu, kami lakukan pemetaan serta kerja sama dengan BMKG," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), Senin (25/1).

Dia menegaskan Kementan harus bergerak cepat demi agar berbagai komoditas pertanian selalu tersedia untuk ratusan juta penduduk Indonesia.

BACA JUGA: Bantu Pengairan di Lahat, Ditjen PSP Kementan Beri Bantuan Pompa

"Yang pasti kami terus bergerak cepat. Mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik dan bukan hanya beras yang terpenuhi, tetapi komoditas lain selalu tersedia," katanya.
Ia menambahkan keberhasilan Indonesia menjaga ketersediaan pangan pada 2020 adalah modal utama melakukan fokus kerja 2021 ini.

Karena itu, pendekatan kerja yang diambil harus berjalan efektif dan efisien.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Yasin Limpo Sudah Persiapkan Langkah Antisipasi Iklim Ekstrem

"Pertanian di tahun 2021 itu sudah kami rancang pada tahun 2020. Karea itu, kami hanya perlu melakukan intervensi agar produksi tahun depan berjalan dengan lancar serta sesuai dengan harapan. Insyaallah (persoalan) cuaca bisa kami kendalikan," kata Mentan SYL.

Tahun ini beberapa organisme pengganggu tanaman (OPT) diperkirakan meningkat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

OPT itu seperti tikus dan penggerek batang yang identik dengan musim kemarau.

Namun, tiga OPT lainnya (WBC, BLAS, dan BLB) juga tetap harus diwaspadai.

"Peringatan FAO (Badan Pangan Dunia) terhadap potensi kelangkaan pangan bukanlah karena faktor kekeringan (iklim), tetapi lebih ke food supply chain yang terganggu. Ini tidak boleh terjadi di negeri ini," kata Mentan SYL.

Dia menjelaskan ketersediaan beras hingga pertengahan 2021 dalam posisi aman, dan stok akhir Juni tahun ini akan berada di level 9,50 juta ton-10,50 juta ton.

Stok sebanyak itu dari produksi Januari-Juni 2021 sebanyak 18,50 juta ton.

Kemudian, ditambah stok awal Januari 2021 6 juta ton-7 juta ton, sedangkan konsumsi Januari-Juni 2021 hanya 15 juta ton.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan kementerian siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan atau kebanjiran dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.

"Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air. Pompa juga untuk menguras air yang menggenangi sawah akibat banjir," ujar Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy mencontohkan sejumlah daerah yang pernah dilakukan pipanisasi, seperti di Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal saat musim kemarau lalu.

Intinya, daerah-daerah yang terancam kekeringan atau kebanjiran akan dibantu dengan pompa dan pipa.

"Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya," ungkap Sarwo Edhy.

Kedua, Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage.

Program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air), kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan.

Ketiga, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan.

"Sumur bor ini dalamnya bisa mencapai 60 meter. Ini juga cukup membantu dalam mengatasi kekeringan," katanya.

Keempat, Kementan mengimbau petani ikut program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

Dengan asuransi ini, kalau ada lahan padinya mengalami kekeringan hingga 70 persen, maka akan mendapat ganti rugi Rp 6 juta per hektare per musim.

"Sehingga petani tidak perlu lagi was-was mengalami gagal panen karena kekeringan. Karena dari klaim bisa jadi modal menanam kembali," tambah Sarwo Edhy.

Selain itu, kegiatan yang sudah dan sedang dilakukan antara lain koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai setempat untuk melakukan gilir-giring air, memprioritaskan pengalokasian air pada lahan yang sudah mengalami kekeringan.

"Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian PUPR terkait percepatan perbaikan saluran irigasi utama yang mengalami kerusakan dan menggangu aliran air irigasi ke lahan sawah," katanya.

Kementan juga mengidentifikasi sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan dan menyalurkannya dengan pompa pada lahan sawah yang masih terdapat standing crop.

"Juga mendorong percepatan pelaksanaan fisik kegiatan irigasi pertanian untuk segera dimanfaatkan dalam mengantisipasi kekeringan antara lain jaringan irigasi tersier, embung pertanian dan irigasi perpipaan dan perpompaan," terang Sarwo Edhy. (eno/jpnn)

 

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler