Michael Theodric, Fotografer Cilik Peraih Young Travel Photographer of the Year 2012

Berkat Situ Bagendit, Karya Mike Dipamerkan di London

Senin, 24 Desember 2012 – 00:04 WIB
BERBAKAT: Michael Theodric bersama ayahnya, Eko Wibowo Putra, saat ditemui di kawasan Karawaci, Tangerang Selatan (15/12). Michael baru saja mendapat penghargaan Travel Photography of the Year 2012. Foto: Naufal Widi A.R/ Jawa Pos

Belajar otodidak dari sang ayah, Michael Theodric kini menjadi fotografer cilik "profesional". Karya fotonya sering mendapat penghargaan. Yang paling fenomenal, dia meraih Young Travel Photographer of the Year 2012.
 
 NAUFAL WIDI A.R., Jakarta
 
JARUM jam hampir menunjuk pukul 9 malam pada hari keempat Desember saat sebuah surat elektronik (e-mail) masuk di akunnya. Sejenak, Michael Theodric membacanya dengan seksama. Begitu tahu maknanya, wajahnya langsung berubah girang bukan kepalang.
 
Ya, e-mail dari panitia kompetisi yang bermarkas di London, Inggris, tersebut mengabarkan bahwa foto karya Mike -panggilan Michael Theodric- menjadi yang terbaik: Young Travel Photographer of the Year 2012 untuk kategori peserta di bawah 14 tahun. Para juri juga menilai Mike sebagai fotografer cilik berbakat dan potensial.
 
"Saya langsung lari-lari sambil teriak gembira di ruang tamu. Seru deh pokoknya," ujar bocah 11 tahun itu ketika ditemui Jawa Pos di Benton Junction, Karawaci, Tangerang, akhir pekan lalu (15/12).
 
Dalam kontes yang diikuti ribuan karya fotografer dari berbagai negara tersebut, empat karya Mike menjadi yang terbaik untuk kelompok usia di bawah 14 tahun. Empat foto itu berjudul Situ Bagendit, Bongkar Rungkun, Fisherman, dan Raftman. Foto-foto tersebut mengalahkan hasil jepretan Rebecca Deckmyn, 13, asal Belgia yang harus puas menjadi runner-up.
 
Keempat foto Mike bercerita tentang Situ Bagendit di Garut, Jawa Barat. Foto itu merekam kehidupan sehari-hari nelayan di sana. "Sesuai dengan temanya, places and faces," kata Eko Wibowo Putra, sang ayah, yang mendampingi Mike.
 
Sebelum mengikuti lomba, Mike diajak ayahnya hunting foto di kawasan yang masih tampak asri dan orisinal tersebut. "Kami hunting bareng-bareng. Ramai-ramai. Ada EO (event organizer)-nya," tambah Eko yang juga penghobi berat fotografi.
 
Berkat prestasinya itu, Mike memperoleh piagam beserta hadiah kamera Fujifilm XP150 dan Adobe Lightroom 4 Software yang bakal dikirimkan selambatnya Februari 2013. Karya dia dan para pemenang lainnya juga akan dipamerkan di Royal Geographical Society, London, 12 Juli-18 Agustus 2013.
 
Prestasi yang diraih Mike pada pengujung tahun ini menambah panjang deretan penghargaan yang pernah dia rebut selama menggeluti hobi fotografi yang masih seumur jagung itu. Putra pasangan Eko Wibowo dan Ely Wijaya tersebut sebelumnya mendapat apresiasi sebagai highly commended pada Digital Camera World Young Photographer of the Year (2010), runner-up Atkins Young Photographer of the Year under-21 (2011), dan the honorable mention dalam ajang Salon Foto Indonesia XXXII Makassar (2011). Dia juga memperoleh the honorable mention pada PX3 Prix de la Photographie Paris serta runner-up Young Environmental Photographer of the Year (2012).
 
Belum lama ini, Mike juga meraih juara III Children"s Eyes on Earth, International Youth Photography Contest 2012. "Itu kira-kira sebulan sebelum dapat Travel Photographer of the Year ini," ungkap Eko, sang ayah, yang mendampingi Mike.
 
Menurut cerita Eko, anaknya bisa memotret lantaran sering diajak hunting foto. Dari situ, Mike yang saat itu berusia 8 tahun mulai ikut-ikutan memotret. Yang dijadikan objek adalah koleksi mainannya. "Awalnya memang lihat papa (memotret), lama-kelamaan jadi suka," ungkap Mike.
 
Selain otodidak, Mike belajar dari teman-teman ayahnya di Komunitas Fotografer Tangerang (KFT). Melihat perkembangan anaknya seperti itu, Eko pun mulai mengarahkan. Saat Mike berulang tahun ke-8, Eko membelikan kamera Canon 500D sebagai koleksi pertamanya. Sejak saat itu, Mike makin senang dengan dunia fotografi.
 
Tidak hanya saat hunting foto, siswa kelas VI BINUS International School Serpong itu juga mulai akrab dengan seluk-beluk kamera. "Yang susah kalau pakai lensa panjang (tele). Pegang beberapa menit saja sudah pegel. Berat, soalnya," ujar Mike seraya menyebut lensa tele 70-200 mm yang pernah dicobanya.
 
"Tapi, sekarang pakai tele sudah biasa. Nggak goyang lagi," imbuhnya.
 
Mike saat ini menyukai foto-foto landscape atau panorama. Meski diakui tidak bisa setiap saat menghasilkan foto-foto pemandangan itu. "Sebab, harus pergi satu dua hari. Itu yang agak jadi kendala. Tapi, hasilnya lebih bagus, lebih seru," ujar Mike.
 
Dia menuturkan, memotret landscape harus siap capek. Misalnya, harus bisa bangun pagi untuk mendapat momen cahaya matahari terbit. Tidur atau istirahat di mobil juga pernah dilakoni. "Capek, tapi hasil foto yang diperoleh lebih bagus," ungkap pengidola fotografer internasional Tyler Stableford itu.
 
Mike menceritakan pengalamannya hunting di Situ Gunung, Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu, rombongan harus berangkat tengah malam. Sampai di tujuan sudah subuh. Tak lama kemudian, mereka bisa mengabadikan Morning at Situ Gunung yang akhirnya dinobatkan menjadi juara III Children"s Eyes on Earth. "Puas rasanya dapat foto yang bagus."
 
Sejak 2011, Mike berganti kamera dari Canon 500D ke Canon EOS 7D. Namun, tidak jarang dia meminjam kamera Canon EOS 5D milik ayahnya. Untuk sehari-hari, dia tak pernah lupa membawa kamera Sony NEX-7 yang lebih ringan.
 
Mike yang bercita-cita menjadi fotografer profesional itu selalu aktif dalam kegiatan KFT, meski menjadi anggota paling kecil. Tidak hanya berburu foto, dia juga mengikuti workshop untuk menambah pengetahuan serta kemampuan dalam memotret. Tentu saja, pemahamannya tentang fotografi jadi lebih mumpuni dibanding kebanyakan anak-anak seusianya.
 
Eko mengakui, meski sudah menyenangi dunia orang dewasa, anaknya tetap anak-anak yang masih suka bermain-main. "Masih sama (seperti umumnya anak-anak, Red). Malah lebih gila mainnya," ujar Eko lantas tertawa.
 
Hanya, saat akan menjalankan hobinya memotret, Mike selalu menunjukkan sikap serius. "Kalau saya lihat dari situ saja, so far, dia serius, mau capek. Jepretannya juga bagus," kata Eko yang sehari-hari memiliki kesibukan dalam bidang perdagangan saham tersebut.
 
Dia menambahkan, meski men-support penuh, dirinya tidak mengarahkan Mike untuk mencari materi atau uang dari aktivitas memotretnya saat ini. Tapi, jika kelak Mike ingin menjadi fotografer profesional, itu urusan nanti.
 
"Sekarang kalau mau motret, ya motret saja. Kalau ada kompetisi, kirim saja. Tidak untuk mencari hadiahnya, tapi mencari pengalaman dan fun," ungkapnya. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler