jpnn.com - Perhatian besar pemerintahan Presiden Xi Jinping terhadap militer Tiongkok menuai reaksi Amerika Serikat (AS). Anggaran pertahanan yang besar dan dukungan pemerintah dalam program peremajaan senjata serta perkembangan teknologi militer membuat Washington waswas. Negeri Paman Sam pun melancarkan serangkaian diplomasi lunak agar bisa berteman dengan Beijing.
= = = = = =
BACA JUGA: Sidang 1.200 Pendukung Mursi
KAMIS lalu (20/3) Ibu Negara AS Michelle Obama tiba di Tiongkok. Dalam kunjungan kenegaraan pertamanya tanpa Presiden Barack Obama tersebut Michelle mengajak dua putri dan ibundanya. Menurut rencana, perempuan 50 tahun itu menghabiskan waktu selama sepekan di Negeri Panda tersebut. Tidak hanya beramah-tamah dengan Ibu Negara Tiongkok Peng Liyuan, dia juga berkeliling Beijing.
Sama-sama menjadi inspirasi di negara masing-masing, dua first lady negara maju itu bertemu dalam suasana yang menyenangkan Jumat lalu (21/3). Apalagi, Michelle dan Peng jarang bertemu dalam forum resmi atau internasional. Michelle beserta Malia dan Sasha serta Marian, ibundanya, menemui Peng dan Xi di Guesthouse Kenegaraan Diaoyutai.
BACA JUGA: Malaysia Minta Bantuan Amerika Cari Pesawat MH370
Selain Beijing, Michelle juga melawat dua kota lain di Tiongkok. Mengapresiasi generasi muda Tiongkok yang menuntut ilmu di AS, perempuan bernama asli Michelle LaVaughn Robinson itu berkunjung ke beberapa sekolah. Dia juga menyempatkan diri bertemu dengan rombongan mahasiswa AS yang tergabung dalam program pertukaran pelajar AS-Tiongkok.
“Michelle Obama suka memakai gaun tanpa lengan. Sedangkan Peng Liyuan lebih suka menutup tubuhnya dan menambahkan selendang sebagai aksesori,” ujar seorang presenter stasiun televisi Tiongkok, mengomentari penampilan dua istri presiden tersebut. Jumat lalu, dalam balutan busana sopan, Michelle dan Peng berkunjung ke Forbidden City. Mereka lantas berpose di depan gerbang Lapangan Tiananmen.
BACA JUGA: Tiongkok Temukan Objek Diduga MH370
Kunjungan Michelle kali ini kembali memantik isu gender di Tiongkok. Selama ini, kehadiran tokoh perempuan dalam panggung politik menjadi hal yang tabu. Sebab, masyarakat Tiongkok belum bisa melupakan revolusi budaya Jiang Qing, istri Mao Zedong. Menjadi pemimpin politik lewat revolusi, Jiang lantas membuat Tiongkok trauma menyaksikan peran perempuan dalam pemerintahan.
Tapi, Peng bukanlah Jiang. Dengan pesona dan kelembutannya, dia sukses menginspirasi kaum hawa Tiongkok. Dia juga mampu menghapus citra negatif perempuan, khususnya istri politikus, yang licik dan haus kekuasaan.
“Pada masa lampau peran para istri presiden Tiongkok cenderung tidak terlihat. Kini tampilnya istri presiden dalam berbagai acara publik memiliki nilai plus tersendiri,” kata Chen Yan, dosen ilmu sejarah di Fudan University.
Chen menyebut Peng sebagai bagian dari kebangkitan politik Tiongkok. Sebab, kini masyarakat bisa berkiblat pada istri Xi yang punya peran dalam pemerintahan tapi tidak haus kuasa itu. Kunjungan Michelle juga menegaskan lagi peran positif istri presiden dalam pemerintahan.
Mengusung mandat diplomatik, Michelle pun berusaha menebarkan pesona AS sebagai negeri demokratis yang hangat. Jumat lalu dia menyempatkan diri bermain pingpong dan mengikuti kelas kaligrafi di Tiongkok. Kepada media, ibu dua putri itu menegaskan bahwa kunjungannya tidak bermuatan politik. Tujuan kunjungannya pun, menurut dia, pemberdayaan generasi muda melalui sektor pendidikan dan budaya.
“Kami sempat bertemu dengan pelajar-pelajar Tiongkok dan saya sempat menjajal kemampuan tangan saya dalam olahraga pingpong, ternyata tidak terlalu bagus,” kata Michelle tentang turnya bersama Peng. Dia juga menyebut lawatan ke Forbidden City sebagai pengalaman paling menyenangkan sepanjang hidupnya.
Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional AS untuk urusan komunikasi, menyebut lawatan Michelle ke Tiongkok pekan ini sebagai kunjungan penting. Apalagi, kunjungan itu dilakukan di tengah tegangnya hubungan AS dan Tiongkok soal isu militer serta keamanan regional. “Kunjungan tersebut menegaskan bahwa hubungan AS dan Tiongkok tidak hanya sebatas pemimpin, tapi juga masyarakat,” paparnya.
Media Tiongkok pun memberikan komentar senada. "Peran unik para ibu negara merupakan bentuk pendekatan politik yang lembut dan demokratis. Tapi sekaligus menjadi bukti nyata akan betapa buruk dan kerasnya panggung politik," terang kantor berita Xinhua.
Sementara itu, Ruan Zongze yang menjabat wakil presiden China Institute of International Studies menyebut pertemuan Michelle dan Peng sebagai bukti bahwa Tiongkok sudah lebih terbuka. “Kini Tiongkok sudah jauh lebih terbuka dan mau membaur dengan dunia internasional,” paparnya seperti dilansir surat kabar China Daily.
Sesuai dengan skenario, kunjungan Michelle kali ini bakal diikuti Obama. Akhir pekan ini pemimpin 52 tahun tersebut bakal berkunjung ke Tiongkok. Dia akan berpidato tentang pendidikan di Peking University. Selain itu, presiden berdarah Kenya tersebut bakal mengunjungi Tembok Besar dan Kota Xi'an yang terkenal dengan prajurit terakotanya.
Dalam kunjungan tersebut Obama bakal bertemu dengan Xi. Dua pemimpin dunia itu dikabarkan akan bertukar pikiran tentang banyak hal. Termasuk membahas perekonomian dan militer Tiongkok yang menghiasi berbagai media karena pertumbuhannya yang pesat. Sebagai mitra sekaligus saingan, AS tentu tidak mau tinggal diam. Juga, Washington selalu mengandalkan diplomasi ketimbang konfrontasi. (AP/FinancialTimes/USAToday/SouthChinaMorningPost/hep/c11/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MH370 Ternyata Mengangkut Benda Mudah Terbakar
Redaktur : Tim Redaksi