Milenial Jangan Alergi dengan Partai Politik

Minggu, 13 Juni 2021 – 16:30 WIB
Dosen sosiologi Universitas Pancasila Retor Aquinaldo Wirabuanaputera Kaligis (kiri) pada ‘Talkshow & Musik Bung Karno Series’ Episode 12, Sabtu (12/6). Talkshow itu dipandu oleh aktivis nasionalis muda Aris Setiawan Yodi. Foto: Tangkapan layar video akun BKNP PDIP di YouTube.

jpnn.com, JAKARTA - Partai merupakan alat organisasi untuk meraih tujuan. Dalam hal ini, tujuan memiliki arti kekuasaan untuk mencapai cita-cita kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat.

Jika dibandingkan dengan jenis organisasi lain yang bermunculan di era perjuangan merebut maupun di awal kemerdekaan, maka partai memiliki semangat lebih konkret dalam meraih tujuannya.

BACA JUGA: Inilah Konsep Hunian yang Diimpikan Bung Karno

Hal itu disampaikan Retor Aquinaldo Wirabuanaputera Kaligis pada ‘Talkshow & Musik Bung Karno Series’ Episode 12, Sabtu (12/6). Talkshow itu dipandu oleh aktivis nasionalis muda Aris Setiawan Yodi.

Retor dalam kesempatan itu menjelaskan dasar di balik konsep kepartaian Bung Karno membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan semangat nasionalis yang progresif radikal.

BACA JUGA: Jenderal Andika: Saya Kaget, Saya Tidak Tahu Mereka Membuat Ini

Doktor sosiologi Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan dasar kepartaian yang dipilih Bung Karno juga disesuaikan dengan konteks permasalahan bangsa saat itu.

“Konsep kepartaian Bung Karno saat itu sesuai dengan konteks permasalahan yang ada, yakni kemerdekaan bangsa sekaligus terbebas dari penindasan bangsa lain atau bangsa sendiri,” ungkap pria yang sehari-hari menjadi dosen sosiologi Universitas Pancasila ini.

BACA JUGA: Bung Karno dan Visi Besar Pendidikan Indonesia

Retor melanjutkan konsep Bung Karno tentang ‘staatpartij’ atau partai tunggal lebih ke arah mempersatukan bangsa, disesuaikan dengan konteks pada saat itu juga untuk memperjuangkan kemerdekaan dan membebaskan diri dari genggaman penjajahan.

“Bukan berbicara politik untuk kelompoknya atau ideologi, tetapi lebih mengarah pada pembahasan semangat bahu-membahu untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa," ungkap Retor. 

Dia menambahkan konsep PNI sebagai ‘staatpartij’ bukan berarti membawa pemerintahan ke arah otoriter, tetapi kembali disesuaikan permasalahan bangsa saat itu, yakni ketegasan Bung Karno dalam mengatasi pemberontakan di beberapa daerah.

“Konsep staatpartij’ Bung Karno untuk mempersatukan pandangan, menghilangkan perdebatan politik atau ideologi, dan juga bukan berarti ke arah otoriter. Gagasan itu lebih disesuaikan dengan konteks saat itu,” lanjut penulis buku ‘Marhaen dan Wong Cilik’ ini.

Dia menambahkan yang perlu dipahami oleh pemuda bahwa partai merupakan kekuatan dari masyarakat sipil. Bagian dari masyarakat untuk memperjuangkan hak daripada masyarakat agar tetap adil dan sejahtera.

“Karena itu, anak muda generasi milenial jangan takut dan alergi berbicara tentang partai. Bung Karno pun terbuka dengan adanya Dekrit Presiden untuk meredam perdebatan pandangan idelogi kepartaian,” kata dia.

Pria yang juga menjabat ketua Penelitian dan Penerbitan Institut Marhaen itu menegaskan partai adalah kekuatan masyarakat sipil untuk menjaga kekuasaan. "Kalau tidak ada partai, maka jatuhnya pasti ke kekuatan militer,” pungkas Retor AW Kaligis.

Program ‘Talkshow & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh.

Program itu dapat diikuti pula melalui kanal BKNP PDI Perjuangan di YouTube, BKNPusat di Instagram, dan Badan Kebudayaan Nasional Pusat di Facebook.

Video selengkapnya bisa disimak di https://youtu.be/YD97Vm-RPSs. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler