Militer Myanmar Makin Brutal, Kritik Pedas Ramos Horta Ditujukan kepada ASEAN

Kamis, 08 April 2021 – 23:59 WIB
Warga meletakkan kertas Joss pada peti mati, saat menghadiri pemakaman Khan Nyar Hein, mahasiswa kedokteran berusia 17 tahun yang tewas tertembak aparat keamanan yang melakukan tindakan keras pada unjuk rasa anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Selasa (16/3/2021). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/AWW/djo

jpnn.com - Sentralitas ASEAN (ASEAN Centrality) dan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dianggap akan menjadi klise jika para pemimpin tidak melawan perampas kekuasaan oleh militer di Myanmar.

Pandangan itu diungkapkan Penerima Nobel perdamaian 1996 Jose Ramos Horta dalam diskusi secara virtual bertajuk "Southeast Asian People-to-People Region Hall on the Political Crisis in Myanmar", Kamis.

BACA JUGA: Telur Paskah Jadi Simbol Perlawanan Rakyat terhadap Militer Myanmar

Sentralitas ASEAN dan Komunitas ASEAN akan menjadi klise belaka, tanpa substansi dan tujuan, jika para pemimpin mengkhianati harapan rakyat Myanmar yang berjuang dengan damai dan mempertaruhkan nyawa, kata dia.

Ramos Horta juga mengutuk keras perlakuan junta militer Myanmar terhadap penerima Nobel perdamaian 1991 Aung San Suu Kyi.

BACA JUGA: China Kembali Alami Lonjakan Kasus COVID-19, Ada Kaitannya dengan Myanmar

"Akui pemerintahan terpilih yang memenangkan Pemilu November lalu. Harus ada dialog untuk memulihkan pemerintah terpilih itu serta situasi di Myanmar," kata dia.

Sementara itu, pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dr. Dino Patti Djalal mengatakan masalah Myanmar merupakan tragedi Asia Tenggara karena demokrasi yang diperjuangkan hilang.

BACA JUGA: Myanmar Makin Mencekam, Tentara Berondong Demonstran, Ledakan di Mana-Mana

Saat ini ketidakadilan, penindasan, teror, serta kekerasan terjadi di Myanmar --bertentangan dengan misi yang diperjuangkan.

Ia mengatakan tragedi yang terjadi di Myanmar merupakan masalah bagi ASEAN, yang selalu menyuarakan kepentingan masyarakat.

Saat krisis di Myanmar melanda, masyarakat Asia Tenggara tidak ingin menjadi pengamat yang pasif, kata Dino.

"Mereka ingin mengambil sikap tegas melawan ketidakadilan, serta memberi dorongan moral dan politik yang kuat untuk menolak kudeta militer, dan mengembalikan Myanmar ke jalur demokrasi, kata dia. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler