jpnn.com - Jendro cemberut. Sejak didandani perias mirip artis Chelsea Islan, yang bernama lengkap Jendrowati itu manyun. Lantaran kalah cantik? Bisa jadi.
Yang kebangeten, ya, manajer pertunjukan ketoprak kali ini. Nyari perias kok, ya, ayuan periasnya ketimbang primadonanya.
BACA JUGA: Sori, Pasha Ungu Ogah Ubah Gaya Rambut Karena Warganet
Ini kan sama saja dengan Wakil Wali Kota Palu Pasha ’’Ungu”. Rambutnya itu lho. Gaya skin fade. Masak bawahan kok lebih trendy dari rambut presidennya yang jadul banget.
Untungnya Pak Jokowi masih mengimbanginya dengan gaya anak muda. Secara dibelinya sepeda motor Chopper gitu, lho.
BACA JUGA: Pasha Ungu Ogah Potong Rambut Gara-Gara Netizen
Lha, Jendro?
Ia tak punya persiapan untuk seimbang. Baru tahu kalau periasnya mirip Chelsea Islan, ya, pas wajahnya sudah akan ’’ditancap”.
BACA JUGA: Soal Rambut Pasha Ungu, Mendagri: Saya Sudah Baca Aturan
Wah, tahu begini sejak kemarin ia memborong baju-baju yang dipastikan jauh lebih bagus dari sebagus-bagusnya baju untuk kelas perias. Kalah ayu, menang baju.
Ah, tapi ini negara merdeka. Sedih jangan ditanggung sendiri. Proses periasan itu Jendro up date di medsosnya. Siaran langsung. Seabrek yang mendukung. Mereka menulis agar Jendro tidak terus-terusan murung.
’’Kalem. Ini kan masih proses. Nanti lihat hasil akhirnya, deh. Kamu pasti lebih cantik dari perias kamu itu,” tulis Sastro, kekasihnya.
’’Ah, kamu sendiri selalu bilang proses lebih penting. Hasil ndak penting, hayo!” secara tertulis Jendro balik protes.
’’Kamu selalu bilang, Sas, mending hasilnya salah asal prosesnya benar. Kalau tekun, diulang-ulang, dibiasakan, lama-lama hasilnya akan benar. Prosesnya salah hasilnya benar? Ah, itu kebetulan. Kebetulan tak bisa diulangi, Sas!”
’’Iya, sih, Jen.”
’’Makanya. Ini prosesnya saja sudah salah, Sas. Tuh, lihat. Aku kalah ayu. Periasnya lebih menyala Bombay. Helllooooo..... ” ketik Jendro sambil mengarahkan kamera ke periasnya.
’’Ya, lihat saja hasilnya nanti, Jen. Kamu pasti lebih cantik.’’
’’Kenapa baru lihat hasilnya nanti-nanti, Sas? Sekarang saja! Lihat prosesnya! Kamu juga ngajarin aku lihat impor beras dan impor garam. Padahal itu baru tahapan proses. Kamu tak menyuruh aku baru lihat nanti tahapan akhir dari semua proses itu: swasembada!”
Waduh... berat... berat...
Yang enteng-enteng saja, sekarang di ruang rias pertunjukan ketoprak dalam rangka ulang tahun Mbak Mega ke-71, proses telah mencapai hasil akhir.
Jendro menjadi persis artis dari udik Soimah Pancawati. Ini sesuai arahan penulis naskah dan sutradara Agus Noor.
Semua kagum atas kecantikan Ishoma, eh, Sowimah yang diperankan oleh Jendro kecuali Jendro sendiri.
Kekasih Sastro ini merasa Chelsea Islan lebih kinclong dibanding Sowimah walau yang lain-lain sudah meyakinkannya bahwa Sowimah-lah yang lebih ngejreng. Voting di antara awak panggung pun tak bisa memupus kekesalan Jendro.
’’Ini tak bisa di-voting. Ini bukan soal pilkada! Ini bukan soal uang! Ini soal perasaan. Perasaan saya, Chelsea lebih cantik dari Sowimah!”
Jendro mencak-mencak. Nyaris saja ia bongkar riasannya andai tangannya tak ditahan kuat-kuat oleh Agus Noor.
Sedianya akan ditempuh cara lain yang lebih asli Nusantara, musyarawarah mufakat. Sayangnya gong ketiga sudah terdengar dari auditorium. Pertanda pertunjukan harus dimulai.
Jendro terpaksa naik panggung walau jadi ngaco. Lakon dari Agus Noor tak dilakoninya. Dia bikin lakon sendiri. Spontan.
Di depan raja yang bergelimang harta dan sakti dengan segala mantra, harusnya ia menyindir dengan tembang, ’’Sugih tanpo bondo... Digdoyo tanpo aji.” Kaya tanpa harta, sakti tanpa mantra.
Terlantunnya malah, ’’Yang pentiiiiiiing berhasiiiil. Jadiiii rajaaaa. Proses ndak pentiiiiiing...” (*)
Sujiwo Tejo tinggal di www.sujiwotejo.net
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaya Rambut Dianggap Nyeleneh, Begini Penjelasan Pasha Ungu
Redaktur : Tim Redaksi