jpnn.com, BALIKPAPAN - Menjelang pemilihan pada 27 November 2024, pasangan calon (Paslon) 03, Muhammad Sa'bani dan Syukri Wahid, menghadapi tantangan rendahnya tingkat popularitas.
Dibandingkan dengan dua pasangan calon lainnya di Pilkada Balikpapan, nama Sa'bani-Syukri belum banyak dikenal masyarakat.
Hasil survei internal menunjukkan bahwa popularitas Paslon 03 masih stagnan tanpa peningkatan yang signifikan. Salah satu penyebabnya adalah strategi kampanye yang dinilai kurang efektif.
Di tengah era digital, pasangan ini tampaknya belum maksimal memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan dan membangun citra yang kuat.
BACA JUGA: Debat Kedua Pilkada Balikpapan, Paslon 01 Fokus pada Infrastruktur dan Kebutuhan Dasar
Menurut pengamat politik lokal, Indra S, Paslon 03 masih terlalu bergantung pada metode kampanye tradisional yang tidak lagi relevan dengan kebutuhan pemilih masa kini.
"Di zaman sekarang, kampanye digital adalah kunci. Sayangnya, Sa'bani-Syukri belum memanfaatkan potensi media sosial dengan optimal. Akibatnya, program-program mereka kurang dikenal oleh masyarakat,” ujar Indra S, dalam keterangannya, Selasa (19/11).
BACA JUGA: Rahmad-Bagus Mendominasi Debat Perdana Pilkada Balikpapan
Sebaliknya, pasangan calon lainnya telah menggunakan platform digital dengan cerdas untuk menyampaikan visi dan misi mereka.
Warga Balikpapan, terutama generasi muda, menginginkan pemimpin yang terasa dekat dan dapat diakses dengan mudah melalui berbagai kanal komunikasi.
"Minimnya inovasi dalam kampanye Sa'bani-Syukri justru membuat mereka berisiko tertinggal jauh dari kompetitor," tuturnya.
Masyarakat Balikpapan sendiri mengaku masih banyak yang belum mengetahui program unggulan Paslon 03. Informasi yang mereka terima lebih banyak berasal dari Paslon lain yang aktif berinteraksi melalui media sosial dan menggelar acara berbasis komunitas.
Dengan waktu kampanye yang tersisa, Paslon 03 perlu segera mengevaluasi strategi mereka. Upaya yang lebih inovatif dan interaktif, seperti dialog terbuka, konten kreatif di media sosial, atau program kerja nyata yang langsung dirasakan masyarakat, bisa menjadi solusi untuk meningkatkan elektabilitas.
"Tanpa perubahan signifikan, peluang mereka untuk bersaing secara kompetitif dalam pemilu ini akan makin kecil," ungkap Indra. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh