Minimalisir Kerugian Nelayan, Jasindo Luncurkan Asuransi Udang dan Ikan

Senin, 10 Februari 2020 – 08:08 WIB
Asuransi Jasindo. Foto dok humas

jpnn.com, JAKARTA - PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo bersinergi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) serta industri asuransi kerugian umum, membentuk Konsorsium AUBU dan menerbitkan Asuransi Usaha Budidaya Udang (AUBU).

Menurut Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo, Sahata L. Tobing, dengan adanya AUBU, petambak udang tidak perlu lagi takut mengalami gagal panen.

BACA JUGA: Asuransi Jasindo Targetkan Premi Rp6,46 Triliun

“Pasalnya, lini usaha yang mereka jalani akan terlindungi ketika terjadi risiko kematian udang yang menyebabkan kegagalan panen. Manfaat utama lainnya adalah petambak bisa mendapat kepastian jaminan modal biaya produksi untuk budidaya selanjutnya,” jelasnya.

Asuransi udang ini juga menjadi amanat Undang-Undang No.7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan  dan Petambak Garam.

BACA JUGA: Optimalisasi Aset, Asuransi Jasindo Sulap Gedung Lama Jadi Lebih Bernilai

“Asuransi Jasindo ditunjuk sebagai ketua konsorsium karena pengalamannya dalam menjalankan asuransi program pemerintah,” kata Sahata.

Selain Asuransi Budidaya Udang, KKP bersama Asuransi Jasindo sebagai leader konsorsium asuransi APPIK juga meluncurkan Asuransi Perikanan bagi Pembudidaya Ikan Kecil atau disingkat APPIK, dan masih merupakan program pemerintah dengan premi 100 persen ditanggung pemerintah.

BACA JUGA: Asuransi Jasindo Perluas Pangsa Pasar Lewat Cara Ini

Rate premi untuk AUBU ditetapkan 3 persen per siklus (4-5 bulan), sedangkan untuk APPIK Rate Premi ditetapkan bervariasi sesuai dengan komoditi ikan yang diasuransikan.

Biaya administrasi dikenakan hanya untuk polis dan bea meterai.

Sahata menambahkan, petambak udang akan mendapatkan perlindungan sesuai dengan biaya ongkos produksi atau modal yang diajukan menjadi nilai pertanggungan.

Sedangkan untuk APPIK nilai pertanggungan telah ditetapkan perkomoditas yakni, ikan patin Rp3 juta, nila payau Rp5 juta, nila tawar Rp4,5 juta bandeng Rp3 juta, polikultur Rp7,5 juta udang Rp7,5 juta dan lele Rp4,5 juta.

AUBU ditujukan untuk petambak semi itensif sampai dengan super intensif baik vaname maupun windu.

"Untuk Petambak dengan teknologi sederhana bila ingin mengikuti asuransi AUBU maka pendaftaran harus dikoordinir oleh Dinas Kelautan dan Perikanan di daerah setempat,” terangnya.

Alur pendaftaran dengan cara menyerahkan dokumen, mengisi formulir, survei mitigasi risiko, membayar premi asuransi, dan menerima polis asuransi.

Dokumen pendukung yang diperlukan untuk mendaftar berupa formulir pendaftaran, fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

Sementara untuk klaim, pelaporan dan proses bisa diajukan dalam waktu 3x24 jam setelah musibah terjadi.

Tertanggung wajib melaporkan kepada penanggung melalui sarana komunikasi tercepat, disertai foto-foto kerusakan.

Hasil survei klaim akan dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani tertanggung, petugas pendamping yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, serta petugas klaim asuransi.

"Dengan Asuransi Usaha Budidaya Udang, budidaya aman, premi ringan, dan usaha lancar," tandasnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler