Angkatan Udara Amerika Serikat sedang menyelidiki sisa-sisa tubuh manusia yang ditemukan di sekitar roda salah satu pesawatnya yang meninggalkan Kabul saat Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan itu.

Angkatan Udara AS dalam pernyataannya mengatakan sebuah pesawat C-17 mendarat di bandara Kabul pada hari Senin dan dikelilingi oleh ratusan warga sipil Afghanistan.

BACA JUGA: Sejumlah Teori Konspirasi Terkait COVID-19 di Australia Disebarkan Lewat TikTok

"Menghadapi situasi keamanan yang memburuk dengan cepat di sekitar pesawat, kru C-17 memutuskan untuk meninggalkan lapangan terbang secepat mungkin," kata bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu juga menyebut, Kantor Investigasi Khusus Angkatan Udara AS sedang meninjau informasi tentang pesawat dan "hilangnya nyawa warga sipil dengan memasukkan dokumentasi video yang bersumber dari media sosial".

BACA JUGA: Ribuan Warga Belanda Terjebak di Afghanistan, Tak Diizinkan Pulang ke Negara Asal

Sebuah video di media sosial menunjukkan warga Afghanistan yang putus asa untuk meninggalkan Kabul bergegas menuju C-17 dan menempel di sisinya.

Dalam video yang terpisah, terlihat ada seperti dua orang jatuh dari pesawat militer saat terbang keluar dari Kabul.

BACA JUGA: Kabul

Sedikitnya tujuh orang tewas dalam kekacauan itu, kata para pejabat Amerika Serikat, Senin kemarin. Janji Tak Akan Balas Dendam

Sementara itu, Taliban menggelar konferensi pers di Kabul Selasa kemarin (17/08), meminta dunia untuk mempercayai mereka.

Dalam keterangannya itu, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan Taliban memberi jaminan kepada warga Afghanistan dan dunia bahwa tidak akan ada serangan balas dendam terhadap siapa pun yang bekerja atau berperang dengan Amerika Serikat.

Kelompok ini juga menegaskan kembali bahwa mereka akan memberdayakan perempuan, tetapi di bawah batas-batas hukum syariah.

"Kami ingin dunia mempercayai kami," kata Zabihullah.

"Saya ingin meyakinkan semua rekan kami, apakah penerjemah atau mereka yang melakukan aktivitas militer atau warga sipil, semuanya telah diampuni, tidak ada yang akan mengalami perlakuan balas dendam," kata Zabihullah.

Ketika ditanya tentang status hak-hak perempuan dan kebebasan pers di bawah Taliban, Mujahid mengatakan baik perempuan dan media akan dapat berpartisipasi dalam masyarakat sesuai dengan hukum syariah.

"Imarah Islam berkomitmen untuk hak-hak perempuan di bawah hukum syariah," katanya.

"Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar," katanya.

"Perempuan akan sangat aktif dalam masyarakat ini tetapi dalam kerangka Islam. Kami menjamin semua hak mereka dalam batas-batas Islam," kata Zabihullah.

Saat didesak lebih jauh tentang isu perempuan dan penyusunan undang-undang tersebut, Zabihullah mengatakan aturan itu akan menjadi lebih jelas setelah sebuah pemerintahan terbentuk. Negara-negara lain tidak akan mengakui Taliban

Pada jam yang sama dengan konferensi pers, Wakil Presiden Amrullah Saleh mempertaruhkan klaimnya sebagai penjabat presiden, dengan mengatakan bahwa di bawah konstitusi Afghanistan, jika presiden melarikan diri, seperti yang dilakukan mantan presiden Ashraf Ghani, maka Wakil Presiden menjadi penjabat presiden atau presiden sementara.

"Saya saat ini berada di dalam negara saya dan saya adalah presiden sementara yang sah," cuitannya.

Mantan presiden Ashraf melarikan diri ke luar negeri ketika Taliban masuk dan mengatakan dia ingin menghindari pertumpahan darah, tetapi Saleh tetap bertahan di provinsi asalnya, Panjshir.

Pada hari Selasa, Kanada bergabung dengan daftar negara-negara yang tidak akan mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan menyusul pengambilalihan Kabul oleh gerakan Islamis.

"Secara paksa, mereka telah mengambil alih dan menggantikan pemerintahan demokratis yang terpilih," kata Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.

Diplomat top Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa Rusia "tidak terburu-buru" untuk mengakui pemerintah baru Taliban dan menyerukan dialog inklusif dari semua kekuatan politik di negara itu.

“Kami tidak terburu-buru untuk mengakui [pemerintah Taliban], sama seperti semua negara lain.

"Kemarin saya berbicara dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dan posisi kami bertemu," kata Sergey.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan Uni Eropa tidak mengakui Taliban, tetapi harus berbicara dengan mereka.

"Saya belum mengatakan bahwa kami akan mengakui Taliban," katanya dalam sebuah konferensi pers.

"Kita harus berbicara dengan mereka untuk segala hal, termasuk untuk melindungi perempuan dan anak perempuan. Dan bahkan untuk itu, kita harus berhubungan dengan mereka." AS membantu warga yang melarikan diri ke bandara Kabul

Pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya memiliki kesepakatan dengan Taliban untuk memungkinkan perjalanan yang aman ke bandara Kabul bagi para pengungsi yang melarikan diri dari ibu kota Afghanistan itu.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan sejumlah besar orang secara aman telah mencapai bandara untuk naik ke pesawat untuk diterbangkan ke luar Afghanistan.

Jalur komunikasi antara AS dan kepemimpinan kepemimpinan Taliban masih terbuka, dan Jake mengatakan Amerika Serikat "berniat untuk tetap berada dalam komitmen itu".

Amerika Serikat telah mengevakuasi antara 700 dan 800 orang sejak mengambil kendali keamanan Bandara Internasional Hamid Karzai.

Artikel ini diproduksi dan dirangkum oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amrullah Saleh Meminta Rakyat Membuktikan Afghanistan Bukan Vietnam

Berita Terkait