Kedua pemain yang merumput di kompetisi Indonesia Premier League (IPL) tersebut datang ke kantor PSSI di kawasan Senayan, Jakarta , dengan harapan dibantu PSSI. Tapi, keluh kesah dan protes mereka belum membuahkan hasil.
Direktur alih status PSSI Marco Paulo Gracia yang menerima kedatangan dua pemain tersebut hanya menampung. Dia juga enggan berbicara kepada wartawan terkait kebijakan PSSI ke depannya.
Pantas saja kedatangan pemain tersebut tak membuahkan hasil, pasalnya, para pengurus PSSI ternyata sedang berada di Jepang. Djohar Arifin dkk sedang melobi FIFA untuk tidak mendapatkan sanksi.
"Saya sudah berkali-kali lapor PSSI, Tapi, masih banyak masalah sampai sekarang belum selesai. Mereka (PSSI) janji mau membantu. Tapi, sampai sekarang belum selesai," kata Camara usai menemui wakil PSSI, kemarin.
Jumlah uang yang masih terhutang dari klubnya adalah sekitar Rp 400-an juta. terdiri dari gaji enam bulan dan uang lainnya. Dia meminta tolong kepada PSSI karena klubnya suadh tak mau bertanggung jawab.
"Kami berharap segera ada kejelasan. Nasib sepak bola Indonesia juga sekarang sedang berbahaya. Kami ingin ada jaminan hak kami," ucap pemain asal Mali tersebut.
Sementara itu, Masahiro merasakan derita yang lebih panjang. Dia mengaku belum dibayar selama tujuh bulan oleh klubnya. "Saya baru terima enam bulan. Kontrak saya 13 bulan. Bagaimana hak kami," keluhnya.
Parahnya, pemain asal Jepang tersebut bahkan harus mengikuti laga tarkam (antar kampung) untuk memenuhi kebutuhannya.
"Saya dapat dua juta waktu main piala wali kota Bontang. Itu kurang, tapi saya tak punya uang lagi. saya terima main disitu. Kami ingin PSSI bergerak," ucapnya.
Kantor PSSI sejak Senin (10/12) lalu memang seperti kantor mati. Tak banyak pengurus yang terlihat di kantor PSSI seperti hari-hari biasanya. Pintu depan PSSI pun ditutup. Karena itu, kedatangan dua pemain itu harus melewati pintu belakang PSSI. (aam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ISL Tetap Bergulir
Redaktur : Tim Redaksi