SUASANA Dusun Dolok Saribu, Nagori Buttu Bayu Pane, Kecamatan Dolok Pardamean berubah sepi. Kaum lelaki pun sama sekali tak terlihat. Semua pria dewasa ditangkap Polres Simalungun atas kejadian pembunuhan AKP Andar Siahaan.
Amatan Metro Siantar (grup JPNN), Kamis (28/3), beberapa warga di warung Simpang Dolok Saribu terlihat terus memperhatikan setiap orang yang melintas.
Dengan melintasi jalan berbatu dan jalan berlubang sekitar 3 km maka Dusun Rajanihuta terlihat. Dusun Rajanihuta adalah lokasi di mana AKP Andar dihabisi.
Dusun Rajanihuta juga terlihat sepi. Beberapa warga yang dominan ibu-ibu terlihat menjemur kopi dan jagung di halaman rumah masing-masing.
“Kampung ini sebenarnya aman, Bang. Karena itu sumber masalahnya datang dari Dolok Saribu. Bapak-bapak disini tidak ada yang suka ribut. Namun karena terpancing dengan masalah yang datang dari sana maka nama kampung inilah yang rusak,” ujar salah seorang warga yang merupakan boru Purba saat ngumpul dengan temannya.
Hal senada juga diungkapkan br Sitio, polisi datang menjemput seluruh pria dewasa dari dalam rumah warga. “Suami kami itu tidak ikut, Bang. Namun semua dipaksa diangkut ke kantor polisi. Kalau Dolok Saribu itu sekitar 3 km lagi dari sini Bang. Tadi pagi (kemarin, Red) tidak ada orang Dolok Saribu yang terlihat melintas padahal biasanya kalau Kamis selalu banyak melintas karena pekan,” ujarnya.
Saat menuju Dolok Saribu setiap warga yang ditanyai tentang kejadian pembunuhan Kapolsek selalu menjawab dengan jawaban yang sama seolah sudah kompak. “Gak tahu kami Pak, semalam kami sudah tidur,” ujar beberapa warga tidak mau bicara.
Setiba di Dusun Dolok Saribu, tidak terlihat ada warga yang beraktivitas. Setelah duduk sekitar setengah jam di ruang balai pertemuan desa, barulah terlihat ada dua pria keluar dari dalam rumah. Namun, pria itu justru ada kelainan jiwa dan sakit-sakit. Tidak berselang lama, beberapa ibu-ibu dan anak-anak terlihat muncul dari dalam rumah dan berdatangan dari ladang.
“Gara-gara satu orang jadi rusaklah semua,” keluh salah satu ibu rumah tangga yang suaminya ditahan polisi. Namun saat dimintai keterangan lebih lanjut, ibu-ibu tersebut tidak mau berkomentar lebih lanjut.
Seorang ibu yang suaminya ikut ditangkap memberikan komentar. Syaratnya, dia tak mau namanya dikorankan.
“Kampung ini seperti baru saja selesai perang, makanya tidak ada terlihat ada pria dewasa. Ibu-ibu saja masih ketakutan karena semalam penangkapan suami kami itu terlalu keji. Suamiku itu tidak ada terlibat,” ujarnya.
Masih kata ibu satu anak itu, penangkapannya seperti masa penjajahan Jepang. “Pintu ditunjang, senjata didekatkan. Suami saya saat itu ditarik dari kelambu. Karena didobrak paksa polisi maka beberapa mamak-mamak harus bertukang karena sebahagian pintunya jebol atau rusak,” ujarnya. (mag-05/smg)
Amatan Metro Siantar (grup JPNN), Kamis (28/3), beberapa warga di warung Simpang Dolok Saribu terlihat terus memperhatikan setiap orang yang melintas.
Dengan melintasi jalan berbatu dan jalan berlubang sekitar 3 km maka Dusun Rajanihuta terlihat. Dusun Rajanihuta adalah lokasi di mana AKP Andar dihabisi.
Dusun Rajanihuta juga terlihat sepi. Beberapa warga yang dominan ibu-ibu terlihat menjemur kopi dan jagung di halaman rumah masing-masing.
“Kampung ini sebenarnya aman, Bang. Karena itu sumber masalahnya datang dari Dolok Saribu. Bapak-bapak disini tidak ada yang suka ribut. Namun karena terpancing dengan masalah yang datang dari sana maka nama kampung inilah yang rusak,” ujar salah seorang warga yang merupakan boru Purba saat ngumpul dengan temannya.
Hal senada juga diungkapkan br Sitio, polisi datang menjemput seluruh pria dewasa dari dalam rumah warga. “Suami kami itu tidak ikut, Bang. Namun semua dipaksa diangkut ke kantor polisi. Kalau Dolok Saribu itu sekitar 3 km lagi dari sini Bang. Tadi pagi (kemarin, Red) tidak ada orang Dolok Saribu yang terlihat melintas padahal biasanya kalau Kamis selalu banyak melintas karena pekan,” ujarnya.
Saat menuju Dolok Saribu setiap warga yang ditanyai tentang kejadian pembunuhan Kapolsek selalu menjawab dengan jawaban yang sama seolah sudah kompak. “Gak tahu kami Pak, semalam kami sudah tidur,” ujar beberapa warga tidak mau bicara.
Setiba di Dusun Dolok Saribu, tidak terlihat ada warga yang beraktivitas. Setelah duduk sekitar setengah jam di ruang balai pertemuan desa, barulah terlihat ada dua pria keluar dari dalam rumah. Namun, pria itu justru ada kelainan jiwa dan sakit-sakit. Tidak berselang lama, beberapa ibu-ibu dan anak-anak terlihat muncul dari dalam rumah dan berdatangan dari ladang.
“Gara-gara satu orang jadi rusaklah semua,” keluh salah satu ibu rumah tangga yang suaminya ditahan polisi. Namun saat dimintai keterangan lebih lanjut, ibu-ibu tersebut tidak mau berkomentar lebih lanjut.
Seorang ibu yang suaminya ikut ditangkap memberikan komentar. Syaratnya, dia tak mau namanya dikorankan.
“Kampung ini seperti baru saja selesai perang, makanya tidak ada terlihat ada pria dewasa. Ibu-ibu saja masih ketakutan karena semalam penangkapan suami kami itu terlalu keji. Suamiku itu tidak ada terlibat,” ujarnya.
Masih kata ibu satu anak itu, penangkapannya seperti masa penjajahan Jepang. “Pintu ditunjang, senjata didekatkan. Suami saya saat itu ditarik dari kelambu. Karena didobrak paksa polisi maka beberapa mamak-mamak harus bertukang karena sebahagian pintunya jebol atau rusak,” ujarnya. (mag-05/smg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepak Terjang Hakim Setyabudi di PN Tanjungpinang
Redaktur : Tim Redaksi