Miris, Fasilitas Pendidikan di Perbatasan Sungguh Menyedihkan

Senin, 08 Agustus 2016 – 00:37 WIB
Siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 007 Binter, Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara. Foto: Radar Tarakan/JPNN.com

jpnn.com - NUNUKAN – Kondisi gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri 007 Binter, Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara, yang letaknya di perbatasan, sungguh memprihatinkan.

Baik dari segi fasilitas sarana dan prasarana belajar mengajar, terutama ruang kelas.

BACA JUGA: Begini Caranya Agar Taruna AAL Bertahan Hidup Di Laut

Kepala Sekolah SD 007 Binter, Romi mengatakan, hingga saat ini para tenaga pendidik tak memiliki satupun buku pelajaran untuk jalannya proses belajar mengajar. Bahkan, gedung sekolah yang terbatas membuat pelajar harus bergabung dengan jenjang tingkatan yang lain.

“Sudah banyak juga kerusakan bagian atap sekolah, sampai saat ini belum dilakukan perbaikan karena tak memiliki anggaran untuk diperbaiki,” kata Romi kepada Radar Nunukan (Jawa Pos Group) belum lama ini di Desa Binter, Kecamatan Lumbis Ogong.

BACA JUGA: SMAK St Louis Surabaya Sudah Tiga Kali Raih Medali Emas di Korsel, Nih Rahasianya

Sebelumnya, beberapa fasilitas sekolah seperti buku bacaan pernah tersedia di sekolah tersebut. Hanya saja setelah banjir yang melanda desa ini beberapa waktu lalu membuat  kondisi sekolah berubah, dan berdampak pada proses belajar mengajar. 

Para murid pun ketika di rumah tidak bisa belajar karena tidak punya buku pelajaran.  “Tidak ada buku digunakan untuk belajar, jadi murid ini hanya membantu orangtuanya ketika pulang dari sekolah,” ujarnya.

BACA JUGA: Mondok di Pesantren: Sistem Daurah Menciptakan Siswa Unggul

Kondisi yang dialami SD Negeri 007 Binter, berulang kali telah disampaikan kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan. Namun hingga saat ini belum ada bantuan yang diberikan terutama penambahan ruangan kelas. 

Saat ini ruangan yang digunakan hanya tiga kelas mulai kelas satu sampai enam, jadi dalam satu ruangan harus menampung dua Rombongan Belajar (Rombel).

“Jumlah siswa ada 88 jika ingin belajar kelasnya harus digabung seperti kelas satu dan dua harus menyatu ruangannya,” ucapnya.

Sementara, Staf Bagian Penyusunan Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hairuddin mengaku miris melihat kondisi sekolah yang ada di perbatasan terutama di SD Negeri 007 Binter. Kondisi ruangan tidak layak dan bahan belajar mengajar yang tak dimiliki hingga saat ini.

“Seharusnya ada perhatian dari pemerintah daerah terkait kondisi sekolah di perbatasan,” kata Hairuddin.

Dalam kunjungannya ke Desa Binter, Hairuddin mengaku telah mencatat semua kekurangan fasilitas sekolah yang ada di perbatasan. Sehingga ketika ada program Kemendikbud untuk bantuan sekolah perbatasan, bisa langsung diberikan. (*/nal/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mondok di Pesantren Bisa Kuliah di Luar Negeri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler