Miris... Minimnya Sarana Batasi Kemajuan Olahraga

Selasa, 27 Oktober 2015 – 02:20 WIB
Foto: Batam Pos / JPNN.com

jpnn.com - BATAM - Minimnya sarana olahraga di Batam membawa dampak tidak bagi persiapan kontingen Kepri dalam menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat.

Cabang olahraga (cabor) biliar merupakan salah satu dari 10 cabor dari Kepri yang akan berangkat menuju Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) di Bangka Belitung, 13 November nanti.

BACA JUGA: PBSI Batasi Jumlah Pertandingan Ahsan/Hendra

Namun untuk tempat latihannya saja tidak ada. Terpaksa para atlet biliar membayar dengan kocek sendiri untuk berlatih di Q-Pool Planet Holiday Jodoh.

"Satu jam bisa bayar Rp 30 ribu. Dan latihan tim biliar itu sebenarnya mulai pukul 11.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB," kata pelatih tim biliar, Bram.

BACA JUGA: Patut Dicontoh! Viking Galang Dana untuk Bantu Korban Asap

Makanya, tim biliar tidak bisa rutin berlatih dan jikapun berlatih, maka hanya latihan dengan rentang waktu 2-3 jam saja.

Sedangkan tim Bowling masih bersyukur karena salah satu mall terbesar di Batam, Batam City Square (BCS) Mall masih membuka arena bowling.

BACA JUGA: Semen Padang Gantikan Persiba, Persipura Masih Galau

"Di Kepri, cuma ada dua, yakni di BCS Mall dan di Tanjungpinang, " ujar pelatih tim bowling Kepri, Sofyan.

Walaupun harus membayar dengan kocek sendiri untuk berlatih, tim ini masih bisa unjuk gigi dengan meloloskan tiga orang atletnya menuju PON 2016 mendatang.

Sedangkan cabang renang yang juga akan berangkat menuju Porwil juga mengalami kendala terkait sarana latihannya.

"Banyak atlet yang masih berlatih di sungai karena kurangnya sarana latihan renang. Dan ironisnya lagi Kepri merupakan provinsi kepulauan," kata ketua umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Kepri, Pokyong Kadir.

Nasib serupa juga dialami cabang atletik. JIka bukan karena peran dari Yayasan Citramas, mungkin atletik Batam akan mati suri. Satu-satunya tempat yang berpotensi untuk melatih para atlet atletik adalah stadion Tumenggung Abdul Jamal.

Namun kondisinya jauh dari harapan saat ini, karena lapangan yang bisa dijadikan tempat berlatih atletik berada dalam kondisi buruk.

Walaupun serba kekurangan, Sekretaris Pengurus Kota (Pengkot) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Batam  melalui sekretaris, Amri masih optimis atlet Batam bisa mendominasi Kepri.

"Untuk target juara belum bisa saya sampaikan. Kalau target dari KONI nanti yang menetapkan," ujarnya belum lama ini.

Minimnya sarana juga berpengaruh kepada pembinaan atlet-atlet muda. Cabang olahraga sepakbola mungkin paling kenyang dengan hal ini.

Untuk bisa berlatih di stadion Tumenggung Abdul Jamal dan stadion Sei Harapan. Tim bola Kepri harus bayar.

Di Sei Harapan, perenam jamnya harus bayar Rp 500 ribu. Sedangkan di Tumenggung Abdul Jamal harus bayar Rp 1.500.000 perenam jam juga.

Menyikapi hal ini, ketua harian Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kepri yang menaungi seluruh cabor olahraga di Kepri, Nur Syafriadi mengatakan penyebab minimnya sarana adalah anggaran yang terbatas.

"Tiap tahunnya Kepri hanya mendapat jatah Rp 4.5 miliar dari pusat. Itupun belum turun. Dana segitu, untuk pembinaan saja belum cukup," katanya.

Artinya jika pembinaan saja belum cukup, apalagi untuk membuat sarana. Saat ini dana yang ada difokuskan kepada akomodasi dan tiket penerbangan bagi sejumlah kontingen cabang olahraga yang akan berlaga di Porwil ataupun PON tahun depan.(leo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menggiurkan!! Hadiah untuk Juara Turnamen Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler