Miris..Hanya di Bulan Puasa, Korban Perang Gaza bisa Makan Enak

Senin, 27 Juni 2016 – 22:15 WIB
Tekkiya. Foto: AFP

jpnn.com - GAZA –Bulan puasa cukup memberi arti istimewa untuk para korban peperangan di jalur Gaza. Keluarga-keluarga miskin di wilayah itu  akhirnya bisa juga menikmati makanan layak saat buka puasa.

Seperti yang terlihat ketika anak-anak dan cucu Sahar Sherif menatap nanar mangkuk berisi sup daging dan sayuran yang dibawanya. Saat menyendokkan sup itu ke mangkuk masing-masing, mereka tampak sudah tidak sabar untuk memakan.

BACA JUGA: Militer Filipina Deteksi Keberadaan 7 Sandera WNI

Hidup di bawah garis kemiskinan, makanan itu memang sangat mewah bagi keluarga Sherif. Sebab, pada hari biasa, janda berusia 40 tahun itu hanya bisa mengisi perut dengan teh dan dua butir tomat.

''Saat makan dari tekiyya (dapur umum Red), kami merasa lebih baik,'' ujar Sherif.

Tekiyya yang dimaksud memang hanya buka saat bulan puasa. Pada bulan-bulan biasa, dapur itu ditutup. Karena itulah, selama Ramadan dapur umum tersebut menjadi berkah tersendiri bagi keluarga miskin seperti Sherif.

BACA JUGA: Ingin Beli Mobil, Istri Gubernur Rela jadi Pelayan Restoran

Mereka bisa makan enak dan bergizi serta merasakan daging, ayam, dan nasi lagi setelah sebelas bulan makan seadanya atau bahkan tidak makan berhari-hari.

''Ketika tidak ada makanan sama sekali, kami benar-benar pusing,'' tambahnya.

Separo di antara 1,9 juta penduduk di Jalur Gaza memang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebanyak 80 persen dari warga miskin itu benar-benar bergantung kepada bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA: Uni Eropa Tantang Inggris Segera Urus Surat Cerai

Lebih dari sepuluh tahun ini Israel memblokade wilayah itu. Sejak 2013, Mesir juga menutup perbatasan mereka dengan Gaza. Itu membuat kehidupan di Gaza kian mengenaskan.

Sebanyak 45 persen penduduk Gaza memang pengangguran. Pegawai pemerintahan yang memiliki pekerjaan pun kadang tidak menerima gaji sehingga harus bergantung kepada bantuan dari lembaga kemanusiaan.

Relawan di dapur umum Deeb Abdul Hamid mengungkapkan bahwa dahulu orang-orang meminta bantuan berupa kursi, kasur, maupun kulkas. Tetapi, sekarang hal itu tidak terjadi lagi.

 ''Saat ini mereka hanya meminta makanan,'' ujarnya. Setiap hari terdapat 150-200 keluarga yang antre meminta makanan di dapur umum kota Gaza. (AFP/sha/c4/kim/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenang, Pak Luhut Pastikan Brexit Tak Berdampak Banyak ke Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler