Uni Eropa Tantang Inggris Segera Urus Surat Cerai

Senin, 27 Juni 2016 – 05:44 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - BERLIN - British Exit (Brexit) alias referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) sudah menggetarkan dunia, khususnya di Benua Biru. Ketidakpastian menjalar di berbagai sektor. 

UE pun gerah. Mereka meminta Inggris segera mengurus pelepasan dirinya. Tidak perlu menunggu hingga Oktober seperti janji Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. UE meminta Cameron memulai proses formal perpisahan itu Selasa (28/6) besok. Yaitu, pada acara pertemuan Dewan Eropa di Brussels. 

BACA JUGA: Tenang, Pak Luhut Pastikan Brexit Tak Berdampak Banyak ke Indonesia

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz menegaskan bahwa jika dibiarkan berlarut-larut, Brexit alias British Exit akan mengakibatkan gejolak berkepanjangan. 

Alasan Cameron menunda pembicaraan masalah tersebut hingga Oktober mendatang setelah ada pengganti dirinya dianggap sebagai taktik yang menyakiti banyak pihak. ”Karena itulah, kami berharap pemerintah Inggris mengurusnya sekarang. Pertemuan Selasa nanti adalah waktu yang tepat,” tegas Schulz. 

BACA JUGA: Ratusan Ribu Warga Desak Kemerdekaan London

Pernyataan resmi bahwa Inggris keluar dari UE sangat penting. Sebab, tidak ada kerja sama baru dalam bentuk apa pun antara Inggris dan UE yang bisa disetujui sebelum kesepakatan perpisahan itu selesai. Proses pertama bisa dimulai dengan menginformasikan kepada anggota Dewan Eropa tentang ”perceraian” dengan UE itu. 

Beberapa petinggi UE bahkan menegaskan bahwa Cameron tidak perlu menulisnya secara formal, cukup mengucapkannya secara resmi agar prosesnya berjalan cepat. 

BACA JUGA: Inggris Tinggalkan Uni Eropa, 5 Negara Mulai Bergolak

Hal berbeda diungkapkan Konselir Jerman Angela Merkel. Dia mengungkapkan bahwa keputusan berada di tangan Inggris, kapan mereka ingin memulai proses perpisahan. Meski begitu, Merkel meminta tidak mengulur waktu. ”Tidak ada alasan untuk menjadi jahat dalam negosiasi ini. Kita harus mengikuti aturan permainan,” ujar Merkel.

Sementara itu, hasil referendum tersebut malah membuat Inggris kian terbelah. Di kota-kota yang memiliki kampus-kampus besar seperti Oxford dan Cambridge, 60 persen penduduk lebih memilih remain atau bersama dengan Eropa. Namun, di daerah pinggiran yang dihuni banyak imigran, pemilih leave lebih tinggi. Meski referendum sudah selesai dan telah diketahui hasilnya, perdebatan terus saja memanas. Sebab, meski rakyat memilih leave, mayoritas legislator yang menjadi wakil rakyat justru ingin tetap bersama UE. 

Pergolakan paling nyata adalah di Skotlandia. Penduduk Skotlandia kukuh ingin bersama dengan UE. Hasil referendum berupa Brexit membuat mereka ingin mengulang referendum untuk memisahkan diri dari Inggris seperti 2014. (afp/reuters/cnn/sha/c6/kim/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasib Inggris setelah Referendum Putuskan Berpisah dengan Uni Eropa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler