jpnn.com - LINGGA - Dunia pendidikan di Indonesia belum semua merasakan fasilitas yang lengkap dari pemerintah. Beberapa sekolah di daerah masih memprihatinkan. Bahkan miris melihatnya, seperti sekolah dasar SD 019 di Setawar, Desa Tanjungirat, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepri ini.
Sekolah ini jauh dari layak seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Sebab sekolah ini menampung seluruh siswa mulai dari kelas satu hingga kelas enam di dalam dua kelas (ruangan belajar) yang disekat-sekat.
BACA JUGA: Mengenaskan! 17.520 Sekolah Belum Dialiri Listrik
Dua ruangan kelas itu dibagi menjadi enam kelas, kelas satu sampai enam, yang disekat-sekat dengan dinding triplek yang sewaktu-waktu dapat dibuka. Jika diperlukan untuk rapat dan sebagainya, sekat itu dapat dibuka.
Tak jarang, siswa yang lainnya terpaksa keluar agar tidak mengganggu siswa lainnya yang lagi seruis belajar. Karena sekat dinding triplek tersebut tentunya tidak dapat menahan suara berisik dari kelas lainnya.
BACA JUGA: Tersedia! 7.000 Kuota Beasiswa S2 dan S3 dari Kemenristekdikti
"Beginilah keadaan sekolah kami. Bagaimana hendak meningkatkan mutu pendidikan," kata Kepala Sekolah SD 019, Kuwat ketika memberikan keterangan, Senin (23/3) pagi.
Setali tiga uang, selain kondisi lokal yang kurang serta jauh dari standar kenyamanan belajar, fasilitas sekolah itu bahkan jauh lebih terpuruk lagi. SD 019 tidak memiliki bangunan MCK dan bangunan lainnya sebagai pendukung.
BACA JUGA: Repotnya Menarik Buku Pelajaran Agama Islam yang Berisi Ajaran Radikal
Sudah pasti SD tersebut juga tidak memiliki rumah dinas untuk guru. Sembilan guru yang mengajar di SD 019 itu, terpaksa pulang pergi setiap harinya menempuh jarak yang jauh untuk mengajar dan pulang kembali kerumah mereka.
"Ada beberapa guru yang menginap di Desa ini, itupun mereka menginap di rumah warga karena sudah kenal dekat," ujar Kuwat.
Kata Kuwat, sekolah ini hanya memiliki ruang majelis guru, itupun hasil gotong royong guru yang membuat ruangan dari dinding papan itu namun masih dalam gedung yang sama.
Siswa yang berlajar di SD 019 itu sebanyak 27 siswa dari kelas satu hingga kelas enam. Namun menurut Kuwat, semngat siswanya untuk belajar sangat gigih walau dengan kondisi lokal dan fasilitas sekolah y ang sangat minim.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPRD Lingga, Abdul Gani Atan Leman ketika dimintai keterangan mengatakan, dunia pendidikan memang menjadi proritas utama bagi DPRD untuk meningkatkan mutu pelajaran salah satunya dengan meingkatkan prasarana belajar yang memadai.
Namun Gani tak banyak dapat berbuat akibat defisit yang dialamai Pemkab Lingga mengakibatkan usulan utama itu terkendala dan tertunda.
"Karena kondisi sekarang ini, apa-pa yang telah kami usulkan tertunda," ujar Gani. (wsa/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Ada Unsur ISIS di Buku Pelajaran Kontroversial Itu
Redaktur : Tim Redaksi