Tidak Ada Unsur ISIS di Buku Pelajaran Kontroversial Itu

Sabtu, 21 Maret 2015 – 16:57 WIB

jpnn.com - JAKARTA--Kontroversi buku pelajaran Pendidikan Agam Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI karya Mustahadi dan Mustakim terbitan Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, terus mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Reni Marlinawati, anggota Komisi X DPR RI.

Politikus PPP ini mengaku sudah membaca buku tersebut. Sekilas ada bagian-bagian di dalam buku tersebut yang tampak mengejutkan khususnya di bagian "Islam Masa Modern".

BACA JUGA: Astaga… Sertifikasi Masih Di-Pungli, Setiap Guru Kena Rp 150 Ribu

Seperti di halaman 168 yang menjelaskan soal gerakan salaf dengan ciri di antaranya "memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan, khurafat, bida'ah, taqlid, dan tawassul".

Di bagian lainnya di halaman 170 yang menjelaskan tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam yakni Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri kelompok wahabi) disebutkan pendapatnya di antaranya: "menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik".

BACA JUGA: Kemendikbud Jangan Terkesan Reaksioner

"Isi buku di halaman 168 dan 170 sebenarnya menjelaskan soal ciri khas kelompok salaf dan pendapat Muhammad Abdul Wahab (pendiri wahabi). Memang, jika hanya membaca penggalan dari poin-poin tersebut seolah isi buku ini menganjurkan kekerasan dan sikap intoleran. Padahal, dalam hemat saya buku ini tidaklah menganjurkan hal tersebut," beber Reni dalam siaran pers yang diterima JPNN, Sabtu (21/3).

Menurutnya, bagian itu hanya mendeskripsikan ajaran dan paham dari kelompok itu. Karena di bagian lainnya, terdapat bab "Toleransi sebagai alat pemersatu bangsa".

BACA JUGA: Buku Bermuatan Ngeri Ditarik dari Peredaran

"Sungguh berlebihan bila buku ini disebut berisi ajaran ISIS. Bagi saya itu tudingan sensasional yang bermotif ngepop saja. Karena memang saat ini isu ISIS lagi booming. Sebaiknya, kita menghindari dari hal-hal yang membuat kegaduhan yang jauh dari hal-hal substanstif," tuturnya.

Meski begitu Reni menilai ada yang kurang dalam buku tersebut khususnya di bagian "Islam Masa Modern". Bab ini tampak kurang lengkap dengan tidak menampilkan tokoh-tokoh pembaharu Islam dari Indonesia di antaranya KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, Buya Hamka, M. Natsir, Nurcholis Madjid (Cak Nur) serta KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tokoh-tokoh Islam Indonesia tersebut terbukti pemikiran tentang keislaman telah memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan Islam.

Semestinya penulis buku tersebut menekankan pada sosok-sosok pemikir Islam Indonesia yang memang menyerukan pada pemahaman keislaman yang moderat, toleran dan bercirikan Islam Nusantara.

"Ke depan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pembuatan buku-buku ajar memperhatikan aspek keindonesiaan serta menghindari dari hal-hal yang menimbulkan polemik di tengah publik," sarannya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waduh! Hasil Uji Coba UN Hanya 11 Persen yang Lulus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler