jpnn.com - PONOROGO - Nasib yang menyedihkan terjadi di Kecamatan Sambit. SDN 2 Bedingin.
Sekolah itu terpaksa tutup mulai tahun ajaran baru Juli lalu. Permasalahannya, sudah tidak ada lagi siswa baru yang mendaftar.
BACA JUGA: Temui Jokowi, PGRI Minta jadi Organisasi Profesi Seperti IDI
Kondisi itu dilatarbelakangi berbagai faktor.
Mulai suksesnya program keluarga berencana (KB), orang tua yang pilih-pilih sekolah, hingga masalah tenaga pendidik yang minim.
BACA JUGA: Medsos Memicu Remaja Hamil di Luar Nikah
"Hanya ada 13 siswa. Delapan siswa kelas VI dan lima siswa di kelas V," ujar Sayid Sirojudin Ahmad, mantan penjaga SDN 2 Bedingin, kemarin (26/10).
Dia menambahkan, sekolah bekas tempatnya bekerja tersebut kali terakhir menerima siswa baru pada tahun ajaran 2011/2012.
Saat itu hanya seorang siswa yang mendaftar. Pihak sekolah akhirnya menyarankan siswa yang bersangkutan untuk memilih sekolah lain.
BACA JUGA: Dialihkan ke Provinsi, Guru Khawatir Tunjangan Dipangkas
Menurut Sayid, siswa tersebut akhirnya bersekolah di SD kecamatan tetangga dengan jarak tempuh sekitar 1 kilometer dari rumahnya.
"Sejak saat itu, sudah tidak ada lagi yang mendaftar. Jadi, tahun ini tidak memiliki siswa dari kelas 1 sampai kelas IV ," imbuhnya.
Permasalahan minimnya peminat di SD tersebut beragam.
Sayid mengungkapkan, secara geografis, letak SDN 2 Bedingin berada di barat daya wilayah desa.
Bahkan, berbatasan dengan Kecamatan Bungkal.
Sementara itu, jumlah penduduk di kawasan sekolah hanya sekitar 100 kepala keluarga (KK).
Namun, jumlah anak usia SD nyaris tidak ada. Kebanyakan penduduk berada di sisi timur jalan desa.
Artinya, siswa harus menyeberang lantaran letak sekolah berada di sisi barat.
Muncul kekhawatiran orang tua kalau anaknya harus menyeberang jalan antar kecamatan tersebut.
"Dulu pernah diupayakan melalui pemerintah desa agar sebagian siswa SDN 1 Bedingin dipindahkan ke SDN 2 Bedingin. Tapi, masyarakat (wali murid, Red) menolak karena khawatir bila harus menyeberang jalan," ungkapnya.
Selain itu, kondisi sekolah menjadi alasan. SDN 2 Bedingin berada dekat dengan sendang yang saat ini dikelola desa.
Sendang tersebut kerap digunakan anak-anak bermain. Padahal, sendang itu cukup luas dan dalam.
Kondisi sekolah juga cukup memprihatinkan, tidak seperti kebanyakan. Banyak bagian yang ditumbuhi pohon bambu sehingga muncul kesan seram.
Apalagi, Sayid mengaku santer mengemuka cerita mistis.
"Orang tua saat ini sudah cukup kritis terkait mutu pendidikan. Banyak yang mengarahkan anaknya bersekolah dengan basic pendidikan agama yang bagus," kata pria 29 tahun tersebut.
Secara terpisah, Kabid Dikdasmen Dinas Pendidikan Ponorogo Purwo mengaku penutupan sekolah dilakukan secara alami.
Pihaknya tidak pernah menyarankan untuk menutup. Namun, pihaknya menunggu sekolah mengajukan. Hanya, lanjut dia, tidak semua disetujui.
Persyaratan regrouping cukup ketat. Selain jumlah siswa, jarak sekolah terdekat tidak boleh kelewat jauh.
Pihaknya mengaku sudah mengantongi proposal pengajuan penutupan itu.
"Biasanya, rencana regrouping dimulai beberapa tahun sebelumnya. Itu untuk menata guru PNS. Jadi, tidak akan ada masalah saat regrouping dilakukan," ujarnya sambil menyebut sudah mengupayakan pihak sekolah agar memaksimalkan perekrutan siswa saat tahun ajaran baru tiba. (agi/irw/c5/diq/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyaluran KIP akan Disatukan dengan KKS dan PKH
Redaktur : Tim Redaksi