jpnn.com, SAMARINDA - Sungai Mahakam di Kalimantan tak hanya menjadi tempat tinggal hewan “biasa”.
Ada pula hewan “luar biasa” yang tinggal di sungai terbesar di Kalimantan itu.
BACA JUGA: Misteri 17 Ular Besar di Mahakam, Sisik Sebesar Piring
Salah satunya adalah sepasang buaya putih yang sering menampakkan diri.
Sejumlah penumpang speedboat jurusan Mahakam Ulu–Kutai Barat (Kubar) sering dikejutkan munculnya sepasang buaya putih di Muara Kelian.
BACA JUGA: Dongkrak Perekonomian, Kaltim Andalkan Sungai Mahakam
Misalnya yang terjadi pada Senin (4/4) lalu. Kala itu, dua buaya putih tersebut berjemur di seberang Kampung Muara Kelian, Kecamatan Long Iram, Kubar.
Namun, buaya itu langsung menyelam ke Sungai Mahakam saat beberapa penumpang ingin mengambil gambarnya.
BACA JUGA: Jembatan Kutai Kartanegara yang Sebentar Lagi Hidup Kembali
"Sering saya melihat munculnya dua ekor buaya di Muara Kelian itu. Yang aneh, kedua buaya itu warnanya putih," kata salah satu motoris speedboat jurusan Mahakam Ulu–Kubar sebagaimana dilansir laman Kaltim Post, Kamis (7/4).
Dia menambahkan, sepasang buaya itu memiliki ukuran yang hampir sama.
Yakni, panjang sekitar tiga meter dan lebar kurang lebih 60 centimeter.
Meskipun dua ekor buaya putih sering muncul di seberang Kampung Muara Kelian, tetapi hingga sekarang belum ada warga yang dimangsa.
Meski begitu, warga tetap waspada untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.
“Makanya warga Muara Kelian yang mencari ikan di Sungai Mahakam selalu berhati-hati. Berikut, anak-anak tidak diperkenankan mandi di sungai. Lokasi munculnya buaya itu menjurus ke arah Sungai Kelian, anak Sungai Mahakam,” ujar Tono, tokoh warga Kubar.
Tono menambahkan, sekitar 15 tahun lalu, Sungai Kelian itu adalah alur tambang emas PT Kelian Equatorial Mining (KEM) yang tutup sekitar 1990-an.
Namun, saat ini beberapa titik di sepanjang Sungai Kelian masih dijadikan tempat menambang emas secara liar.
Dia mengungkapkan, pernah terjadi kecelakaan yang menimpa penambang ilegal di Sungai Kampung Kelian Dalam pada 1996 silam.
Puluhan penambang tewas setelah lahan tambang yang digali dengan kedalaman sekitar 20 meter longsor.
Sejak saat itu, kondisi alur Sungai Kelian menjadi kenangan yang menyedihkan.
"Waktu itu, banyak penambang yang tewas akibat tertimbun tanah," kata Tono. (rud/san/k11)
Redaktur & Reporter : Ragil