Sebuah apartemen kecil di wilayah Sydney, sedan tua, dan pekerjaan sebagai pelayan – adalah sedikit cuplikan dari dunia yang melingkupi pengungsi asal Vietnam, Pete Tan Hoang.

Di luar itu, Pete mempertaruhkan uang 1 milyar dolar di meja judi kasino terbesar Australia, Crown Melbourne, dalam waktu lebih dari satu dekade.

BACA JUGA: Bingkisan Natal Handmade Semakin Diminati Warga Australia

Pete, 36 tahun, akhirnya tertembak di bagian wajah pada bulan September lalu, ketika ia tengah menunggu di jalanan gelap, di pinggiran kota Sydney.

BACA JUGA: Foto Karya Fotografer Kelahiran Australia Terjual Rp 80 Miliar

Pembunuhannya telah membuat polisi bingung, tetapi sekaligus memberi petunjuk ke kasus pencucian besar atas yang dilakukan sindikat kejahatan global dengan jaringan di seluruh Asia dan Amerika, serta menyoroti besarnya isu pencucian uang dari narkotika di Australia.

Kisah Pete, yang berawal dari bocah yatim piatu asal Vietnam yang hidup dengan visa pengungsi hingga menjadi penjudi dan pelaku pencucian uang terbesar di Australia, juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana ia mampu menyembunyikan prakteknya begitu lama dan melibatkan begitu banyak uang - terutama di kasino terbesar Australia.

BACA JUGA: Pemadam Kebakaran Paling Beresiko Menderita Kanker Kulit dan Prostat

Dokumen pengadilan, dari kasus yang muncul baru-baru ini, mengungkap bahwa Pete memutar uang gelap sebanyak 1 miliar dolar melalui kasino Crown, antara tahun 2000 dan 2012.

Ia juga diizinkan untuk berjudi di bawah empat nama yang berbeda dan menerima fasilitas ‘wah’, termasuk berlibur di luar negeri, hadiah uang tunai sebanyak 100.000 dolar, dan berjudi "komisi" dalam jumlah ratusan ribu dolar.

Komisi Kejahatan Australia (ACC) memperkirakan, setidaknya uang senilai 15 miliar dolar dicuci di dalam dan melalui Australia setiap tahunnya; perkiraan lainnya menyebut jumlahnya lebih tinggi.

Sebagian besar uang itu adalah hasil dari perdagangan narkoba.

Sebagian besar penegak hukum federal di Australia mengakui, pihak mereka berjuang semakin keras untuk menghadapi kelompok kejahatan global yang berusaha mencuci uang milyaran dolar dari keuntungan bisnis narkotika mereka.

Meskipun ditargetkan dalam operasi ACC yang diberi nama ‘operasi Gordian’ selama tahun 2005 sampai 2006, dan dengan adanya serangkaian laporan intelijen yang mengungkap perannya sebagai pedagang narkoba dan pelaku pencucian uang, Pete tetap menjadi tamu kehormatan di kasino Crown sampai ia didakwa dengan pencucian uang pada akhir 2012.

Pete juga terlibat dalam beberapa sindikat perdagangan narkoba Vietnam-Australia di Sydney dan Melbourne.

Kepala Unit Resimen Kriminal Kepolisian New South Wales, Mick Willing mengatakan, ada sedikit keraguan bahwa latar belakang Pete dalam dunia narkoba dan sindikat kejahatan terorganisir Asia berkontribusi dalam kematiannya.

"Kami tentu telah mempertimbangkan bahwa ia terlibat dalam perdagangan narkoba dan pencucian uang lewat kasino - [yang] mungkin telah menjadi katalisator bagi kematiannya," kata Mick.

Perjalanan yatim piatu dari Vietnam menjadi bagian sindikat kejahatan global

Terlahir sebagai yatim piatu di Vietnam pada tahun 1977, Pete tiba di Australia pada tahun 1997 dengan visa pelajar dan paspor Indonesia dengan nama Petrus Keyn Peten.

Dalam beberapa bulan ia mengajukan status pengungsi, dengan nama Minh Tan Nguyen.

Pada tahun 2001, ia telah menjadi warga negara Australia, dan mengubah namanya dua kali lagi.

Ketika ia sudah menjadi warga negara, ia kemudian masuk daftar hitam kasino di Sydney, The Star.

Data intelijen yang berhasil dihimpun Australia selama pertengahan 2000-an menyebut, Pete terlibat dalam kelompok Vietnam-Australia yang mendirikan cabang Australia dari kelompok kejahatan global yang berpusat di Hong Kong, yang dikenal sebagai ‘Ong Ngoai’ - atau "kakek" dalam bahasa Vietnam.

Ong Ngoai adalah sindikat global penyelundupan narkoba dengan jaringan di seluruh Asia serta Amerika Utara dan Selatan. Polisi Australia telah mengidentifikasi, setidaknya ada dua lusin sindikat narkoba di negara mereka yang memiliki jaringan ke kelompok ‘Ong Ngoai’.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Indonesia di Canberra Akan Jalani Sidang Tahun Depan

Berita Terkait