jpnn.com - JAKARTA - Dua pioner mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car) sudah mulai didistribusikan ke daerah-daerah untuk dikirim ke pembeli. Daihatsu Ayla ditargetkan terjual 3.000 unit perbulan, sedangkan Toyota Agya ditarget 5.000 unit perbulan terjual di seluruh Indonesia.
"Sudah sejak beberapa hari ini proses pengiriman Agya ke daerah-daerah dilakukan, selain untuk show unit di sejumlah diler juga untuk memenuhi pesanan yang sudah masuk sejak dulu. Kita berusaha secepat mungkin memenuhi pesanan mereka," ujar General Manager Corporate Planning & Public Relation PT Toyota Astra Motor (TAM), Widyawati Soedigdo saat dihubungi, Senin (23/9).
Namun Widya mengaku belum bisa memberikan angka pasti berapa unit Agya yang telah keluar dari pabrik untuk dikirim ke daerah-daerah. Demikian juga dia tidak bisa memberikan kisaran berapa jumlah pesanan yang sudah masuk secara nasional. Namun dia menegaskan, Toyota menargetkan bisa menjual 5.000 unit Agya perbulan."Kira-kira Oktober sudah di garasi pembeli," tambahnya.
Demikian juga dengan Daihatsu Ayla. Mobil yang diproduksi di Karawang Assembly Plant milik PT Astra Daihatsu Motor (ADM) ini juga sudah mulai dikirim ke berbagai daerah. Terlihat kendaraan-kendaraan yang mengangkut Ayla sudah melintas di tol di Jakarta. Hal itu diakui Customer Satisfaction and Value Chain Division Head, PT ADM, Elvina Afny."Suplai Daihatsu Ayla sudah berlangsung," ungkapnya.
Elvina mengaku proses pengiriman segera dipersiapkan sejak pemerintah mengizinkan produksi Ayla. Mobil ini tidak hanya sudah dikirimkan ke sejumlah diler di Jakarta, tapi juga ke beberapa daerah diluar pulau Jawa. "Permintaan dari daerah-daerah cukup banyak, paling jauh sudah kita kirim ke Manado. Pengiriman menggunakan kapal dan memakan waktu hingga dua minggu," terangnya.
Namun Daihatsu Ayla tersebut tidak langsung dikirim ke garasi pembeli, tetap harus melalui proses legalisasi yang bisa memakan waktu berhari-hari. Menurut Elvani, jangka waktu Ayla diterima pembeli ditentukan oleh daerah masing-masing. "Itu tergantung daerahnya, karena mereja harus melalui beberapa proses seperti leasing, proses administrasi surat-surat kendaraan dan lain-lain," jelasnya.
Sementara itu, menurut Wakil Menteri Keuangan II Mahendra Siregar, tarik ulur mobil LCGC tidak perlu menjadi kekhawatiran banyak pihak. Sebab, program LCGC ini akan sangat berguna secara jangka panjang. "LCGC akan meningkatkan multiplier effect dan added value industri otomotif dan komponen di dalam negeri. Jadi itu mestinya ke depan dapat meningkatkan investasi," terangnya.
Bahkan, Mahendra meyakinkan, tak perlu ada spekulasi yang memandang impor barang modal akan meningkat. "Karena investasinya tidak banyak pada mesin-mesin baru. Tapi lebih kepada pemanfaatan kapasitas yang sudah ada di sini. Apalagi juga menggunakan teknologi yang memang lebih hemat energi, jadi harapannya tidak menyebabkan kenaikan impor minyak," paparnya. (wir/gal/oki)
BACA JUGA: Nam Air Mengudara Akhir Bulan Ini
BACA ARTIKEL LAINNYA... RNI Siap Bantu Pemerintah Impor Kedelai
Redaktur : Tim Redaksi