jpnn.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan, era Indonesia Emas pada 2045 berada di tangan generasi muda.
“Dengan sistem politik saat ini, yakinlah pada saya. Siapa pun bisa menjadi apa pun dan kapan pun,” kata Moeldoko saat menerima peserta Kader Bangsa Fellowship Program-Sekolah Pemimpin Muda Indonesia (SPMI) di Kantor Staf Presiden, akhir pekan lalu.
BACA JUGA: HKTI Harus Jadi Solusi Permasalahan Pertanian Indonesia
Dalam kesempatan itu, Moeldoko memberi kiat memimpin dan membangun Indonesia dalam kacamata kaum muda di era digital.
Dia mengatakan, kaum muda mesti memiliki mimpi yang tinggi dan gagasan besar.
BACA JUGA: Gagalkan Penyelundupan 1 Ton Sabu-Sabu, TNI AL Panen Pujian
Namun, di sisi lain, generasi muda perlu juga memahami hal detail, teliti, dan tersistem lantaran semua kebijakan publik bersifat holistik.
Dia menambahkan, pemimpin adalah pembuat keputusan. Di tengah beragam persoalan, pemimpin harus memutuskan.
BACA JUGA: Moeldoko Usul TNI Dilibatkan Demi Ketahanan Pangan
Untuk membuat keputusan pemimpin perlu didukung informasi dan diperkuat oleh intuisi.
Intuisi ini ditimba dari berbagai pengalaman. Intinya adalah sebuah proses belajar terus-menerus.
“Jadi, nikmatilah ketika Anda bekerja di mana pun. Itu adalah akumulasi dan agregat. Itu sebuah kapital dalam membangun intuisi seorang pemimpin. Itu rumus kepemimpinan,” cetus Moeldoko.
Mantan Panglima TNI ini lantas memberi gambaran saat dirinya menjadi tentara. Dirinya sudah dilatih menjadi pemimpin. Saat dilantik sebagai perwira pertama, dia harus memimpin 46 orang.
Setelah tiga tahun, dia memimpin 145 orang. Tujuh tahun kemudian, sebagai wakil komandan batalion, Moeldoko memimpin 700 orang plus dua tahun sebagai komandan batalion.
Berselang 20 tahun kemudian, Moeldoko memimpin 17 ribu orang dan seterusnya.
“Maknanya, proses belajar harus dinikmati. Cermat dan detail dalam bersikap. Sehingga nanti begitu kalian dalam tataran strategis dan politik sudah mapan,” paparnya.
Moeldoko mengungkapkan, seorang pemimpin juga wajib memahami masa depan. Bahkan, harus bisa membuat skenario di tengah dunia yang diwarnai perubahan, kecepatan, kompleksitas, dan risiko.
Oleh karena itu, dirinya mengingatkan anak muda membangun jaringan dan kepercayaan untuk kepentingan nasional.
“Dunia telah menuju ke sana, teman-teman. Sepuluh tahun ke depan ada tren yang tidak bisa dihindari. Persoalan energi, lingkungan, teknologi, robotik, dan kecerdasan buatan. Semua perubahan membawa perubahan struktur lingkungan yang luar biasa,” jelasnya.
Moeldoko yakin lingkungan saat ini memberikan dukungan yang luar biasa dalam melahirkan generasi hebat di masa depan.
Jadi, yang penting adalah mengoptimalisasi kondisi yang ada, berani menghadapi tantangan, dan tidak gampang menyerah.
“Waktu itu kalau saya menyerah dengan keterbatasan yang saya miliki, pasti saya tidak seperti ini. Bayangkan, orang tua saya membelikan saya sepeda saja nggak bisa. Saya harus lari-lari pagi naik kereta. Seringkali nggak dibawain duit karena memang nggak punya duit. Seringkali kejar-kejaran dengan kondektur karena nggak punya uang, padahal hanya sepuluh perak,” kenangnya.
Sementara itu, Kepala sekolah SPMI Dimas Oky Nugroho memaparkan, sekolah ini merupakan program komprehensif untuk calon pemimpin muda.
Selain belajar di kelas, para siswa juga menimba ilmu di lapangan menemui para pejabat pemerintahan.
“Mereka adalah kader muda lintas wilayah yang melibatkan berbagai latar belakang profesi. Kami juga mengundang beberapa pakar kebangsaan, kepemimpinan, dan kewirausahaan untuk memperluas wawasan para siswa,” jelas Dimas. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko: Pertumbuhan Industri dan Pertanian Harus Imbang
Redaktur & Reporter : Ragil