Monolog Budaya, Eny Retno Yaqut Ungkap Cara Berdamai dengan Diri

Kamis, 09 Desember 2021 – 20:12 WIB
Penasihat Darma Wanita Persatuan Kementerian Agama RI Eny Retno Yaqut mengisi acara monolog budaya, peluncuran buku Moderasi Beragama tiga bahasa (Inggris, Mandarin, Arab) yang dirangkai dengan International Seminar & Expose on Religious Harmony dengan tema “Diplomasi Moderasi Bergama Untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global” di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (7/12) sampai Sabtu (11/12). Foto: Kemenag

jpnn.com, JAKARTA - Penasihat Darma Wanita Persatuan Kementerian Agama (Kemenag) RI Eny Retno Yaqut menilai moderasi beragama harus dimulai dari diri sendiri.

Hal itu mengingat persoalan apa pun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bermula dari diri sendiri. Dia memaknai cinta, kasih sayang, dan penghormatan menghargai perbedaan merupakan kunci moderasi beragama.

BACA JUGA: Dubes AS, Jepang, dan Tiongkok Apresiasi Buku Moderasi Beragama

Eny menyampaikan hal tersebut dalam acara monolog budaya, peluncuran buku Moderasi Beragama tiga bahasa (Inggris, Mandarin, Arab) yang dirangkai dengan International Seminar & Expose on Religious Harmony dengan tema “Diplomasi Moderasi Bergama Untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global” di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (7/12) sampai Sabtu (11/12).

“Hidup dalam keragaman perlu adanya penghormatan yang bisa diekspresikan secara proporsional, tidak boleh terjebak prasangka dalam memandang perbedaan, tidak boleh memandang seseorang dari latar belakangnya, warna kulitnya atau suku, bangsa, dan agamanya," kata Eny.

BACA JUGA: Dor! MUS Tertembak, AKP Anton Beri Penjelasan

Menurut dia, setiap orang perlu memandang orang lain dengan cinta kasih. Nilai-nilai itu hendaknya bisa ditanamkan pada keluarga, khususnya anak-anak.

"Dengan cara tersebut maka kedamaian, kenyamanan akan dapat terwujud dalam kehidupan kita,” jelas Eny.

Istri Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas itu juga menganggap budaya saling menyalahkan satu sama lain merusak persatuan anak bangsa.

“Jangan suka menyalahkan orang lain seberapa bedanya kita, sejatinya kita disatukan sebagai sesama manusia dan percayalah bahwa sesungguhnya kebaikan itu seperti virus, yang apabila kita lakukan maka akan bisa menyebar dan menular pada orang lain agar bisa melakukan kebaikan. Kita boleh berbeda, tetapi kita tetap perlu menghormati setiap hal yang berbeda,” tambah Eny Retno.

Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket mengapresiasi terbitnya buku Moderasi Beragama tiga bahasa ini.

Kedubes Tiongkok juga mengapresiasi Moderasi Agama, terlebih memiliki terbitan berbahasa Tiongkok agar bisa dipahami oleh masyakat terkait nilai-nilai kearifan yang ada di Indonesia. Apresiasi serupa juga datang dari Duta Besar Amerika Serikat (AS) diwakili Greg Bauer.

"Kami sudah menunggu lama hadirnya terjemahan buku Moderasi Beragama yang berbahasa Inggris. Sebenarnya pihak Kedubes AS sudah mengetahui keberadaan buku ini setahun sebelumnya dan menunggu bukunya hadir dalam bahasa Inggris agar bisa disebarkan lebih luas lagi,” ujar Greg Bauer.

Acara ini awalnya dibuka Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Achmad Gunaryo. Hadir juga sejumlah duta besar negara seperti Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket, Duta Besar Amerika Serikat diwakili Greg Bauer, Duta Besar Tiongkok, Duta Besar Mesir, Perwakilan Konjen Negara-negara Sahabat, Perwakilan Majelis-majelis Agama, Ormas Keagamaan, Lembaga Keagamaan di Provinsi Bali, Para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler