Dari kesimpulan awal yang dilakukan oleh pihak TNI, aksi penembakan di beberapa daerah itu diduga bermotif balas dendam dari kelompok yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.
Sementara pihak Kepolisian sendiri hingga saat ini mengaku belum mengetahui dari kelompok mana para pelaku penembakan tersebut.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Drs. Johannes Nugroho Wicaksono ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos (JPNN Group) mengatakan bahwa serentetan kasus penembakan yang terjadi dalam satu pekan ini masih menjadi prioritas Kepolisian untuk mengungkapnya.
"Kami masih melakukan penyelidikan, berupa olah tempat kejadian perkara (TKP) dan juga meminta keterangan saksi-saksi. Namun sejauh ini kami juga belum bisa memastikan siapa pelaku atau dalang dari serentetan penembakan yang terjadi di Keerom, Paniai dan juga Deiyai," ungkapnya, Rabu (22/8).
Johannes mengungkapkan bahwa saat ini Polda Papua bersama Polres Keerom tengah melakukan olah TKP di Keerom. Di mana saat itu Kepala Seksi Kehutanan Sarmi Ayub Notanubun (52) ditembak oleh sekelompok orang tidak dikenal di jalan antara Arso 13-5 Distrik Skamto.
"Semoga olah TKP itu bisa mendapatkan petunjuk yang mengarah kepada pelaku atau juga motif yang dilakukan pelaku. Namun hingga saat ini kami belum bisa membeberkan hasil olah TKP, guna kepentingan penyelidikan," paparnya.
Johannes juga menjelaskan proses penyelidikan atas tertembaknya salah satu anggota Polres Paniai Brigadir Yohan Kisiwaito (29) juga sedang didalami. "Hasil olah TKP belum bisa mengidentifikasi motif dan juga siapa pelakunya. Hanya kami sudah mendapat petunjuk jenis amunisi yang digunakan pelaku yaitu sejenis amunisi yang digunakan senjata revolver. Saat ini amunisi itu sedang diuji balistik," paparnya.
Dikatakannya, jenazah Brigadir Yohan saat ini masih berada di Rumah Sakit Nabire dan rencananya akan dievakuasi ke Jayapura. "Jenazah Yohan rencananya akan dibawa ke Jayapura, hanya saja kapan evakuasinya saya belum tau," katanya.
Sementara terkait penembakan yang terjadi di Camp PT. Putra Dewa Kabupaten Deiyai, pihaknya juga masih melakukan penyelidikan. "Saat itu kejadiannya sangat cepat. Di mana pelaku mengetok Camp. PT.Putra Dewa. Ketika korban membuka pintu pelaku langsung menebas korban dengan parang," jelasnya.
Yohannes menambahkan bahwa pihaknya juga belum bisa memastikan kondisi para korban yang mengalami luka tembak. "Kami belum bisa memastikan keempat korban yang ditembak. Sebab saat ini masih dilakukan olah TKP. Hanya dari kejadian itu, 2 orang meninggal dunia dan 2 lagi luka-luka. Usai kejadian, pelaku kabur tanpa membawa barang-barang milik korban," tuturnya.
Kabar yang didapatnya, keempat korban saat ini sudah diterbangkan ke Makassar. "Kalau tidak salah keempat korban sudah diterbangkan ke Makassar, dan korban meninggal selanjutnya akan diberikan ke sanak keluarga korban untuk dimakamkan," katanya.
Johannes menegaskan kepada seluruh masyarakat, tidak saja di daerah Paniai, Deiyai ataupun Keerom, melainkan seluruh masyarakat Papua untuk tetap beraktivitas seperti biasa. "Papua secara umum aman dan kondusif. Jadi jangan ada menyimpan rasa ketakutan dalam diri kita. Mereka hanya sekelompok orang yang mencoba membuat kekacauan. Dan kita bisa menghentikannya, apabila melakukannya dengan bekerja sama," tandasnya.
Di tempat terpisah, Kepala Penerangan Kodam (Kependam) XVII/ Cenderawasih Letkol Inf. Jansen Simanjuntak menuturkan bahwa Papua masih tetap dalam keadaan aman dan terkendali. "Papua aman dan tidak ada pasukan khusus dari TNI untuk dikerahkan dalam mengatasi kejadian penembakan terakhir ini. Hanya saja TNI yang ada di daerah masing-masing ikut membantu polisi dalam mengungkapnya," ungkap Jansen saat ditemui di ruang kerjanya.
Jansen menuturkan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh TNI atas penembakan yang terjadi di Keerom, bahwa kejadian itu adalah kriminal murni yang dilakukan masyarakat. "Penembakan itu dilakukan masyarakat. Saat ini kami tengah membantu polisi dalam melakukan pengejarannya, apalagi kami sudah mengidentifikasi pelakunya," ujarnya.
Menurut Jansen, dugaan sementara bahwa pelaku melakukan penembakan terhadap korban karena ada balas dendam. "Pelaku balas dendam, namun dendamnya kepada pemerintah bukan kepada korban. Hanya saja saat itu korban melintas dan bekerja di pemerintah. Dan semoga saja dugaan kami benar dan kami bisa menangkap pelakunya," jelasnya.
Sedangkan rentetan yang terjadi di Paniai dan Deiyai juga merupakan sebuah dendam. Di mana separatis kelompok John Yogi yang melakukan aksinya, atas dendam terhadap pihak kepolisian yang berhasil mengusir kelompok ini dari sarangnya dan juga menembak adik dari John Yogi.
"Yang melakukan aksi penembakan di Paniai itu adalah kelompok John Yogi. Di mana kelompok ini balas dendam atas meninggalnya adiknya dan penyerangan markasnya belum lama ini, dan juga mencari makan. Hingga akhirnya masyarakat juga menjadi korbannya. Bayangkan saja mereka harus ke Kabuapaten Deiyai, untuk mencari makan. Sebab mereka saat ini adalah DPO dan hidup di hutan. Kalau di Paniai tentu mereka akan di tangkap," tuturnya.
Jansen yang merupakan mantan Dandim di Nabire menuturkan bahwa apa yang dilakukan oleh John Yogi cepat atau lambat akan terungkap. Sebab hingga saat ini pihak kepolisian bersama TNI tengah mengejarnya. Namun sebelum terungkap, pihaknya menyarankan agar kelompok ini menyerahkan diri.
"Saya tau John Yogi dan almarhum ayahnya. Saya lama kenal mereka. Apalagi ayahnya yang dulu sempat ingin kembali ke pangkuan NKRI. Hanya saja saat itu ajal memanggilnya setelah bertahan hidup akibat di patok ular. Dan John Yogi tau itu, permintaan mendiang orang tuanya yang ingin kembalim ke NKRI, bahkan mendiang orang tuanya juga sempat meminta kepadanya untuk tidak melakukan aksi teror kepada masyarakat dan melawan negara," jelasnya.
Karena menurut mendiang orang tua John Yogi bahwa melakukan pemberontakan itu sangatlah tidak enak, karena akan dikejar oleh pihak keamanan baik itu Polri atau pun TNI, serta tidak bisa menjalani kehidupan seperti orang yang bebas.
"TNI Polri itu bukan pembunuh. Tapi TNI-Polri itu selalu bekerja dengan sikap kasih. Sebab bukan tidak tau siapa sebenarnya anggota kelompok A atau B yang berada di tengah-tengah masyakat. Akan tetapi melalui kasih dan harapan bisa berubah, TNI Polri memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk berubah. Namun bila terus memberontak, ya terpaksa TNI Polri melakukan proses hukum sesuai protapnya masing-masing," jelasnya.
Namun Jansen juga meminta kepada Polisi dan juga TNI untuk Selalu waspada dalam melaksanakan tugas. "Saat ini kelompok ini adalah DPO, tentunya hidup di hutan dan akan keluar dari sarangnya apabila lapar. Dan mereka juga akan mengincar siapa puna anggota yang lengah untuk membalas dendam mereka," ujarnya.
Tidak hanya itu, Jansen juga menuturkan bahwa siapapun separatis yang tidak didukung oleh pemerintah tentu akan memberontak. "Mereka saat ini kan tidak didukung pemerintah dan dikejar-kejar oleh aparat. Sementara untuk bertahan hidup di hutan mereka harus mencari makan di tengah-tengah masyarakat. Sebab hutan di Papua dan di luar Papua berbeda. Hutan di Papua susah untuk bertahan hidup, karena tidak adanya makanan," paparnya.
Saat disinggung apakah saat ini Paniai dalam keadaan tegang - Jansen menjelaskan tidak ada yang tegang. Paniai aman dan kondusif. Hanya saja kelompok ini akan terus melakukan aksinya. Hanya itu akan dilakukan pada saat aparat lengah dan juga di tempat yang tidak terjangkau aparat.
"Bukan di Paniai saja, secara umum Papua dengan luasnya tentu dalam keadaan aman dan kondusif. Contohnya saja tidak adakan perayaan HUT RI dan perayaan Idul Fitri yang terganggu. Dua agenda besar ini bisa dirasakan masyarakat dengan baik," ujarnya. (ro/fud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Turis Terseret Arus
Redaktur : Tim Redaksi