Motor Penembak Ganti-ganti Pemilik

Selasa, 20 Agustus 2013 – 08:26 WIB

jpnn.com - JAKARTA---Perburuan terhadap kelompok penembak polisi terus berlanjut. Polisi memiliki data penting dari Iwan yang sudah diperiksa  hari Minggu lalu. "Motor itu berganti pemilik. Setidaknya sudah sembilan kali berganti, itu dari data Korlantas," ujar penyidik anti teror pada Jawa Pos kemarin (19/08).

 

Mio yang digunakan penembak juga mempunyai warna asli merah. "Pelakunya melakukan modifikasi warna," katanya. Nomer Mio D 6632 WD juga diduga bodong. "Kita dibantu sistem Korlantas yang punya database nomer rangka kendaraan," katanya.

BACA JUGA: Iwan Intelijen FPI

Iwan warga Tasikmalaya yang sudah diperiksa Densus adalah pemegang motor yang kesembilan. "Sekarang kita mencari orang bernama Nova, pemilik setelah Iwan," ujarnya.

BACA JUGA: Dahlan : Orang Indonesia Sukses di Luar Negeri Biarkan Terus Berkarya

Dari pengakuan Iwan, Nova membeli motor keluaran tahun 2010 itu secara tunai. "Kita juga mengembangkan kemungkinan penembak mencuri motor. Jadi, bukan hasil jual beli," katanya.

Saat ini, penyidik setidaknya sudah punya tiga alat bukti yang cukup kuat. Pertama, motor pelaku yang juga diduga kuat dipakai saat menembak dua polisi sebelum kejadian Pondok Aren.

BACA JUGA: Apotek Markup Harga Obat Hingga 37 Persen

Yang kedua, hasil sketsa wajah yang dicek silang (crosscheck) dengan anggota kelompok Abu Roban yang berada di tahanan. Salah satu wajah pelaku berhasil dikenali. Yang ketiga, proyektil peluru 9,9 mm identik dengan senjata baretta dan FN yang juga dimiliki oleh kelompok Abu Roban.

Kelompok ini digulung secara massif oleh Densus 88 pada Mei 2013 lalu. Pimpinannya, Untung alias Abu Roban ditembak mati oleh Densus 88 di Kendal Jawa Tengah. Total tujuh tewas dari kelompok ini. Sedangkan 27 ditangkap hidup.

Dari interogasi , 27 orang itu mengakui berbagai aksi perampokan. Mereka juga membeli berbagai senjata api dari kelompok Abu Umar yang memang spesialis penyedia logistik. Senjata itu diselundupkan melalui jalur Tawau Malaysia - Nunukan.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Ronny Frankie Sompie menjelaskan, informasi dari  pemeriksaan Iwan di Tasikmalaya menjadi bahan penting. "Itu sangat membantu pengungkapan," katanya di kantor Divhumas kemarin.

Mantan Kapolrestabes Surabaya itu menjelaskan, perburuan terhadap penembak dilakukan oleh tim Densus 88 Mabes Polri dan dibantu oleh satuan-satuan di Polda. "Soal anggota Binmas agar aman dalam bertugas tentu ada kebijakan khusus nanti yang akan diberlakukan," katanya.

Mantan Karowasidik Bareskrim Polri itu juga membenarkan penyidikan mengandalkan sketsa yang sudah disebarkan di kantor kantor kepolisian seluruh Indonesia. "Sketsa itu dibuat dari para saksi yang melihat. Walaupun suasana gelap namun sangat berguna," katanya.

Penembakan beruntun dengan ciri dibuntuti di tempat sepi pada suasana gelap merupakan salah satu cirri kelompok yang diburu. "Kita tidak boleh lengah. Memburu penembaknya jadi prioritas utama, dibarengi kewaspadaan saat bertugas," kata jenderal bintang dua itu.       

Sementara, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane punya pandangan tersendiri soal seringnya Polisi menjadi sasaran penembakan atau tindak kekerasan. Dia menyebut itu sebagai akumulasi kebencian masyarakat atau yang spesifiknya pelaku kriminal terhadap aparat.      

Saat berada di gedung KPK, Neta menjelaskan kenapa pihaknya berpendapat penembakan yang terjadi akhir-akhir ini dilakukan oleh kriminil. Salah satu jawabannya ada pada pola penembakan yang dilakukan dari belakang. "Itu ciri khas pelaku kriminal disini (Indonesia)," katanya. Dia yakin betul karena pengamatannya selama ini menunjukkan kalau teroris kerap menembak dari depan.     

Lantas, apa dosa polisi sehingga menjadi sasaran tembak? Neta menyebut indikasi perlawanan itu sudah muncul sejak tiga tahun lalu. Selama itu permusuhan sekelompok masyarakat dengan polisi terus menegang. Mereka mulai tidak nyaman dengan korps berbaju cokelat yang dinilai arogan, melakukan pungli, hingga mengkriminalisasi masyarakat.

Dia berharap Polisi bisa segera mengungkap siapa pelaku dibalika kekerasan dan penembakan. Jika tidak, dia khawatir bakal muncul korban-korban baru. Disamping itu, Polisi juga perlu mengubah sikap untuk lebih ramah pada masyarakat. "Bukan mustahil pengeroyokan dan penembakan muncul lagi," prediksinya. (rdl/dod/dim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hayono Isman Masih Rahasiakan Tim Suksesnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler