jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat harus diedukasi tentang varian Omicron agar bisa diantisipasi.
Menurut Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, mengantisipasi varian Omicron dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
BACA JUGA: Pimpinan MPR Apresiasi Capaian Indeks KIP Kalimantan Timur
Hal itu disampaikan saat membuka diskusi daring bertema Mengenal Lebih Lanjut Omicron di Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu (15/12).
Diskusi yang dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Dr. Irwansyah itu menghadirkan, antara lain, Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, Ph.D dan Prof. Tonny Loho.
BACA JUGA: MPR Berharap Vaksinasi Covid-19 bagi Anak Dipahami Orang Tua
Selain itu, Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Guru Besar FK UI Tjandra Yoga Aditama, dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti.
Lestari menuturkan, upaya tersebut merupakan bagian dari membangun dan memperkuat ketahanan masyarakat dari ancaman virus korona.
BACA JUGA: MPR Ingatkan Perempuan Berkontribusi dalam Pembangunan Nasional
Rerie, sapaan akrab Lestari, menuturkan bahwa pemerintah telah melakukan antisipasi melalui kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Rerie menjelaskan, pemahaman masyarakat sangat membantu menyukseskan pengendalian varian Omicron yang di sejumlah negara sudah menyebar luas.
Omicron dipelajari secara menyeluruh bukan untuk menimbulkan ketakutan, melainkan saling mengingatkan untuk mempertahankan kehidupan.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, varian Omicron per 13 Desember 2021 terkonfirmasi di 72 negara.
Berdasarkan sejumlah penelitian, dampak varian Omicron lebih rendah daripada Delta.
Namun, penularan varian Omicron lebih cepat daripada Delta.
Menurut Dante, kelompok sasaran dua varian tersebut berbeda.
Dampak varian Delta lebih banyak menyasar sebagian besar kelompok masyarakat berusia lanjut.
Sementara itu, varian Omicron menyasar kelompok usia yang lebih muda dan anak-anak.
Vaksinasi dapat melindungi masyarakat dari peluang rawat inap karena terpapar Omicron.
Jadi, vaksinasi merupakan salah satu langkah yang penting dalam mencegah penularan.
Tonny Loho mengungkapkan, sebagian besar yang terpapar varian Omicron adalah masyarakat yang belum divaksin.
Upaya vaksinasi hanya memberikan sebagian proteksi serangan virus korona varian Omicron.
Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair Ni Nyoman Tri Puspaningsih menyarankan agar deteksi varian Omicron bisa menggunakan upaya genotyping agar lebih cepat dan terjangkau.
Ni Nyoman menyambut baik kebijakan yang menerapkan genome surveillance skala nasional oleh pemerintah.
Dari hasil pendeteksian terhadap ribuan sampel hingga Rabu (15/12), varian Omicron di Indonesia belum ditemukan.
Guru Besar FK UI dan Direktur Penyakit Menular WHO SEARO 2018-2020 Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejumlah penelitian belum bisa memastikan dampak varian Omicron benar-benar ringan.
Kasus yang ada belum menjadi dasar kesimpulan berat atau ringannya dampak varian Omicron.
Untuk mencegah penyebaran varian Omicron, disarankan melakukan pendekatan mitigasi risiko yang berlapis dengan retrospective screening pada orang yang datang dari negara terjangkit sebelum 29 November 2021.
Menurut Tjandra, pembatasan sosial tetap dilakukan lewat kebijakan PPKM berlevel dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti berpendapat, kemampuan para pakar untuk mendeteksi varian baru dari Covid-19 sangat penting untuk mendukung langkah pengendalian penyebaran virus korona di tanah air.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menegaskan, literasi kesehatan sangat penting di masa pandemi.
Sebab, misinformasi dapat berdampak buruk bagi upaya penanggulangan pandemi.
’’Dampak misinformasi terkait Omicron akan jauh lebih cepat menyebar daripada virusnya sendiri,’’ tandas Septiaji. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi