MPR: Manfaatkan Momentum Pemilu dengan Cara Beradab

Senin, 25 Maret 2019 – 20:48 WIB
Ace Hasan Syadzily. Foto: from partaigolkar.or.id

jpnn.com, JAKARTA - Anggota MPR Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengajak untuk memanfaatkan momentum Pemilihan Umum 2019 sebaik-baiknya dengan cara yang beradab. Ace menjelaskan, cara beradab itu mengedepankan capaian, visi- misi, target, serta program-program konkret yang ditawarkan kepada masyarakat.

“Perlu saya tegaskan bahwa sebetulnya pemilu baik pilpres maupun pileg itu adalah instrumen dan upaya untuk berlomba-lomba menuju kebaikan atau fastabiqul khairat,” kata Ace dalam diskusi Empat Pilar MPR bertema Konsolidasi Nasional Untuk Pemilu Damai, kerja sama Koordinatoriat Wartawan Parlemen dan Biro Humas MPR di gedung parlemen, Jakarta, Senin (25/3).

BACA JUGA: Fadli Zon Ingatkan Kubu Jokowi - Maruf Tak Libatkan Aparat untuk Kampanye

BACA JUGA: MPR: Jadikan Kecurangan Pemilu Sebagai Musuh Bersama

Dia menjelaskan, pemilu merupakan mekanisme biasa dalam proses demokrasi yang sudah diatur secara tegas di konsitusi. Menurut dia, lewat pemilu itu pula rakyat diberikan pendidikan politik yang luar biasa, dan tawaran terbaik untuk menentukan pemimpin-pemimpinnya.

BACA JUGA: MPR RI Optimistis Pemilu 2019 Berlangsung Damai

“Jadi, pemilu yang dilaksanakan lima tahun sekali adalah cara yang paling beradab untuk mengelola kekuasaan dengan sebaik-baiknya,” paparnya.

“Harapan kami pilpres harus dijadikan sebagai ajang adu gagasan, program, visi misi dan momentum yang terbaik membangun Indonesia menjadi negara yang maju,” kata Ace.

BACA JUGA: Gus Yaqut Perintahkan Kader Banser dan Ansor Bantu Amankan Pemilu - Pilpres 2019

Menurut dia, masyarakat dituntut berpikir jernih memilih mana calon-calon pemimpin yang memang layak dan memiliki kemampuan mengelola kekuasaan. “Baik itu legislatif maupun eksekutif,” tegas legislator dari Partai Golkar, ini.

Dia mengatakan, Indonesia adalah negara yang telah mengalami konsolidasi demokrasi yang sangat baik. Pada 1999, kata dia, banyak pihak yang meragukan apakah Indonesia ini akan tetap menjadi negara utuh.

Nah, kata Ace, ternyata kedewasaan politik masyarakat dan elite saat itu merasa bahwa Indonesia harus melalui proses demokrasi yang benar.

“Makanya, alhamdulillah pileg berlangsung secara aman, bahkan orang yang mengatakan bahwa pada 1999 adalah pemilihan legislatif yang paling demokratis,” jelas Ace lagi.

Pada 2004, lanjut Ace, Indonesia memulai dengan sistem pilpres langsung. Lagi-lagi, kata dia, proses itu sukses dan menghasilkan presiden yang pertama dipilih langsung oleh rakyat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu juga sama dan berlanjut pada Pemilu 2009. Kemudian, sambung Ace, pada 2014, juga telah melewati pemilu dengan sistem pemilihan langsung. Pada 2019 juga demikian, pemilu akan digelar langsung secara serentak.

“Insyaallah 17 April juga akan melalui tahapan yang memang agak berbeda dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Kalau 2009 hanya pileg saja, 2004, 2009 dan 2014 pileg dan pilpres dipisahkan, maka 2019 pilpres dan pileg serentak. Ini yang membedakan dengan yang sebelumnya,” katanya.

Menurut dia, ini merupakan eksperimen politik baru bagi Indonesia. Meskipun, di beberapa negara ada juga pilpres dan pileg bersamaan. Sebagai sebuah eksperimentasi politik, karena kita taat terhadap keputusan mahkamah konstitusi yang mengatakan bahwa pileg dan pilpres dilaksanakan secara bersama-sama tentu ini harus dimanfaatkan sedemikian rupa agar bisa dua-duanya dapat.

“Ini bukan sesuatu yang mudah karena baru pertama kali digelar Indonesia,” kata Ace Hasan.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilpres Bukan Perang


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler