MPR Sampaikan Nilai-Nilai Empat Pilar Lewat Seni Calung

Jumat, 13 November 2020 – 21:11 WIB
Beragam cara terus dilakukan menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI. Salah satunya lewat pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur. Foto: Humas MPR.

jpnn.com, CIANJUR - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bersama Perempuan Bangsa menampilkan pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur untuk menyampaikan pesan-pesan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

Dalam pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur, di Wisma Kemenaker, Ciloto, Puncak, Jumat (13/11), itu ditampilkan Calung yang menyisipkan nilai-nilai Empat Pilar MPR. 

BACA JUGA: Sosialisasi 4 Pilar MPR di Cianjur, Gus Jazil: Pemimpin Harus Berpihak Pada Rakyat

Pagelaran ini dihadiri pimpinan Fraksi PKB MPR Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, MM, Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan, SH, MH, Sekretaris Jenderal DPP Perempuan Bangsa Miftahul Jannah.

Pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur ini menampilkan tari jaipong dan Calung.

BACA JUGA: MPR RI: Generasi Muda Harus Mampu Beradaptasi di Tengah Berbagai Perubahan

Seni Calung yang ditampilkan cukup menarik perhatian penonton yang terdiri dari ibu-ibu Perempuan Bangsa.

Tiga pemain Calung mampu membuat para penonton tertawa.

BACA JUGA: Uniknya Sosialisasi Empat Pilar MPR di Panggung Toktan Pekanbariu

Di antara canda pemain Calung, disisipkan pesan-pesan Empat Pilar MPR. “NKRI harga mati,” ujar seorang pemain Calung.

Sebelumnya, ketika membuka pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR ini, Neng Eem Marhamah mengatakan pagelaran seni budaya ini menerapkan pelaksanaan protokol Covid-19 yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Para peserta adalah perwakilan Perempuan Bangsa dari 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Setiap kecamatan diwakili tiga orang. 

“Ibu-ibu Perempuan Bangsa tidak hanya sekadar sebagai seorang ibu yang mengurus anak, suami, dan keluarga, tetapi juga tokoh di kecamatan masing-masing, bahkan mempunyai majelis taklim," paparnya.

Karena itu, ia menilai sudah tepat bila ibu-ibu mengikuti pagelaran seni budaya ini.
Terlebih lagi, pendidikan pertama ada di tangan ibu-ibu.

"Karena itu membumikan nilai-nilai Empat Pilar MPR sangat efektif bila disampaikan ibu-ibu dengan caranya sendiri, dengan kasih sayang ibu, dan dengan budaya yang memang sudah ada di lingkungan kita,” jelasnya. 

Neng Eem Marhamah menambahkan dengan mencintai NKRI, ibu-ibu paling tepat untuk menanamkan kepada generasi selanjutnya, terutama keluarga, kemudian jemaah

"Bhinneka Tunggal Ika dan UUD NRI Tahun 1945, juga penting diketahui ibu-ibu, penting disampaikan kepada keluarga,” sambung Neng Eem.

Dia menjelaskan kesenian Calung adalah kesenian dari tanah Sunda yang berbeda dengan angklung.

Dalam Calung disertai alur cerita. “Dengan cerita itu akan disampaikan pesan-pesan kebangsaan,” tuturnya.

Neng Eem mengatakan dengan seni budaya orang menjadi bahagia. Sebab, seni budaya itu menyenangkan.

Karena itu, lanjut dia, penyampaian nilai-nilai Empat Pilar MPR pun harus dilakukan dengan cara yang bahagia.

“Dengan seni itulah kita bahagia, kita menjadi gembira. Karena itu penyampaian nilai-nilai kebangsaan, Empat Pilar MPR, juga harus dengan cara yang bahagia, cara welas asih, dan santun," katanya.

"Itulah kenapa dilakukan pagelaran seni budaya dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR ini,” lanjut Neng Eem.

Sebelumnya, Budi Muliawan mengaku merasa senang bisa menghadiri pagelaran seni budaya dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR yang diikuti Perempuan Bangsa tersebut.

“Karena perempuan adalah penentu maju atau mundurnya sebuah bangsa. Peradaban dunia ikut ditentukan oleh perempuan. Ibu-ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak, bagi generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Budi Muliawan yang akrab disapa Wawan itu berharap ketika ibu-ibu Perempuan Bangsa sudah memahami Empat Pilar MPR, maka bisa menjelaskan dengan caranya sendiri kepada anak-anak di rumah.

Sebab, ujar Wawan, sekarang ini banyak nilai budaya transnasional yang masuk ke Indonesia dan tidak bisa lagi dibendung.

"Garda pertama untuk membendung budaya-budaya yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia adalah para ibu-ibu, para Perempuan Bangsa,” tambah alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini.


Karena itu, Wawan menitipkan nilai-nilai Empat Pilar MPR ini untuk diajarkan di keluarga. “Ibu-ibu menjadi agen untuk menangkal budaya-budaya yang tidak pas atau tidak cocok bagi bangsa Indonesia," kata Wawan.

Dia menegaskan ibu-ibu bisa memperkenalkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika lebih dini kepada anak-anak.

"Dengan pagelaran seni budaya seperti ini maka nilai-nilai itu bisa diinternalisasikan kepada keluarga melalui ibu-ibu,” tutup Wawan. (jpnn)

 

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler