MPR Sosialisasikan 4 Pilar di Malaysia dan Hong Kong

Selasa, 24 November 2015 – 04:00 WIB
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang (OSO) memimpin delegasi MPR saat melakukan kunjungan kerja ke Malaysia dan Hong Kong dalam rangka sosialisasi 4 Pilar yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Tampak Oesman Sapta (tengah) disambut oleh Acting Konjen Hong Kong Rafael Walangitan, setelah itu melakukan kunjungan ke Legislative Council (Legco) Hong Kong disambut oleh President of Legco Hong Kong, Hon Jasper Tsang. FOTO: Humas MPR RI for JPNN.com

jpnn.com - KUALA LUMPUR – Delegasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Malaysia dan Hong Kong. Selain melakukan Sosialisasi 4 Pilar, MPR juga berupaya meningkatkan hubungan antarparlemen serta memantau kesejahteraan tenaga kerja Indonesia.

Sosialisasi 4 Pilar MPR yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dilakukan oleh anggota MPR, tidak hanya dilakukan bagi warga negara Indonesia yang berada di dalam negeri, Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri pun berhak untuk mendapatkan sosialisasi. Hal tersebut telah dilakukan oleh MPR di Kuala Lumpur, Malaysia pada 16 November 2015 di Kantor KBRI, Jalan Tun Razak No. 233, Kuala Lumpur, Malaysia.

BACA JUGA: Ngeri... Tanah Longsor Di Tambang Batu Permata Tewaskan 30 Penambang

Acara sosialisasi diikuti oleh puluhan warga negara Indonesia yang berada di negeri jiran itu. Dalam acara itu, pembekalan dan sosialisasi 4 Pilar diberikan oleh Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang (OSO), dan anggota MPR lainnya seperti Abdul Kadir Karding dan Abdul Malik Haramain (Fraksi PKB MPR), M Idris Laena (Fraksi Partai Golkar MPR), Hermanto (Fraksi PKS MPR), Zainut Tauhid (Fraksi PPP MPR), Djoni Rolindrawan (Fraksi Partai Hanura MPR), dan Djasarmen Purba, Delis Jukarson Hehi dan Eni Sumarni (anggota MPR dari Kelompok DPD RI).

Dalam kesempatan itu, Dubes Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno saat sambutannya, menyinggung soal kabut asap yang sempat menyelimuti Kuala Lumpur. Kabut asap itu akibat kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

BACA JUGA: Melacak Dalang Teror Paris, Polisi Belgia Tahan 16 Tersangka

“Alhamdulillah kabut asap sudah hilang,” ujar Herman Prayitno.

“Saya sudah capek juga ditanya-tanya, kapan kabut asap hilang, kapan kabut asap hilang," kata Herman lagi.

BACA JUGA: Gadis Berusia 20 Tahun Ledakkan Diri, Begini Akibatnya, Astaga...

Terkait persoalan kabut asap, Oesman Sapta menimpali apa yang dikatakan Herman Prayitno. Menurut OSO, sapaan Oesman Sapta Odang, kabut asap sudah terjadi selama bertahun-tahun dan sudah seharusnya pemerintah memberikan solusi yang nyata untuk menyelesaikannya.

“Kita diuji, jangan menyalahkan siapa,” kata OSO.

“Sepuluh tahun itu sudah terjadi tapi tidak pernah ada langkah-langkah untuk menyelesaikan itu,” kata Senator dari Provinsi Kalimantan Barat itu.

Sebagai negara yang dibanjiri tenaga kerja dari Indonesia, dalam sosialisasi di negeri serumpun itu, Oesman Sapta juga membahas soal TKI.

OSO mengugkapkan, hubungan kedua negara, Indonesia dan Malaysia, dari waktu ke waktu semakin membaik. Buktinya, kata OSO, dua orang TKI dibebaskan dari hukuman mati karena pendekatan diplomasi Indonesia.

“Hubungan baik berkat terobosan Indonesia dalam berdiplomasi sehingga 2 orang tersebut dibebaskan,” ujar Oesman Sapta.

Warga negara Indonesia yang menjadi peserta sosialisasi itu menyambut baik acara yang digelar oleh MPR. Mereka antusias saat diberi kesempatan untuk menyampaikan sejumlah pertanyaan.

Terlihat mereka banyak bertanya tentang nasib tenaga kerja Indonesia hingga masalah kewarganegaraan. Salah seorang peserta, Usman, bertanya apa pengaruh pengamalan 4 pilar dengan nasib para TKI di luar negeri.

Pantau Kesejahteraan TKI di Hong Kong

Pada  tanggal 19 November 2015, delegasi MPR yang dipimpin oleh Wakil Ketua MPR Oesman Sapta melakukan Sosialisasi 4 Pilar MPR, yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, di Hong Kong, bertempat di KJRI acara itu itu diadakan.

Menurut Oesman Sapta, Hong Kong merupakan satu negara yang luar biasa baginya.

“Negara ini pertama dimana saya tugas ke luar negeri. Saya orang yang bertugas memberikan visa,” ujarnya seperti dilansir dalam siaran pers Humas Setjen MPR diterima JPNN, Senin (23/11).

Lebih lanjut, OSO menjelaskan, kunjungan ke Hong Kong merupakan hal yang penting sebab negara ini sebagai jembatan Indonesia ke China.

Di KJRI, Oesman Sapta disambut oleh Acting Konjen Hong Kong Rafael Walangitan dan masyarakat Indonesia yang mengikuti acara itu.

Setelah melakukan Sosialisasi 4 Pilar, delegasi MPR melakukan kunjungan ke Legislative Council (Legco) Hong Kong. Di Parlemen Hong Kong itu, Oesman Sapta disambut oleh President of Legco Hong Kong, Hon Jasper Tsang.

Tsang saat menerima delegasi MPR memperlihatkan gedung parlemen yang baru dibangun. Mereka diajak keliling bangunan baru itu. Tsang mengatakan, gedung ini baru dibangun 4 tahun lalu dan pihaknya sangat bangga untuk menunjukkannya.

Dalam kesempatan itu, terjadi perbincangan mengenai fungsi dan wewenang Legco dan parlemen Indonesia. Dikatakan Oesman Sapta, Hong Kong mempunyai hubungan yang kuat dengan Indonesia.

“Saya tahu kita punya masalah dengan aksi demokrasi, saya rasa kita sudah masuk ke dalam sistem baru dengan publik. Kami ingin memastikan bahwa kita masih mempunyai koneksi yang kuat dengan kalian semua,” ujar Oesman.

Tsang dalam kesempatan itu memaparkan, anggota Legco berjumlah 70 orang. Tujuh puluh orang dibagi menjadi dua. Tiga puluh lima orang dipilih melalui pemilihan sesuai dengan daerahnya, ada 5 daerah di Hong Kong. Lalu 35 lagi sesuai dengan profesi, ada pengacara, dokter, akuntan, dan sebagainya. 

Puas dengan sambutan Tsang, Oesman Sapta pun mengundang Tsang berkunjung ke Indonesia.

Dalam kunjungan ke negeri yang produktif membikin film mandarin itu, delegasi MPR juga melakukan peninjauan dua bank milik pemerintah Indonesia, BNI dan Bank Mandiri. Dalam peninjauan Kantor BNI, Oesman Sapta bertemu dengan para TKI yang hendak mengirim uang ke kampung halamannya di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Oesman Sapta langsung bertanya pada TKI yang bernama Muharom itu.

“Kalau andaikata transfer, ada problem enggak?"  Pertanyaan itu langsung dijawab oleh Muharom, "enggak ada, teknologi sangat bagus."

Setelah meninjau BNI, Oesman Sapta melanjutkan ke Bank Mandiri. Di Bank Mandiri, dirinya juga bertatap muka dengan tiga TKW. Ia pun juga bertanya, "gaji berapa? Cukup? Yang dipakai hidup berapa di sini?"

Pertanyaan itu dijawab oleh salah satu diantara mereka, “4.200 dollar Hong Kong, sekitar Rp8 jutaan. Yang dipakai sekitar 1.000. Cukuplah. Di sini tidak ada kesulitan pak, kalau ada kesulitan bilang ke agen atau ke KBRI bisa juga.”(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SADIS... Militan Penggal Kepala Pengembala Ini Lalu Minta Diantarkan Ke Keluarga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler