Mr. Kiamat

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 18 Oktober 2022 – 18:07 WIB
Mr. Kiamat memprediksi dunia tengah memasuki era baru krisis stagflasi hebat yang belum pernah ada sebelumnya. Ilustrasi/foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Mungkin masih banyak yang ingat isu mengenai dunia akan kiamat pada 21-12-2012 atau 21 Desember 2012.

Isu itu sempat membuat heboh dan panik karena ternyata banyak orang yang mempercayainya.

BACA JUGA: Ekonom: Ekonomi Indonesia Akan Mampu Hadapi Ancaman Krisis Global

Isu itu berawal dari ramalan Suku Maya yang menyebut akan terjadi kiamat pada 21 Desember 2012. 

Ramalan kiamat ramai dibahas di berbagai media di berbagai belahan dunia.

BACA JUGA: Arief Poyuono: Jangan Sampai Cetak Uang Rp600 Triliun Jadi Kiamat Ekonomi Indonesia

Hollywood memanfaatkan isu itu untuk membuat sebuah film berjudul ‘’2012’’ yang ternyata menjadi box office. 

Kiamat itu akan terjadi dalam bentuk bencana alam yang dahsyat yang membawa kehancuran total, seperti gempa bumi, tsunami, hingga hujan meteor.

BACA JUGA: Gonjang-ganjing Isu Resesi Ekonomi Global, Kemenkeu Tegaskan Posisi Indonesia

Respons warga dunia terhadap isu kiamat ini beragam.

Banyak yang tak menghiraukan, namun ada juga yang menggapnya serius.

Di Malaysia, ada seorang warga yang menimbun makanan, di Amerika ada sekolah yang meliburkan siswanya, di Belanda ada pria yang menyiapkan sekoci besar, di Meksiko orang berkumpul di reruntuhan situs Suku Maya, dan beberapa reaksi lainnya.

Sekarang, 10 tahun berselang, isu kiamat itu muncul lagi.

Kali ini lebih serius dan lebih ilmiah, karena didasarkan pada perhitungan mengenai kondisi ekonomi dunia.

Kiamat baru kali ini bukan kiamat klenik ala ramalan Suku Maya, tetapi kiamat kali ini diramal oleh seorang profesor ahli ekonomi.

Profesor itu ialah Nouril Roubini yang dijuluki sebagai Mr. Kiamat.

Roubini yang menjadi guru besar ekonomi di New York University menjadi salah satu ahli ekonomi top dunia yang paling diperhitungkan.

Ia dijuluki Mr. Kiamat karena ramalan ekonominya menyatakan bahwa dunia akan kiamat akibat krisis ekonomi dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mr. Kiamat memprediksi dunia tengah memasuki era baru krisis stagflasi hebat yang belum pernah ada sebelumnya.

Pandangan Mr. Kiamat ini menjadi viral dan dibahas di seluruh dunia setelah dia menulisnya dalam artikel di di Majalah Time, dengan judul agak spektakuler "We're Heading for a Stagflationary Crisis Unlike Anything We've Ever Seen", Kita menuju kepada krisis stgaflasi yang tidak pernah kita temui sebelumnya.

Dalam artikel itu, Mr. Kiamat mengatakan bahwa ekonomi telah teracuni oleh kombinasi antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang tinggi, yang disebut sebagai stagflasi, yang membawa dunia pada kebangkrutan di mana-mana akibat gelontoran krisis finansial.

Argumen Mr. Kiamat berdasarkan pada gagasan bahwa saat ini dunia sedang memasuki era baru ekonomi global setelah era hiper-globalisasi, geopolitik yang relatif stabil, dan inovasi teknologi yang telah menjaga tingkat inflasi sejak era perang dingin.

Pendapat Mr. Kiamat ini sangat diperhitungkan karena ia memang beraliran ‘’ekonomi pesimis’’ dan reputasinya bukan kaleng-kaleng. 

Dia terkenal karena ramalannya yang jitu tentang krisis suprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada 2008, yang menjadi krisis global. 

Ketika itu, dia meramal bahwa perekonomian AS akan mengalami krisis akibat krisis perumahan pada 2006, ketika banyak bank investasi membuat prediksi ekonomi akan bullish alias membanteng.

Istilah bullish dipakai untuk menggambarkan situasi ekonomi seperti ‘’bull’’ alias banteng, ketika orang beramai-ramai membeli aset karena mengharapkan harganya naik karena ditanduk oleh pasar.

Ramalan Roubini benar-benar menjadi nyata.

Dimulai oleh krisis pasar perumahan AS pada 2007 dan Bank Sentral AS tak mampu berbuat apa-apa sehingga meledak jadi krisis global 2008.

Saat ini pun, ramalan kecil Mr. Kiamat soal resesi ekonomi AS yang diprediksi jauh hari juga terbukti nyata.

Secara teknikal, AS tahun ini sudah resesi, hanya saja belum secara formal, karena sektor lapangan pekerjaan masih kuat.

Penyebab stagflasi ini, menurut Mr. Kiamat, adalah populasi Amerika yang makin menua sehingga tidak produktif.

Hal ini diperburuk dengan banyaknya bencana akibat perubahan iklim, gangguan pasokan, proteksi dagang, atau  tren ‘’pulang kampung’’ pembisnis global yang mulai menarik kembali investasinya ke negeri asal.

Sebagai respons inflasi, bank sentral-bank sentral akan dipaksa menaikkan suku bunga kembali pada level yang normal, setelah sekian lama suku bunga bergerak berlawanan arah.

Normalisasi kebijakan moneter yang cepat dan kenaikan suku bunga akan mendorong rumah tangga, perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah ke dalam kebangkrutan dan gagal bayar utang.

Mr. Kiamat mengajukan bukti angka rasio jumlah utang swasta dan publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global yang telah melonjak dari 200 persen pada 1999 menjadi 350 persen tahun ini. Itu benar-benar angka yang mengerikan. Begitu kata Mr. Kiamat.

Roubini berargumen, dampak pengetatan kebijakan moneter sebetulnya sudah terasa sekarang.

Gelembung di sektor-sektor ekonomi mulai kempis di mana-mana, termasuk ekuitas publik dan swasta, real estate, perumahan, saham-saham viral, kripto, bisnis akusisi, obligasi dan instrumen kredit lainnya.

Kekayaan aset riil dan finansial telah merosot, dan utang serta rasionya meningkat.

Apa yang gelap adalah karena yang bakal terjadi nanti tidak pernah ditemui pada krisis-krisis sebelumnya.

Pada krisis 1970-an, stagflasi tidak dibarengi dengan krisis utang karena jumlah utang waktu itu rendah.

Pada krisis global 2008, ledakan krisis utang dunia tidak dibarengi dengan tingkat inflasi yang tinggi.

Hari ini, dunia menghadapi kedua-duanya, sehingga yang bakal terjadi adalah kombinasi antara krisis stagflasi 1970-an dengan krisis utang global 2008. 

Mr. Kiamat menyebutnya Double, combo!

Kali ini, Roubini tak sendiri. Bank Dunia jauh-jauh hari sudah mengatakan pada Juni lalu, ada risiko besar stagflasi global akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Di Indonesia, mulai dari Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjio, Ketua OJK Mahendra Siregar sudah sering menggunakan istilah kekacauan atau "badai  besar" untuk mengambarkan situasi yang akan dihadapi dunia termasuk Indonesia.

Ancaman resesi makin mendekati Indonesia.

Semua pihak pun diminta waspada karena dampak resesi tidak hanya berimbas kepada ekspor tetapi sendi-sendi kehidupan masyarakat biasa.

Ketika kondisi ekonomi memburuk dan kemudian kondisi politik tidak stabil maka ancaman kerusuhan sosial akan menjadi kenyataan.

Kenaikan harga BBM di Indonesia membawa dampak kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari.

Hal ini menimbulkan keresahan bagi sebagian besar masyarakat kelas bawah.

Upaya menahan krisis dengan memberi bantuan sosial oleh pemerintah masih belum cukup kuat untuk mengatasi dampak krisis ini.

Indonesia sekarang memasuki tahun politik.

Isu apa pun bisa saja digoreng menjadi perdebatan yang makin memanaskan iklim politik.

Presiden Jokowi sudah mengingatkan jajarannya supaya mempunyai sense of crisis.

Jokowi mengingatkan jajaran kepolisian supaya menahan diri dari pamer gaya hidup mewah.

Jokowi terlihat sangat khawatir gaya hidup mewah itu akan memicu konflik sosial jika kondisi ekonomi memburuk.

Jokowi sering memakai ungkapan ‘’Winter is coming’’ untuk menggambarkan kondisi krisis itu.

Sekarang, bukan cuma musim dingin yang akan muncul, tapi bisa saja akan muncul kiamat yang menghancurkan. (**)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler