Gonjang-ganjing Isu Resesi Ekonomi Global, Kemenkeu Tegaskan Posisi Indonesia

Senin, 17 Oktober 2022 – 17:56 WIB
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan ekonomi Indonesia ke depan adalah optimistis dan waspada. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan ketahanan ekonomi Indonesia masih sangat kuat.

Menurutnya, bahkan setelah mengalami berbagai krisis mulai dari pandemi COVID-19 hingga situasi geopolitik, Indonesia masih bertahan.

BACA JUGA: Ekonomi Digital Diprediksi Jadi Solusi untuk Risiko Lonjakan Inflasi

“Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin tumbuh dengan 5,4 persen dan 2022 ini kami yakin di atas lima persen mungkin sekitar 5,2 persen,” katanya dalam Webinar 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja di Jakarta, Senin (17/10).

Suahasil menyatakan salah satu ketahanan ekonomi Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang masih di atas lima persen pada kuartal I dan II pada saat sejumlah negara justru tertekan akibat perang Ukraina dan Rusia serta pandemi.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Antisipasi Ekonomi Gelap Pada 2023, Dengan Cara Ini

Suahasil pun tetap percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sesuai target 5,2 persen pada tahun ini dengan inflasi yang juga relatif masih terjaga hingga kini sebesar 5,95 persen di tengah kenaikan harga BBM

“Kalau bahasa kami ketika kita melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimistis dan waspada,” ujarnya.

BACA JUGA: IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China Terjun Bebas, Begini Reaksi Beijing

Suahasil menuturkan secara umum perekonomian Indonesia ke depan akan optimis karena selama 2,5 tahun pemerintah terbukti bisa menangani pandemi sekaligus menjaga kegiatan ekonomi.

Kendati demikian, dia menegaskan Indonesia tetap waspada mengingat ternyata yang terjadi selama 2,5 tahun pandemi ini meninggalkan scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai.

Di sisi lain, sektor produksi belum bisa langsung cepat merespons permintaan sehingga terjadi inflasi yang pada akhirnya harus disikapi oleh otoritas moneter secara cepat.

Terlebih lagi, inflasi yang disebabkan perbaikan dalam konteks pandemi itu kemudian bertambah lagi dengan inflasi yang muncul karena perang Rusia dan Ukraina.

“Kemudian beberapa komoditas sangat naik hingga menciptakan volatilitas yang sangat tinggi,” tegasnya.

Harga minyak, batu bara, pangan, jagung, kedelai, crude palm oil (CPO) dan berbagai macam komoditas lain naik dan turun dengan sangat cepat akibatnya inflasi di berbagai negara meningkat.

APBN yang selama 2,5 tahun pandemi COVID-19 menjadi shock absorber pun saat ini memerlukan dukungan dari otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuannya mengingat kenaikan inflasi yang harus ditahan.

Suahasil mengatakan walaupun kenaikan suku bunga ini akan berimbas ke perekonomian, tetapi Indonesia optimistis tahun depan masih mampu tumbuh di sekitar level 5,3 persen.

“Kami expect di 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di sekitar angka 5,3 persen,” tegas Suahasil. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Ekonomi   Kemenkeu   pertumbuhan ekonomi   CPO   BBM   inflasi   krisis  

Terpopuler