TIM dokter bedah digestif RS Royal Surabaya baru saja menangani kasus langka. Yakni, mengeluarkan rambut yang sudah belasan tahun bersemayam di tubuh Alifia Kusmayanti. Penyebabnya, Alifia suka makan rambut sambil ngedot saat balita.
-----------------
Dinda Lisna Amilia, Surabaya
----------------
Ruang Ruby III kelas 3 RS Royal Surabaya kemarin (17/2) terlihat lengang. Ruang yang berisi enam tempat tidur itu hanya dihuni tiga pasien. Salah satunya Alifia Kusmayanti yang terlihat masih lemas setelah tiga hari lalu menjalani operasi. "Masih sakit bekas operasinya," ujar Fia -panggilan akrabnya- sembari membuka mata dengan berat.
Untuk remaja kelas satu SMA, gadis 15 tahun itu tersebut tergolong kurus. Dengan tinggi badan sekitar 145 meter, berat badannya hanya 32 kilogram. Saat ditemui Jawa Pos kemarin (17/2), anak pasangan Khusnur (bukan Khusnul sebagaimana disebutkan Sabtu lalu (16/2), Red) dan Siti Yuniati itu masih berpuasa.
Menurut Siti, Fia diminta berpuasa empat hari sesudah operasi. Sebagai pengganti asupan makanan, cairan nutrisi dimasukkan lewat slang infus. Hal itu membuat Fia tidak mudah lapar. "Lagi pula, anak saya sulit makan. Jadi, kalau disuruh puasa tidak masalah buat dia," imbuh Siti.
Fia lantas memperlihatkan bekas luka operasinya yang terletak di bagian perut. Panjangnya sekitar 15 sentimeter dan masih ditutupi perban. Dalam operasi besar gastrostomy yang berlangsung pukul 18.30-22.00 pada hari Valentine 14 Februari itu, dokter harus bekerja keras mengeluarkan 800 gram rambut di lambungnya. Agar mudah dikeluarkan, bongkahan rambut mirip konde itu digunting menjadi beberapa bagian.
Menurut sang ibunda yang sehari-hari tinggal di Kecamatan Bungah, Gresik, itu Fia kecil memang suka makan rambut. "Saya dan suami sudah mencoba melarangnya. Tapi, karena bekerja, kami tidak bisa mengawasinya 24 jam," papar Siti.
Perilaku Fia yang suka makan rambut itu diketahui pada 1998. Kala itu Fia berusia satu tahun dan sudah bisa minum susu sendiri menggunakan dot.
Nah, cerita Siti, bila tangan kanannya memegangi dot, tangan kiri mencabuti rambut. Rambut yang dicabuti itu tidak dibuang, tapi dimakan. Fia sendiri mengaku masih ingat kebiasaan masa kecilnya tersebut. Bahkan, dia merasa nyaman bila rambutnya dimakan berbarengan dengan susu. "Ya, begitu itu. Lebih enak pakai susu. Tapi, saya sudah lupa rasanya," sambung Fia.
Kebiasaan itu ditinggalkan Fia ketika sudah tidak ngedot saat berusia 5 tahun. Waktu itu Siti mulai melatih Fia minum susu menggunakan gelas. Sejak saat itu Fia benar-benar berhenti makan rambut. Selain melarang, Siti sempat berpikir bahwa rambut yang dimakan Fia bisa keluar menjadi kotoran (feses). Karena itu, Siti tidak khawatir terhadap kondisi anaknya.
Fia juga mengaku tidak pernah merasakan sakit perut parah. Kadang-kadang saja perutnya nyeri. Sulung tiga bersaudara ini mengira hal itu adalah sakit perut biasa. Tapi, ketika makan, Fia merasa lebih cepat kenyang. Baru pada Agustus 2012 lalu, pelajar SMA kelas X di Gresik ini mulai merasakan hal yang tidak biasa.
Pada bulan puasa itu, Fia merasakan nyeri yang sangat di semua area perut. Dia mulai menyadari bahwa perutnya lebih keras daripada orang lain. Selain itu, Siti melihat badan anaknya sangat kurus. "Saya pikir memang ada apa-apa dalam badannya, kok kurus sekali dan perutnya sering sakit," papar Siti yang karyawati sebuah perusahaan di Gresik ini.
Siti bersama suami lantas memeriksakan anaknya ke seorang dokter umum. Diagnosisnya hati Fia bengkak. Obat yang diberikan pun tidak memberikan efek apa-apa. Selanjutnya, Fia dibawa ke RS Petrokimia, Gresik, untuk pemeriksaan rontgen. Hasilnya ditemukan gumpalan hitam. Dokter spesialis radiologi meyakini itu bukan tumor.
Untuk memperjelasnya, Fia menjalani CT-Scan di RS Wijaya Wiyung, Surabaya. Hasilnya sama. Dokter belum menemukan diagnosis pasti. Lalu Siti dan Khusnur membawa Fia menjalani endoskopi di RSUD Ibnu Sina, Gresik. Betapa kagetnya mereka. Bongkahan hitam itu adalah rambut. Siti mengaku awalnya memang kaget. Namun, dia langsung teringat kebiasaan anaknya memakan rambut sambil ngedot.
Lucunya, dokter sempat menebak Fia korban santet. "Saya langsung menjelaskan bahwa anak saya dulu punya kebiasaan makan rambut," imbuh Siti.
Kebetulan sang ayah merupakan pegawai RS Bunda, Surabaya. Hal itu membuat Khusnur lebih mudah memperoleh informasi kesehatan. Di situ pula Khusnur dipertemukan dengan spesialis bedah digestif dr Siu Santo Hadi SpB-KBD.
Sebelum dilakukan operasi, Fia sekali lagi melakukan endoskopi di RS Denisa, Gresik. Pada Rabu (13/2) Fia menjalani rawat inap di RS Royal Surabaya sebagai langkah persiapan operasi. Esokan harinya, dia menjalani operasi besar.
Sekarang kondisi Fia mulai stabil. Bahkan, pada Jumat malam (15/2), Fia sudah dipindah ke ruang rawat inap. Fia sendiri mengaku sudah merasa lapar. Hanya, dia harus puasa sampai hari ini (18/2). "Saya sudah lumayan lapar, pengen makan kepiting," ucapnya dengan suara yang lirih.
Ditanya soal perasaannya, Fia langsung tersenyum. "Saya nggak papa, nggak bakal lah makan rambut lagi. Saya sudah besar, nggak trauma juga," ujar siswi yang mengaku suka mengikuti kegiatan PMI (Palang Merah Indonesia) itu. Kondisi Fia memang terus membaik. Menurut Siti, sesekali anaknya sudah bisa diajak bercanda.
Soal biaya, Siti mengaku sangat bersyukur. Sebab, biaya operasi dan perawatan rumah sakit dikover sepenuhnya oleh Jamsostek. Yang ditanggung Siti adalah beberapa obat yang tidak masuk dalam formularium obat-obatan Jamsostek.
Salah seorang tim dokter bedah digestif RS Royal Surabaya dr Siu Santo Hadi SpB-KBD mengatakan, sejauh ini dia melihat kondisi Fia terus membaik. "Nanti sekitar satu minggu lagi sudah boleh pulang," ujar dokter alumnus FK Universitas Udayana, Bali, tersebut.
Konsultan bedah digestif ini menambahkan, ke depan Fia harus menjalani perbaikan gizi. Gampang kenyang yang selama ini dirasakan Fia bisa jadi karena lambungnya sudah terisi penuh oleh rambut. Mulai kerongkongan sampai lambung yang berbatasan dengan usus dua belas jari.
Dia mengaku, tujuh tahun menjadi spesialis bedah digestif, ini adalah kali pertama mendapati kasus dengan diagnosis giant gastric trichobezoar tersebut. Karena itu, Siu sangat hati-hati mengeluarkan rambut yang lebih mirip konde dalam lambung tersebut.
Caranya, setelah melakukan irisan kulit, selaput perut lapis demi lapis, serta lambungnya, Siu dan tim memotong rambut menjadi dua bagian. Dengan begitu, dokter yang mendalami bedah digestif di RSUD dr Soetomo/FK Unair hingga menjadi konsultan ini lebih leluasa mengeluarkan rambut tanpa membuat lambung rusak secara signifikan.
Di tempat terpisah, Kepala Divisi Bedah Digestif RSUD dr Soetomo dr Mamiek Dwi Putro SpB-KBD menambahkan, sejauh ini dirinya belum pernah mendengar kasus seperti itu terjadi di Indonesia. Apalagi pada orang dewasa. "Setahu saya begitu. Saya sudah 13 tahun jadi spesialis bedah digestif," jelasnya.
Yang sering terjadi di RSUD dr Soetomo adalah kasus benda asing yang masuk ke tubuh anak-anak. Adapun yang ditangani spesialis bedah digestif adalah mulai makanan yang belum bisa dimakan bayi sampai benda asing yang masuk ke tubuh anak-anak.
Mamiek menyarankan, Fia sebaiknya dibawa ke psikiater untuk memperbaiki kondisi psikisnya. Spesialis kejiwaan RSUD dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ membenarkan hal tersebut.
Dia menambahkan, dilihat dari sudut pandang kejiwaan, kasus Fia tergolong gangguan pengendalian impuls yang dikenal dengan nama rapunzel syndrome. Yakni, sebuah gangguan pada seseorang yang gemar mencabuti rambut secara sengaja, kemudian memakannya sehingga menjadi benzoar (benda asing) dalam tubuh yang sangat berbahaya. (*/c2/oki)
-----------------
Dinda Lisna Amilia, Surabaya
----------------
Ruang Ruby III kelas 3 RS Royal Surabaya kemarin (17/2) terlihat lengang. Ruang yang berisi enam tempat tidur itu hanya dihuni tiga pasien. Salah satunya Alifia Kusmayanti yang terlihat masih lemas setelah tiga hari lalu menjalani operasi. "Masih sakit bekas operasinya," ujar Fia -panggilan akrabnya- sembari membuka mata dengan berat.
Untuk remaja kelas satu SMA, gadis 15 tahun itu tersebut tergolong kurus. Dengan tinggi badan sekitar 145 meter, berat badannya hanya 32 kilogram. Saat ditemui Jawa Pos kemarin (17/2), anak pasangan Khusnur (bukan Khusnul sebagaimana disebutkan Sabtu lalu (16/2), Red) dan Siti Yuniati itu masih berpuasa.
Menurut Siti, Fia diminta berpuasa empat hari sesudah operasi. Sebagai pengganti asupan makanan, cairan nutrisi dimasukkan lewat slang infus. Hal itu membuat Fia tidak mudah lapar. "Lagi pula, anak saya sulit makan. Jadi, kalau disuruh puasa tidak masalah buat dia," imbuh Siti.
Fia lantas memperlihatkan bekas luka operasinya yang terletak di bagian perut. Panjangnya sekitar 15 sentimeter dan masih ditutupi perban. Dalam operasi besar gastrostomy yang berlangsung pukul 18.30-22.00 pada hari Valentine 14 Februari itu, dokter harus bekerja keras mengeluarkan 800 gram rambut di lambungnya. Agar mudah dikeluarkan, bongkahan rambut mirip konde itu digunting menjadi beberapa bagian.
Menurut sang ibunda yang sehari-hari tinggal di Kecamatan Bungah, Gresik, itu Fia kecil memang suka makan rambut. "Saya dan suami sudah mencoba melarangnya. Tapi, karena bekerja, kami tidak bisa mengawasinya 24 jam," papar Siti.
Perilaku Fia yang suka makan rambut itu diketahui pada 1998. Kala itu Fia berusia satu tahun dan sudah bisa minum susu sendiri menggunakan dot.
Nah, cerita Siti, bila tangan kanannya memegangi dot, tangan kiri mencabuti rambut. Rambut yang dicabuti itu tidak dibuang, tapi dimakan. Fia sendiri mengaku masih ingat kebiasaan masa kecilnya tersebut. Bahkan, dia merasa nyaman bila rambutnya dimakan berbarengan dengan susu. "Ya, begitu itu. Lebih enak pakai susu. Tapi, saya sudah lupa rasanya," sambung Fia.
Kebiasaan itu ditinggalkan Fia ketika sudah tidak ngedot saat berusia 5 tahun. Waktu itu Siti mulai melatih Fia minum susu menggunakan gelas. Sejak saat itu Fia benar-benar berhenti makan rambut. Selain melarang, Siti sempat berpikir bahwa rambut yang dimakan Fia bisa keluar menjadi kotoran (feses). Karena itu, Siti tidak khawatir terhadap kondisi anaknya.
Fia juga mengaku tidak pernah merasakan sakit perut parah. Kadang-kadang saja perutnya nyeri. Sulung tiga bersaudara ini mengira hal itu adalah sakit perut biasa. Tapi, ketika makan, Fia merasa lebih cepat kenyang. Baru pada Agustus 2012 lalu, pelajar SMA kelas X di Gresik ini mulai merasakan hal yang tidak biasa.
Pada bulan puasa itu, Fia merasakan nyeri yang sangat di semua area perut. Dia mulai menyadari bahwa perutnya lebih keras daripada orang lain. Selain itu, Siti melihat badan anaknya sangat kurus. "Saya pikir memang ada apa-apa dalam badannya, kok kurus sekali dan perutnya sering sakit," papar Siti yang karyawati sebuah perusahaan di Gresik ini.
Siti bersama suami lantas memeriksakan anaknya ke seorang dokter umum. Diagnosisnya hati Fia bengkak. Obat yang diberikan pun tidak memberikan efek apa-apa. Selanjutnya, Fia dibawa ke RS Petrokimia, Gresik, untuk pemeriksaan rontgen. Hasilnya ditemukan gumpalan hitam. Dokter spesialis radiologi meyakini itu bukan tumor.
Untuk memperjelasnya, Fia menjalani CT-Scan di RS Wijaya Wiyung, Surabaya. Hasilnya sama. Dokter belum menemukan diagnosis pasti. Lalu Siti dan Khusnur membawa Fia menjalani endoskopi di RSUD Ibnu Sina, Gresik. Betapa kagetnya mereka. Bongkahan hitam itu adalah rambut. Siti mengaku awalnya memang kaget. Namun, dia langsung teringat kebiasaan anaknya memakan rambut sambil ngedot.
Lucunya, dokter sempat menebak Fia korban santet. "Saya langsung menjelaskan bahwa anak saya dulu punya kebiasaan makan rambut," imbuh Siti.
Kebetulan sang ayah merupakan pegawai RS Bunda, Surabaya. Hal itu membuat Khusnur lebih mudah memperoleh informasi kesehatan. Di situ pula Khusnur dipertemukan dengan spesialis bedah digestif dr Siu Santo Hadi SpB-KBD.
Sebelum dilakukan operasi, Fia sekali lagi melakukan endoskopi di RS Denisa, Gresik. Pada Rabu (13/2) Fia menjalani rawat inap di RS Royal Surabaya sebagai langkah persiapan operasi. Esokan harinya, dia menjalani operasi besar.
Sekarang kondisi Fia mulai stabil. Bahkan, pada Jumat malam (15/2), Fia sudah dipindah ke ruang rawat inap. Fia sendiri mengaku sudah merasa lapar. Hanya, dia harus puasa sampai hari ini (18/2). "Saya sudah lumayan lapar, pengen makan kepiting," ucapnya dengan suara yang lirih.
Ditanya soal perasaannya, Fia langsung tersenyum. "Saya nggak papa, nggak bakal lah makan rambut lagi. Saya sudah besar, nggak trauma juga," ujar siswi yang mengaku suka mengikuti kegiatan PMI (Palang Merah Indonesia) itu. Kondisi Fia memang terus membaik. Menurut Siti, sesekali anaknya sudah bisa diajak bercanda.
Soal biaya, Siti mengaku sangat bersyukur. Sebab, biaya operasi dan perawatan rumah sakit dikover sepenuhnya oleh Jamsostek. Yang ditanggung Siti adalah beberapa obat yang tidak masuk dalam formularium obat-obatan Jamsostek.
Salah seorang tim dokter bedah digestif RS Royal Surabaya dr Siu Santo Hadi SpB-KBD mengatakan, sejauh ini dia melihat kondisi Fia terus membaik. "Nanti sekitar satu minggu lagi sudah boleh pulang," ujar dokter alumnus FK Universitas Udayana, Bali, tersebut.
Konsultan bedah digestif ini menambahkan, ke depan Fia harus menjalani perbaikan gizi. Gampang kenyang yang selama ini dirasakan Fia bisa jadi karena lambungnya sudah terisi penuh oleh rambut. Mulai kerongkongan sampai lambung yang berbatasan dengan usus dua belas jari.
Dia mengaku, tujuh tahun menjadi spesialis bedah digestif, ini adalah kali pertama mendapati kasus dengan diagnosis giant gastric trichobezoar tersebut. Karena itu, Siu sangat hati-hati mengeluarkan rambut yang lebih mirip konde dalam lambung tersebut.
Caranya, setelah melakukan irisan kulit, selaput perut lapis demi lapis, serta lambungnya, Siu dan tim memotong rambut menjadi dua bagian. Dengan begitu, dokter yang mendalami bedah digestif di RSUD dr Soetomo/FK Unair hingga menjadi konsultan ini lebih leluasa mengeluarkan rambut tanpa membuat lambung rusak secara signifikan.
Di tempat terpisah, Kepala Divisi Bedah Digestif RSUD dr Soetomo dr Mamiek Dwi Putro SpB-KBD menambahkan, sejauh ini dirinya belum pernah mendengar kasus seperti itu terjadi di Indonesia. Apalagi pada orang dewasa. "Setahu saya begitu. Saya sudah 13 tahun jadi spesialis bedah digestif," jelasnya.
Yang sering terjadi di RSUD dr Soetomo adalah kasus benda asing yang masuk ke tubuh anak-anak. Adapun yang ditangani spesialis bedah digestif adalah mulai makanan yang belum bisa dimakan bayi sampai benda asing yang masuk ke tubuh anak-anak.
Mamiek menyarankan, Fia sebaiknya dibawa ke psikiater untuk memperbaiki kondisi psikisnya. Spesialis kejiwaan RSUD dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ membenarkan hal tersebut.
Dia menambahkan, dilihat dari sudut pandang kejiwaan, kasus Fia tergolong gangguan pengendalian impuls yang dikenal dengan nama rapunzel syndrome. Yakni, sebuah gangguan pada seseorang yang gemar mencabuti rambut secara sengaja, kemudian memakannya sehingga menjadi benzoar (benda asing) dalam tubuh yang sangat berbahaya. (*/c2/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Azril Tampak Ganteng dengan Kaus Bola
Redaktur : Tim Redaksi