jpnn.com - Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country.
Jangan tanyakan apa yang bisa diberikan negara kepadamu, tanyakan apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.
BACA JUGA: Kabar Gembira dari Pak Menko soal Mudik Lebaran 2022, Horeee
Pernyataan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy (1917-1963) itu menjadi ungkapan tentang nasionalisme dan patriotisme yang paling terkenal di dunia.
Kennedy atau JFK, Presiden Ke-35 Amerika Serikat, meninggal muda pada usia 46 tahun karena ditembak oleh Lee Harvey Oswald di Dallas. Namun, ungkapannya menjadi legenda dan dikutip para politisi di seluruh dunia sampai sekarang.
BACA JUGA: Maruf Amin: Jangan Sampai Harga Bahan Pokok Memberatkan Konsumen
Kutipan bela negara oleh Kennedy itu sekarang rasanya sangat tepat disampaikan oleh elite-elite politik Indonesia. Ketika kondisi masih berat karena kelangkaan minyak goreng, rakyat harus didoktrin untuk tidak menuntut kepada negara.
“Jangan kamu tanya apakah negara sudah memberimu minyak goreng, tetapi tanyakan apa yang sudah kamu lakukan kepada negara untuk mengatasi krisis minyak goreng’’. Mungkin begitu narasi yang lebih tepat dengan kondisi Indonesia sekarang ini.
BACA JUGA: Habib Rizieq Disebut Bebas Setelah Lebaran Tahun Ini, Aziz Langsung Bereaksi
Sudah berbulan-bulan krisis minyak goreng terjadi dengan segala macam drama, tetapi belum ada tanda-tanda akan ada penyelesaian yang komprehensif. Negara sudah mencoba hadir, tetapi tidak efektif.
Menteri Perdagangan M Lutfi sudah mengeluarkan enam kali permen (peraturan menteri, red), tetapi cuma menjadi pemanis di bibir seperti permen dan tidak berefek sama sekali.
Sepuluh hari menjelang Ramadan belum ada tanda-tanda krisis akan bisa diatasi. Malah yang terlihat krisis akan makin berkepanjangan kalau sampai berlanjut ke Ramadan.
Tingkat konsumsi yang tinggi selama Ramadan akan membuat perburuan minyak goreng makin sengit. Namun, rakyat harus ingat, jangan tanya kepada negara apa yang negara berikan.
Rakyat harus bertanya pengorbanan apa lagi yang bisa diberikan kepada negara.
Tentu saja, rakyat sudah banyak memberikan pengorbanan kepada negara selama masa pandemi. Setidaknya rakyat sudah mengorbankan kebebasannya selama masa-masa PPKM.
Sudah tiga kali Lebaran rakyat rela berkorban untuk tidak mudik. Ibarat Bang Toyib, rakyat sudah tiga kali puasa dan tiga kali Lebaran tetapi tidak pulang-pulang.
Sekarang, ada tanda-tanda rakyat bakal memecahkan rekor Bang Toyib, karena Lebaran 2022 ini rakyat terancam tidak akan bebas mudik. Wakil Presiden Ma’ruf Amin sudah memberi warning itu.
Memang antigen maupun PCR tidak wajib lagi, tetapi diganti dengan wajib vaksinasi booster. Boleh mudik, tetapi wajib booster vaksin ketiga.
Rakyat harus berkorban lagi, dan rakyat tidak akan bertanya lagi. Rakyat tidak boleh bertanya mengapa setelah mudik dilarang selama tiga tahun, sekarang dibolehkan tetapi bersyarat.
Mengapa kemarin ketika Natal dan Tahun Baru orang bebas bepergian tanpa syarat yang rumit? Mengapa waktu libur Imlek orang bebas bepergian? Mengapa sekarang mudik harus bersyarat booster?
Jangan banyak tanya kepada negara, banyaklah memberi kepada negara.
JFK mengutip kalimat itu dari filsuf Marcus Tullius Cicero, orator dan negarawan Romawi kuno. Pada masa itu doktrin cinta dan bela negara menjadi isu yang hangat dan strategis untuk mendukung kerajaan Romawi guna mendapatkan prajurit-prajurit yang mau berperang demi kejayaan negara.
Setelah Perang Dunia II, Amerika menjadi negara superpower yang berambisi mengirim manusia pertama ke bulan. Cita-cita itu terwujud pada 1969 enam tahun setelah JFK meninggal.
Dua astronot Amerika, Neil Amstrong dan Edwin ‘Buzz’ Aldrin menjadi manusia pertama yang bisa mencapai bulan.
Kalimat bela negara JFK itu bisa jadi menjadi dorongan semangat NASA untuk mewujudkan ambisi besar itu.
Selepas Perang Dunia II, Amerika memasuki masa-masa perang dingin melawan Uni Soviet. Perang dingin tidak kalah mengerikan dibanding perang panas, karena dua superpower itu sama-sama punya senjata nuklir yang menghancurkan.
Ungkapan bela negara JFK itu masih tetap relevan. Patriotisme, nasionalisme, dan semangat bela negara terus-menerus dituntut dari rakyat.
Pada Perang Dunia I, di Amerika muncul poster yang menggambarkan seorang laki-laki bule tinggi besar berambut pirang gondrong memakai topi tinggi dan tangan menunjuk ke depan. Poster itu bertuliskan "I Want You for The US Army".
Poster itu menjadi graphic art paling populer dalam sejarah politik modern. Para pemuda Amerika berduyun-duyun memasuki dinas militer seolah tersihir oleh kekuatan poster itu.
Laki-laki di poster itu dinamai 'Uncle Sam’ atau Paman Sam. Sejak itulah Amerika Serikat disebut sebagai negeri Uncle Sam.
Paman Sam mampu menyihir kesadaran publik Amerika untuk berkorban apa saja demi bakti dan bela negara.
JFK juga mempunyai karisma yang tidak kalah dari Uncle Sam ketika mendorong rakyatnya untuk rela berkorban demi bangsa tanpa banyak bertanya.
Konstitusi negara modern menegaskan hak dan kewajiban warga negara. Jika seorang warga menjalankan kewajibannya, dia harus mendapatkan haknya.
Konstitusi Indonesia, UUD 1945, juga menegaskan kewajiban dan hak itu. Hak dasar warga negara, antara lain, mendapatkan jaminan sosial untuk hidup layak, mendapatkan pekerjaan, pendidikan, mendapatkan layanan kesehatan, dan perlindungan hukum.
Hak didapat setelah menjalankan kewajiban, menaati hukum, menjunjung tinggi hukum, ikut serta dalam pembelaan negara, termasuk membayar pajak. Setelah menunaikan kewajibannya, sudah selayaknya rakyat menuntut haknya kepada negara.
Rakyat memilih pemerintah supaya menjalankan tugas kepemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif. Dua lembaga itu dipilih rakyat untuk melayani dan menerima keluhan, bukan sebaliknya minta dilayani dan menghindari keluhan.
Negara punya kewajiban melayani rakyat yang mengurus legalitas tanah sebagai aset yang penting. Negara tidak melayani rakyat dengan cuma-cuma dan ikhlas.
Negara malah mewajibkan rakyat punya asuransi BPJS kalau mau mengurus legalitas tanah. Kewajiban demi kewajiban diterima oleh rakyat dengan sabar tanpa banyak bertanya.
Ketika rakyat bertanya pun jawabannya malah menimbulkan pertanyaan baru. Ketika krisis minyak goreng terjadi berkepanjangan Megawati Soekarnoputri malah mengelus dada prihatin dengan sikap rakyat yang dianggapnya tidak kreatif.
Alih-alih memberikan solusi strategis dan konkret, Mega malah memberikan solusi praktis dengan meminta rakyat merebus makanan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak goreng. Usulan itu memunculkan reaksi riuh rendah di kalangan netizen.
Muncul meme lucu gambar Ny. Suharti jagonya ayam goreng, dan gambar Ny. Megawati, jagonya ayam rebus.
Pemerintah Jokowi punya proyek ambisius memindah ibu kota negara. Sebuah proyek besar yang akan mengatrol nama Jokowi lebih tinggi dari presiden pendahulunya.
Lagi-lagi, rakyat harus siap berkorban. Pendanaan proyek besar itu harus menyisihkan banyak kepentingan rakyat karena anggaran negara tersedot untuk proyek itu.
Rakyat juga masih diminta untuk patungan melalui crowd funding untuk membiaya proyek itu. Pemerintah juga akan mengenakan pajak khusus untuk mencari dana tambahan untuk membangun kota impian itu.
JFK ingin membuktikan diri sebagai presiden pertama yang mengirim manusia ke bulan. Jokowi ingin menjadi presiden pertama yang mengirim manusia ke ibu kota baru.
Dua proyek yang sama-sama ambisius.
JFK berhasil, tetapi masa kepresidenannya dan usia hidupnya pendek. Jokowi, ingin mengejar ambisinya at all cost, termasuk merekayasa perpanjangan masa kepresidenan.
Bagaimana ending-nya? Jangan tanya.(***)
Redaktur : Boy
Reporter : Cak Abror