jpnn.com, JAKARTA - Mudik lebaran sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia. Di sisi lain, kemacetan saat mudik akan menjadi pemandangan yang setiap tahunnya menghantui. Sehingga, kemacetan yang terjadi dalam jangka yang panjang bukan lagi menjadi masalah lalu lintas semata, melainkan masalah sosial.
"Faktor-faktor yang menjadi potensi terjadinya perlambatan atau kemacetan yang harus menjadi perhatian di antaranya persimpangan sebidang, botle neck, Gate toll. Belum lagi ada perbaikan atau pembangunan jalan, pasar tumpah dan parkir sembarangan yang berdampak kemacetan sering dianggap wajar," kata Dirkamsel Korlantas Polri, Brigjen. Pol. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si saat patroli jalur mudik operasi ketupat 2019.
BACA JUGA: DPR Bakal Minta Penjelasan Kapolri soal Ancaman Pembunuhan 4 Tokoh Nasional
BACA JUGA: Mudik Lebaran 2019: Diskon Tarif Tol Ditetapkan 15%
Oleh karena itu, Chryshnanda mengingatkan, penggunaan tol dalam jarak yang cukup panjang memerlukan pemahaman dan penyiapan fisik, kendaraan, dan berbagai prediksi serta solusi. Jadi, perlu kesiapan yang matang sebelum berangkat.
BACA JUGA: Sopir-Kernet Bus Wajib Cek Kesehatan
Menurut Chryshnanda, jalan tol merupakan jalan berbayar menjadi harapan untuk kamseltibcarlantas, dengan berbagai fasilitas untuk kecepatan, keamanan, keselamatan, kelancaran hingga kondisi-kondisi darurat.
Dengan demikian, meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan menjadi fokus kepolisian bersamaan peningkatan sistem-sistem pemantauan hingga penegakkan hukum.
BACA JUGA: Tokio Marine Life Insurance Indonesia Luncurkan MULIA-Asuransi Mudik & Liburan Aman Cuma-Cuma
Berkaitan dengan Program Road Safety, standar-standar pelayan publik yang diupayakan. Polri sendiri menetapkan lima hal yang menjadi perhatian utama terkait arus mudik, antara lain:
1. Kelancaran, untuk memenuhi standar kapasitas, prioritas dan emergency-nya,
2. Sistem pemantauan dan pendeteksian, volume arus/tingkat kepadatan arus lalu lintas,
3. Standar volume kendaraan untuk kecepatan minimal maupun maksimal,
4. Standar kapasitas untuk menentukan prioritas pengaturan tingkat kepadatan dari pengalihan arus, contra flow hingga sistem one way,
5. Standar pelayanan di gate dan exit toll.
Standar-standar kelancaran, keamanan, keselamatan, hingga kondisi darurat, dibangun dengan berbasis TI yang di implementasikan melalui back office berisi peta dan sistem pemantauan serta komando pengendalian. Diimplementasikan melalui aplikasi online didukung dengan sistem network secara manual dan elektronik.
"Adanya informasi, solusi, kontijensi dan komunikasi akan mengurangi tingkat ketegangan dan emosi pengguna jalan yang terjebak dalam kemacetan," tutup Chryshnanda. (mg8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Arus Mudik, Jasa Marga Optimalkan Pelayanan Jalan Tol di Jawa Timur
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha