Mugabe Ogah Lengser, Pengin Jadi Presiden Sampai Mati

Jumat, 17 November 2017 – 10:57 WIB
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Foto: AFP

jpnn.com, HARARE - Dikudeta dan berstatus tahanan rumah tidak membuat Robert Mugabe melunak. Sampai kemarin (16/11), presiden Zimbabwe itu tetap ngotot mempertahankan jabatan.

Negosiasi Mugabe dan perwakilan militer yang melibatkan tokoh agama di Blue House, kediaman resmi presiden di Harare, berlangsung alot. Rakyat Zimbabwe pun cemas menanti kabar.

BACA JUGA: Militer Kudeta Presiden Sepanjang Masa

’’Terjadi perdebatan seru. Intinya, mereka mendesak presiden agar menyudahi kepemimpinannya,’’ kata seorang sumber pemerintahan.

Tapi, Mugabe yang berkuasa di Zimbabwe sejak 1980 tak menggubris desakan-desakan tersebut. Dia bersikeras melanjutkan kepemimpinannya sampai masa jabatan berakhir.

Mugabe bahkan tetap membidik kursi presiden dalam pemilu mendatang. Namun, kesehatan pria 90 tahun itu membuat kroninya khawatir.

Setelah menjalani pengobatan di Singapura beberapa waktu lalu, sang istri, Grace meminta Mugabe menunjuk pengganti. Dengan demikian, jika ajal menjemputnya setelah Pemilu 2018, Zimbabwetidak akan mengalami kekosongan kekuasaan. Secara tersirat, dia menunjuk Grace sebagai penerusnya.

Fidelis Mukonori, pastor yang bertugas sebagai mediator dalam pertemuan kemarin, juga gagal merayu Mugabe. Suami Grace itu tak mau tunduk pada militer yang menginginkan pengunduran dirinya.

Dia juga tidak menggubris permintaan tertulis sekitar 100 kelompok masyarakat yang menginginkan dirinya lengser. Mereka juga mengimbau militer menghargai proses demokrasi dan tunduk pada konstitusi.

Selain kelompok sipil, imbauan serupa muncul dari gereja. Para pemimpin gereja di Kota Harare dan sekitarnya berharap Mugabe dan militer bisa menyelesaikan krisis dengan bijaksana.

Semua itu dilakukan demi terwujudnya transisi damai yang diharapkan sebagian besar warga. ’’Sebagai rakyat, yang saya harapkan hanya perdamaian, stabilitas keamanan, dan perbaikan ekonomi,’’ kata Cletus Mubaiwa, penduduk Harare.

Rabu lalu (15/11) militer mengudeta Presiden Robert Mugabe yang pekan lalu mendepak wakilnya, Emmerson Mnangagwa.

Kup bermula dari pengambilalihan stasiun televisi ZBC milik pemerintah sekitar pukul 04.00 dini hari. Tak lama kemudian, tank-tank militer melintasi jalanan Kota Harare, ibu kota Zimbabwe.

Sama seperti sebagian besar penduduk ibu kota Zimbabwe, Mubaiwa tidak ingin terlalu lama terperangkap dalam ketidakpastian. Sebab, semakin lama kesepakatan tercapai, akan semakin lama pula warga hidup dalam ketakutan.

Sejak Rabu, Harare tak ubahnya pangkalan militer. Tank-tank militer masih bebas melintas di jalan raya. Di setiap sudut kota, tentara berjaga. Terutama di gedung parlemen dan sekitarnya.

Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma langsung mengirimkan Menteri Pertahanan Nosiviwe Mapisa-Nqakula dan Menteri Keamanan Publik Bongani Bongo ke Zimbabwe.

Sebagai pemimpin negara tetangga, dia berharap masalah internal Zimbabwe segera usai dan kehidupan kembali normal. Kemarin dua utusan Zuma itu bertemu dengan Mugabe dan membahas langkah sang presiden selanjutnya.

Kendati sebagian besar penduduk Zimbabwe menginginkan perubahan rezim, tidak banyak di antara mereka yang mau angkat suara soal kudeta militer.

Mereka juga enggan menanggapi status tahanan rumah Mugabe. Tapi, saat dimintai pendapat tentang kondisi Harare, mereka rata-rata justru senang.

’’Situasinya cukup oke. Kami semua bisa kembali bekerja dengan tenang,’’ kata Clinton Mandioper.

Penduduk Harare itu merasa jauh lebih aman dengan keberadaan para tentara tersebut. Biasanya, kota itu didominasi polisi yang gemar melakukan pungutan liar. Tanpa polisi, untuk sementara, warga bebas dari pungutan liar.

Bentrokan antara polisi dan aparat pecah di Harare kemarin. Awalnya, polisi yang berjaga di kompleks pemerintahan menegur tentara yang bertugas di sana.

Karena tidak terima, polisi dan tentara pun cekcok. Pada akhirnya, para serdadu Zimbabwe itu mengamankan polisi-polisi Harare ke lokasi aman dan mengambil alih tugas mereka sendirian.

Sementara itu, mendengar kup melawan Mugabe, Morgan Tsvangirai bersorak. Tokoh oposisi yang menjalani perawatan medis di Inggris dan Afsel itu kembali ke tanah kelahirannya pada Rabu malam.

Politikus yang mengidap kanker itu, kabarnya, akan kembali ke pemerintahan sebagai presiden. Sebab, dia mengincar posisi presiden yang hendak ditinggalkan Mugabe.

Jika Mugabe diyakini berada di Blue House, tidak demikian halnya dengan sang istri. Perempuan berjuluk Gucci Grace itu, kabarnya, sudah melarikan diri dari Zimbabwe. Tapi, berita tersebut tidak bisa dikonfirmasikan.

Sedangkan menteri-menteri Mugabe juga ditangkapi oleh militer dan ditawan di barak militer King George VI. Di antaranya Menteri Keuangan Ignatius Chombo dan Menteri Penerangan Simon K. Moyo. (AP/Reuters/BBC/CNN/aljazeera/hep/c19/ttg)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler