MUI Tarakan Beberkan Kriteria Aliran Sesat

Jumat, 13 Maret 2015 – 02:21 WIB

jpnn.com - TARAKAN - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tarakan menyikapi fenomena aliran sesat yang marak berkembang di masyarakat.

Ketua I MUI Tarakan, Syamsi Sarman mengatakan, mayoritas yang terkontaminasi aliran sesat adalah masyarakat awam dan banyak dari kalangan kampus.

BACA JUGA: Duh...Warga Buang Sampah di Depan Mobil Satpol PP yang Patroli Sampah

“Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi, seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman agama karena yang bersangkutan kurang kemauan atau kurang memberikan kesempatan dirinya mempelajari agama,” kata Syamsi kepada Radar Tarakan (Grup JPNN), kemarin (12/3).

Hal ini, ungkap Syamsi, tampak dengan kurangnya minat masyarakat, khususnya yang beragama Islam, mengikuti kegiatan di sejumlah majelis taklim dan masjid.

BACA JUGA: Warga Ngamuk soal Elpiji 3 Kg, Pak Lurah: Wajarlah

“Padahal ternyata orang-orang banyak yang tidak datang itu hanya nonton televisi di rumah, atau sibuk dengan aktivitas yang sesungguhnya tidak perlu, jalan-jalan menghabiskan waktu, dan banyak lagi. Acara ceramah di televisi dan radio pun tidak tertarik untuk ditonton, dibanding hiburan musik, sinetron dan ulasan berita,” ungkap pria yang juga menjabat Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Tarakan ini.

“Bahkan nonton acara lawak lebih diminati ketimbang mendengarkan ceramah ustadz. Apalagi keinginan untuk membaca buku agama, sungguh sangat kurang sekali,” tambahnya.

BACA JUGA: Dada Sang Begal Tertembus Peluru, Ditemukan Tato Bertuliskan Rampok

Faktor lainnya adalah ekonomi, yaitu kemiskinan yang membuat orang terpaksa menggadaikan akidahnya. Termasuk faktor kebodohan dan kemalasan yang membuat orang ingin hidup senang secara instan tanpa susah-susah beribadah. Realita inilah, jelas Syamsi, yang membuat aliran sesat yang mengatasnamakan agama tumbuh subur di masyarakat.

“Sehingga ketika ada yang menawarkan cara-cara beragama yang mudah dengan tidak pakai salat, tidak pakai puasa dan bisa masuk syurga maka pastinya akan diikuti. Apalagi yang menawarkan ajaran itu mengaku dirinya wali bahkan nabi dan malaikat,” tutur Syamsi.

Syamsi juga menambahkan, hal lain yang seringkali tidak diketahui masyarakat adalah para pengajar sesat ini tak segan-segan menggunakan cara-cara tak wajar, seperti hipnotis dan ilmu gaib. Sehingga banyak orang yang mempercayai hal yang irasional. Faktanya, beber Syamsi, ada orang terpelajar yang menjadi pengikut pengajar sesat yang mengklaim dirinya setiap hari bolak-balik Indonesia-Mekah-Madinah untuk salat 5 waktu.

“Dia mengaku bisa bertemu Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril kapan saja dia mau, menerima wahyu dari Allah SWT, pernah mati dan hidup lagi, bisa naik ke langit ketujuh dalam sekejap untuk memintakan kepada Allah SWT segala keperluan-keperluan yang diminta murid-muridnya, dan banyak lagi,” urai Syamsi.

Beberapa tahun lalu, MUI Tarakan pernah menetapkan salah satu aliran sesat di Kelurahan Mamburungan yang di antara pengikutnya ada PNS yang menyandang sarjana agama. Untuk itu, masyarakat perlu mengenali dan memahami ciri-ciri dan kriteria aliran sesat.

“Berdasarkan hasil Rakerja Nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia diuraikan ciri-ciri atau kriteria aliran sesat ada 10 poin,” papar Syamsi.

Syamsi pun mengimbau kepada masyarakat Tarakan agar memiliki proteksi diri yang kuat menyikapi aliran sesat ini. “Dengan memperdalam ilmu pengetahuan agama dengan tokoh agama yang memang sudah terkredibel,” tuntasnya. (izo)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Fakta Risma Layak Dicalonkan Kembali Jadi Wali Kota Surabaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler