jpnn.com, JAKARTA - Muktamar PKB di Bali yang akan diselenggarakan, 20-22 Agustus, diwarnai oleh dua peristiwa yang sangat mengganggu keutuhan kebangsaan. Pertama adalah peristiwa tersebarnya video dugaan penistaan simbol salib bagi umat Kristiani oleh Ustaz Abdul Somad (UAS) beserta berbagai reaksinya. Kedua, peristiwa perlakuan kurang elok yang dialami oleh mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang serta berbagai reaksi terhadapnya yang berpuncak pada kerusuhan di Manokwari, Senin (19/8).
Menurut salah satu ketua PKB Anton Doni Dihen, dua peristiwa disharmoni tersebut tentu merupakan keprihatinan seluruh bangsa Indonesia, tidak terkecuali bagi PKB. Apalagi partai ini, di balik nama kebangkitan, sebetulnya mengusung misi utama memastikan kerukunan hidup bersama dari suatu bangsa yang fitrahnya memang sangat beragam.
BACA JUGA: Media Asing Diminta Objektif Memberitakan Soal Kerusuhan di Papua
Lebih lanjut, Anton mengatakan karena melekat pada misinya, dan karena keseriusan efek dari peristiwa-peristiwa tersebut, maka Muktamar PKB yang waktunya bersinggungan dengan kedua peristiwa tersebut perlu menunjukkan sensitivitas dan perhatiannya dengan menerbitkan sebuah memorandum persaudaraan untuk Papua. “Agar ada relevansi dan aktualitas kehadiran PKB sungguh-sungguh terasa,” kata pengurus DPP PKB yang berasal dari NTT ini.
Menurut Anton, isu Papua sejauh ini belum ditangani secara komprehensif dan tuntas. "Dan karena itu bangunan emosi kita terlalu sensitif," kata pemerhati yang pernah belajar sosiologi di Universitas Indonesia ini.
BACA JUGA: Redam Gejolak di Papua, Waketum Gerindra Beri Pernyataan Menyejukkan Hati
“Mobilisasi pendekatan-pendekatan yang lebih sosiologis dan kultural harus segera dilakukan. Dia harus menjadi pendekatan yang mainstream. Atau sekurang-kurangnya menyeimbangkan pendekatan keamanan,” kata Anton yang beberapa kali mengeluarkan catatannya tentang Papua.
PKB, kata Anton, memiliki kedekatan emosional khusus dengan Papua. Salah satu pendirinya, Gus Dur, memberikan nama Papua dan memelopori pendekatan out of the box terhadap Papua. Dan di masa Ketua Umum Muhaimin Iskandar, pernah dibuat diskusi tentang Papua dan Paradigma Pembangunan.
BACA JUGA: Ismail Hasani: Intimidasi Mahasiswa Papua di Sejumlah Daerah Cederai Kemanusiaan
“Perhatian-perhatian afirmatif seperti ini masih diperlukan dan diaktualkan,” pinta Anton.
PKB, kata Anton, juga berada pada posisi yang baik secara moral untuk mengajak Papua mendinginkan cara merespons tindakan yang kurang elok yang dialami anak-anak mahasiswanya.
“Yang penting ajakan tersebut dibarengi dengan sikap keberpihakan untuk minta pPemerintah serius menjatuhkan sanksi hukum atas siapapun juga pelaku tindakan tidak bertanggung jawab di Surabaya dan Malang,” tandas Anton.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Kepada Pace, Mace, dan Mama di Papua: Saya Memahami Perasaan Kalian
Redaktur & Reporter : Friederich