Muncul Ajakan Boikot Produk Prancis, MUI Minta Masyarakat Lakukan Hal ini

Kamis, 29 Oktober 2020 – 19:28 WIB
Majelis Ulama Indonesia. Foto: dok.JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi meminta masyarakat tidak terprovokasi dan tetap menjaga kedamaian dalam menyikapi ajakan memboikot produk Prancis.

"Kepada masyarakat umat Islam dan bangsa Indonesia yang ingin menyampaikan aspirasi penolakan silakan, tapi dengan tertib, tidak boleh merusak dan harus mengikuti aturan main," kata Muhyiddin dalam keterangannya, Kamis (29/10).

BACA JUGA: Macron Sudutkan Islam, Politikus PAN Ajak Umat Boikot Produk Prancis

Seruan boikot Perancis terjadi di sejumlah negara di negara Arab seperti Qatar, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Bahkan, sejumlah supermarket di negara tersebut juga disebut telah menarik barang-barang asal produsen Prancis.

BACA JUGA: Sunan Kalijaga: Terserah pada Bilang Anak gue Negatif, yang Penting dia Kagak Jualan Agama

Perisitiwa ini muncul menyusul pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron soal Islam. Dia mengumumkan rencana mereformasi Islam agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik Prancis.

Merespons isu tersebut, Muhyiddin meyakini pemerintah Indonesia akan mengambil langkah-langkah diplomatis. Hal ini dilakukan supaya tidak merugikan hubungan antara Indonesia dan Perancis.‎

BACA JUGA: Fraksi PKS DPR Kirimkan Surat Protes Kepada Presiden Prancis

"Meminta kepada Ibu Menlu agar memanggil Duta Besar Perancis untuk Indonesia supaya dia memberikan klarifikasi," katanya.

Muhyiddin menambahkan, MUI kecewa dengan pernyataan Macron tersebut dan tidak sepatasnya kepala negara berkomentar yang berpotensi memecah belah.‎

"Kami mengecam pernyataan Emmanuel Macron yang mendeskriditkan Islam," ungkapnya.

Muhyiddin berujar Macron tidak hidup secara sendiri, melainkan berdampingan dengan umat Islam. Maka seharusnya bisa lebih bijak dalam bertutur kata dan tidak mendeskriditkan Islam.‎

"Harusnya Presiden Macron sadar bahwa dia hidup bersama-sama dengan umat Islam. Ini membuat kondisinya tambah kacau dan panas," pungkasnya.

Sementara, Direktur Jaringan Moderasi Indonesia Islah Bahrawi mengatakan umat Islam seringkali latah dalam menyikapi isu-isu seperti ini. Menurut dia, akan lebih baik umat Islam menganalisis terlebih dahulu sebuah permasalahan sebelum bersikap.

"Reaksi umat Islam seringkali terjadi karena latah. Ketika sebuah isu meletup dan bergesekan dengan agama, semua orang kadang segera menutup mata, tanpa pernah menganalisa kejadian sebenarnya. Inilah mengapa militansi umat Islam seringkali dijadikan alat bentur untuk pertempuran orang lain," kata Islah.

Karena itu, Islah mengajak umat Muslim di Tanah Air menyikapi perkara ini dengan introspeksi.

Menurutnya, harus disadari, banyak orang yang mengaku sebagai umat Islam namun masih intoleran, gemar mengumbar kebencian dan melakukan aksi kekerasan kepada orang lain karena perbedaan keyakinan.

"Bahkan akibat dari semua ini, banyak dari kalangan Muslim sendiri yang semakin lama semakin menjauh dari Islam untuk lebih memilih menjadi agnostik, atau bahkan ateis. Terutama dari segmen masyarakat yang mengalami skeptis teologis," tandas Islah.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler