jpnn.com, SAMARINDA - Masyarakat penting mewaspadai munculnya penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB).
Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) Masitah salah satu penyakit yang berpotensi KLB saat ini hepatitis akut.
BACA JUGA: Penyakit Misterius Ancam Jakarta, WHO Sebut KLB, Sudah Ada Korban Jiwa
Penyakit ini telah menyebabkan kematian pada tiga pasien di Indonesia.
Menurut Masitah, seseorang bisa tertulari hepatitis bila mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dari orang yang menderita hepatitis.
BACA JUGA: Penjelasan Kemenkes soal Status 4 Anak Terkait Hepatitis Akut Misterius
"Kebersihan diri dan menjaga pola hidup sehat merupakan pencegahan yang utama," ujar Masitah di Samarinda, Kamis (5/5).
Menurut Masitah, sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) rutin dilakukan mingguan.
BACA JUGA: Begini Hasil Investigasi Kemenkes Soal Hepatitis Akut Misterius
SKDR dilakukan terhadap potensi peningkatan kasus 23 jenis penyakit menular, termasuk pengamatan jaundice syndrome.
Menurutnya, jaundice syndrome merupakan kewaspadaan hepatitis, rutin dilakukan Dinkes provinsi maupun kabupaten/kota yang berasal dari laporan fasilitas kesehatan (faskes) baik puskesmas maupun rumah sakit.
"Penyebab hepatitis akut ada dua, yaitu infeksi dan non infeksi."
"Infeksi yang terbanyak disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, B, C, D dan E."
"Saat ini ditemukan adenovirius dan SARS COV2 sebagai penyebab infeksi hepatitis karena virus."
"Penyebab lain selain virus ialah bakteri, parasit dan jamur," katanya.
Masitah kemudian penyebab penyebab hepatitis akut non infeksi antara lain, autoimun, konsumsi minuman beralkohol dan disfungsi hati.
Dinas Kesehatan Kaltim telah melakukan koordinasi dengan jejaring terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, fasilitas pelayanan kesehatan dan lintas sektor terkait.
Selain itu, juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pencegahan penularan hepatitis akut.
Gejala hepatitis akut, antara lain kelelahan, mual, muntah, diare, rasa tidak nyaman di perut, air kencing yang berwarna keruh seperti teh.
Kemudian, warna kulit dan sklera berwarna kuning, tinja yang berwarna pucat dan penurunan berat badan tanpa sebab.
"Efek yang ditimbulkan oleh hepatitis akut adalah disfungsi hati bahkan kegagalan fungsi hati yang dapat menyebabkan kematian," katanya.
WHO pertama kali menerima laporan hepatitis akut pada 5 April 2022 dari Inggris Raya dengan sepuluh kasus.
Mereka yang terinfeksi adalah anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Kemudian, secara resmi dipublikasikan sebagai KLB, jumlah laporan terus bertambah.
Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Untuk Indonesia sendiri ada tiga kasus hepatitis akut yang menyebabkan kematian.
Masitah berharap seluruh masyarakat disiplin melaksanakan pola hidup sehat serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Caranya, sama dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19, yaitu mencuci tangan dengan sabun wajib dilakukan.
Jika memungkinkan, cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air hangat, khususnya sebelum makan dan setelah menggunakan kamar mandi.
Para ibu yang merawat bayi atau balita juga diimbau untuk sering mencuci tangan, karena virus dapat menyebar melalui muntahan bayi atau ketika membersihkan popok.
"Konsumsi makanan yang bergizi dan terjaga kebersihannya. Jangan makan di luar karena kondisi kotor dari meja, piring, sendok garpu dan gelas.
"Hindari berenang dulu di tempat tempat umum, hindari main di play ground dulu dan bila ke mal hindari pegang hand railing, dinding dan yang sering dipegang orang," pungkas Masitah.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang