Akankah perekonomian dunia membaik di tengah berita bahwa dua negara terbesar di dunia saat ini, Amerika Serikat dan China akan menandatangani perjanjian dagang minggu depan.
Harian Hong Kong The South China Morning Post melaporkan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He telah tiba di Washington minggu ini untuk menandatangani perjanjian dagang tersebut.
BACA JUGA: Bermimpi Tinggal di Australia di Tahun yang Baru? Ini Sejumlah Caranya
Penasehat masalah perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan kesepakatan tersebut akan ditandatangani minggu depan.
Namun dia mengatakan pengukuhan kepastian akan diberikan oleh Presiden AS Donald Trump.
BACA JUGA: Jelang Pergantian Tahun, Australia Masih Berjuang Atasi Kebakaran Lahan
Navarro mengatakan kesepakatan setebal 86 halaman tersebut sedang diterjemahkan dan termasuk berbagai hal mengenai hak kepemilikan intelektual, pemaksaan pemindahan teknologi, dan manipulasi mata uang.
"Pada dasarnya, semua ini harus diterjemahkan ke bahasa China, dan diperiksa lagi sehingga versi dua bahasa itu benar-benar akurat." katanya kepada Fox News.
BACA JUGA: Sejumlah Negara Tingkatkan Travel Warning ke Indonesia, Papua Jadi Sorotan Utama
Beberapa masalah itu selama ini menjadi keberatan Amerika Serikat yang berakibat Presiden Trump menerapkan biaya tarif atas impor dari China dan kemudian Beijing melakukan tindak balasan.
Berita kemungkinan persetujuan perjanjian dagang antara AS-China ini muncul di saat defisit perdagangan AS berada di titik terencah sejak bulan November 2016.
Perbedaan antara impor dan ekspor yang dilakukan negara tersebut turun sebesar $US 3.6 miliar menjadi $US 63.2 miliar.
Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Charles PDIP Dorong Pemerintah Galang Kekuatan untuk Beri Pelajaran ke Tiongkok