jpnn.com, ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali mengancam akan menyerang pasukan Suriah jika ada lagi tentara Turki yang terluka di Idlib. Dia mengaku siap mengerahkan kekuatan darat, laut dan udara untuk menggempur tentara Suriah di mana saja.
Kekerasan berkecamuk di Idlib dalam beberapa pekan belakangan setelah pasukan pemerintah yang didukung Rusia dan Iran menggempur benteng gerilyawan terakhir di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Bernafsu Caplok Idlib, Erdogan Beri Pasukan Suriah Waktu Hingga Akhir Bulan
Turki yang bersekutu dengan kelompok gerilyawan penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad jelas tidak terima. Apalagi serangan pasukan pemerintah tersebut ikut menewaskan 13 tentara Turki. Mereka pun meluncurkan serangan balasan pada Selasa (10/2).
"Jika ada luka paling kecil sekalipun terhadap tentara kami di pos pemantauan atau di mana saja, saya menyatakan dengan ini bahwa kami akan menyerang pasukan rezim di mana saja berada mulai hari ini, terlepas dari perbatasan Idlib atau jalur kesepakatan Sochi," kata Erdogan, Rabu (12/2).
BACA JUGA: Balas Dendam, Erdogan Bakal Bombardir Pasukan Suriah
"Kami akan melakukan ini dengan cara apa pun yang dibutuhkan, melalui udara atau darat, tanpa ragu-ragu dan tanpa ampun," katanya di hadapan anggota Partai AK di Ankara. Rusia, yang memiliki pangkalan udara di Suriah, mengendalikan wilayah udara Idlib selama beberapa tahun.
Kematian tentara Turki menjauhkan hubungan antara Ankara dan Moskow. Kantor Berita TASS, yang mengutip Kremlin, menyebutkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Erdogan melauli percakapan telepon sepakat bahwa kedua pihak akan melanjutkan komunikasi soal Suriah.
BACA JUGA: Duh, Erdogan Kebelet Luncurkan Operasi Militer Lagi
Erdogan mengaku gerilyawan dukungan Turki telah bergerak mendorong pasukan pemerintah Suriah keluar dari Idlib, namun menambahkan mereka harus tetap disiplin.
"Kami berpesan bahwa kami akan bertindak tanpa kompromi untuk mereka yang berasal dari kelompok oposisi, yang bertindak dengan cara yang tak disiplin dan memberikan alasan kepada rezim untuk menyerang," katanya. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil