jpnn.com, MOSKOW - Pengawas komunikasi Rusia mengatakan, mereka telah mengajukan gugatan pembatasan akses aplikasi Telegram. Ini dilakukan usai Telegram menolak memberikan akses layanan keamanan Rusia terhadap pesan rahasia penggunanya.
Telegram behasil menempati posisi kesembilan sebagai aplikasi seluler paling populer di dunia. Bahkan pengguna aktif Telegram di negara-negara bekas Uni Soviet dan Timur Tengah mencapai 200 juta pada Maret tahun ini seperti dilansir BBC, Jumat (6/4).
BACA JUGA: Omongan Tsamara Bikin Heboh, PSI Ajak Dubes Rusia Diskusi
Dengan keistimewaannya dari aplikasi lain, Telegram memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi melalui pesan terenkripsi. Pesan ini tak bisa dibaca oleh pihak ketiga, termasuk otoritas pemerintah.
Namun, layanan Keamanan Federal FSB Rusia mengatakan, mereka memerlukan akses ke beberapa pesan untuk pekerjaannya.
BACA JUGA: Rusia: Inggris Sedang Memainkan Permainan Anak - Anak
Hal tersebut dilakukan juga untuk berjaga-jaga dari serangan teroris. Telegram kemudian menolak memenuhi tuntutan tersebut dengan alasan untuk menghormati privasi pengguna.
Pengawas komunikasi Rusia, Roskomnadzor mengatakan, mereka telah mengajukan gugatan di pengadilan Moskow dengan permintaan untuk membatasi akses di wilayah Rusia ke sumber informasi pada Jumat. Itu disebut Telegram Messenger Limited Liability Partnership.
BACA JUGA: Kebakaran Mal Renggut 60 Nyawa, Gubernur Mengundurkan Diri
Kemudian, gugatan tersebut terkait dengan pertanyaan FSB yang mengatakan Telegram tidak mematuhi kewajiban hukumnya sebagai penyelenggara distribusi informasi. Juru Bicara Telegram tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov melalui akun Twitter-nya mengatakan, ancaman untuk memblokir Telegram tidak akan berhasil. Telegram akan tetap berdiri untuk kebebasan dan privasi para penggunanya. (ina/ce1/iml/trz/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia: AS dan Inggris Ingin Gagalkan Piala Dunia 2018
Redaktur & Reporter : Adil