Musim Gugur Rezim Kebohongan

Rabu, 02 Februari 2011 – 11:41 WIB

MUSIM gugur bagi rezim kebohongan telah tibaDimulai dari al-Jamhuriyyah at-Tunisiyyah, negeri Arab Muslim di Afrika Utara yang dalam berita disebut Tunisia

BACA JUGA: Gaji Naik dan Kebohongan Publik

Akhir Januari lalu, dengan sangat heroik dan semangat al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar yang menyala-nyala, rakyat Tunisia berhasil menggebah “bapak kebohongan” Zine Al Abidine Ben Ali yang berkuasa penuh di negeri itu sejak 1987.

Beberapa negara tetangganya, seperti Lybia, Jordania, Aljazair serta Mesir, yang juga dibangun dengan kebohongan politik, sedang dalam proses pengguguran
Karena gincu pencitraan yang dipoleskan pada wajah pemerintahnya, telah luntur akibat derasnya airmata rakyat yang mengucur.

Rakyat Mesir tak mau kalah dengan rakyat Tunisia dalam mengakhiri rezim kebohongan

BACA JUGA: Bohong Itu Indah

Meskipun cukup alot dan sudah menelan korban jiwa ratusan demonstran, mereka tetap semangat menggempur rezim Hosni Mubarak, “bapak kebohongan” Mesir yang berkuasa sejak 1981.

Banyak orang yakin, membangun kekuasaan lewat pemilu palsu yang ditaburi uang hasil rampokan dari negara, ibarat membangun “istana pasir”
Sehingga sedikit saja kena guncangan, istana bisa lekas tumbang

BACA JUGA: Jebolnya Benteng Terakhir Kesabaran Publik

Lalu, lazimnya penguasa korup yang banyak menabur kebohongan, begitu istananya runtuh, mereka ngacir ke luar negeri dengan membawa harta jarahan.

Di tengah berita “badai gurun pasir” yang melanda kawasan Mesir dan sekitarnya, muncul pertanyaan menggoda di masyarakat: “Apakah kejadian di Mesir akan menular ke Indonesia?”

Pertanyaan ini muncul karena di negeri kita rakyatnya juga sedang gundah menghadapi kebohongan demi kebohongan yang dilakukan para penyelenggara negaraBahkan para pemuka agama secara terbuka dan lantang telah mengumandangkan “kebohongan pemerintahan Yudhoyono”.

Lebih dari itu, memang ada hubungan batin yang khusus antara Indonesia dan MesirTokoh-tokoh Islam Mesir, seperti Sayyid Jamal Al-Din Al-Afghani dan muridnya Muhammad Abduh, memberikan banyak inspirasi pada para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.

Bahkan Imam Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam), secara fisik turut ambil bagian dalam proses kemerdekaan RIKarena berkat tekanan para ikhwan yang dipimpinnya, Mesir menjadi negara asing pertama yang mengakui eksistensi kemerdekaan negara kita, 22 Maret 1946Setelah itu, negara-negara di jazirah Arab mengakui kedaulatan RI.

Sebagai imbalannya, keberhasilan rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim mengusir penjajah menjadi inspirasi rakyat di Timur Tengah menumbangkan penguasa “kafir” yang sudah bercokol lama di sanaDan Mesir akhirnya berhasil memerdekakan diri pada 18 Juni 1953, delapan tahun setelah kita merdeka.

Jadi dalam sejarahnya, Mesir dan Indonesia memang sudah saling memberikan inspirasi dan dukunganKejadian di Mesir sekarang, misalnya, sebenarnya merupakan pelajaran yang mereka petik dari negeri kita pada 1998Saat kita menghentikan rezim Soeharto, yang ketika itu akan melakukan suksesi kepada anaknya!

Tapi sebaliknya, kesuksesan rakyat Mesir menghentikan rezim kebohongan Hosni Mubarak, niscaya akan balik memberikan inspirasi kepada kepada kita bagaimana menghentikan rezim boneka yang lebih disukai pihak asing tapi dibenci rakyatnya sendiri karena lebih banyak menyusahkannya ketimbang menyejahterakannya.

Semua ini tentu saja berkah Islam sebagai rahmatan lil ‘alaminSebagian lagi karena dukungan teknologi informasi, yang membuat kita tahu apa yang terjadi di belahan dunia sana, dalam detik yang sama.

Sehingga “musim gugur rezim kebohongan” bisa terjadi di mana-mana[**]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Habis SBY Terbitlah ASBY


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler