Bohong Itu Indah

Rabu, 19 Januari 2011 – 12:32 WIB

JOSEPH GOEBBELS bisa jadi merupakan orang Jerman paling banyak dikenal pejabat negara Republik IndonesiaSebab doktor filsafat kelahiran Rhineland, Jerman, 29 Oktober 1897 ini, dikenal sebagai “bapak kebohongan modern” yang teori komunikasi sesatnya dipakai oleh hampir semua lembaga survei politik di negeri ini.

Doktrin Goebbels paling sohor adalah: “Kebohongan yang dikampanyekan secara terus-menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan!” Sedangkan kebohongan sempurna, kata Goebbels, adalah kebenaran yang dipelintir sedikit saja.

Misalnya, adalah kebenaran bahwa Anda lahir pada tanggal 9, bulan 9, tahun 1959

BACA JUGA: Jebolnya Benteng Terakhir Kesabaran Publik

Tugas Anda tinggal menambah sedikit pelintiran dan bumbu cerita begini: “Pada malam menjelang kelahiran, ibu Anda mimpi kejatuhan bulan atau matahari”.

Bila mimpi bohong itu digabung dengan angka 999 yang diambil dari ujung angka tanggal-bulan-tahun kelahiran Anda, akan menimbulkan efek luar biasa di masyarakat
Seolah Anda memang dilahirkan untuk menjadi orang besar

BACA JUGA: Habis SBY Terbitlah ASBY

Menjadi lebih dahsyat lagi kalau ternyata badan Anda juga bongsor dan berasal dari Jawa Timur
Bisa mengaku sebagai “titisan Prabu Brawijaya” yang hebat itu!

Goebbels memang bukan cuma pandai berteori

BACA JUGA: Akhir dari Tahun Pencitraan

Buah pikirannya sudah diuji di Partai Nazi pimpinan HitlerMakanya, ketika berkuasa, Sang Fuhrer mengangkatnya menjadi Menteri PropagandaSehingga dalam tempo yang tidak terlalu lama, Nazi berkembang dahsyat, dan Jerman tumbuh menjadi kekuatan yang menggiriskan di daratan Eropa.

Dalam pandangan Goebbels, bohong itu indahAda seni untuk kebohonganSehingga orang yang dibohongi, meskipun pada akhirnya ia tahu dibohongi, tetap bakal terpesonaContohnya ketika ia mengampanyekan bangsa Arya, ras Jerman tulen, adalah etnis paling jenius di muka bumiTentu ini untuk meredam klaim Yahudi yang mengaku bangsa pilihan Tuhan!

Makanya, kalau Goebbels masih hidup, pasti sedih dan terheran-heran kenapa teori kebohongannya yang sudah sangat populer di dunia, ketika dipraktekan di Indonesia, begitu mudah dipatahkan, bahkan hanya oleh beberapa gelintir pemuka umat beragama? Padahal tak satu pun di antara tokoh lintas agama itu yang memiliki instrumen komunikasiApalagi yang canggih.

Tapi kenapa mayoritas rakyat Indonesia kok bisa cepat percaya kepada pernyataan para pemuka agama bahwa pemerintah Yudhoyono ini telah melakukan “kebohongan sistemik”? Padahal lewat semua media, rezim ini setiap hari membombardir masyarakat dengan isu kesuksesan di sana-sini.

Menurut saya, bukan teori Goebbels-nya yang tidak cocok dengan iklim di siniJuga bukan karena masyarakat kita lebih relijius sehingga lebih percaya pemuka agama ketimbang pemerintah.

Para penguasa kita tidak sungguh-sungguh manjalankan doktrin GoebbelsSebab kebohongan yang disebarkan tidak berdasarkan “kebenaran yang dipelintir sedikit”, melainkan “kebenaran tipis yang dipakai untuk menutupi kepalsuan besar lagi permanen”.

Akibatnya, sedikit saja angin bertiup, “tabir kebenaran yang tipis” itu segera tersingkapSehingga masyarakat bisa dengan lekas melihat kebohongan sebagai kenyataan yang tak terbantahkan.

Benar, teknik berbohong penguasa kita memang mengingatkan kita pada gaya berbohong para ABG jadul (remaja zaman dulu) kepada pacarnya.

Lewat surat, ia nyatakan cintanya yang bertubi-tubiSeakan dunia bakal kiamat kalau cinta tak berlanjutMakanya, ia bersumpah: “Gunung tinggi kan kudaki, laut luas kan kuseberangi…!”

Sampai di sini, si pacar memang sempat terperangahTapi begitu melihat fakta di bawahnya, dalam “notebene” (NB) di bawah tandatangan, dia tahu pacarnya itu gombal belakaAtau dalam bahasa politik sekarang: telah melakukan kebohongan publik.

Karena di NB itu si pacar menulis begini: “Sayang, nanti malam kalau tidak hujan aku akan ke rumahmu!”

Katanya gunung tinggi blablabla, laut luas blablablaLha, ini sama hujan saja kok takut! Dasar pembohong…! [**]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Tergantung pada Bola


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler