Ketua Umum Pusat Informaqsi Pasar Unggas Nasional (Pinsar) Hartono menjelaskan, kenaikan harga telur itu dipacu oleh faktor cuaca. Saat musim hujan seperti saat ini produksi telur menurun 5-20 persen. Normalnya rata-rata produksi telur nasional mencpai 5.600 ton per hari.
"Produksi turun. Permintaa permintaan terus naik. Sebab dua bulan terakhir ada beberapa hari momen spesial seperti Imlek," terangnya pada Jawa Pos saat dihubungi Selasa (19/2).
Ia mengungkapkan saat ini harga telur tertinggi Rp 21 ribu. Kenaikan tertinggi ada di daerah Jawa Barat, yakni 20 persen. Daerah itu memilki tingkat curah hujan dan kelembapan yang tinggi. Sedangkan di beberapa sentra perunggasan seperti Jawa Timur penurunannya relatif rendah, sekitar 8 persen.
Meskipun demikian, Hartono mengungkapkan, harga itu adalah harga yang wajar. Sebab jika dilihat dari petani unggas, harga bahan pangan seperti Jagung juga naik. Ia berkata, harga pokok telur dari peternak saat ini Rp 16 ribuan. Selisih harga digunakan untuk beban transportasi, packaging, penyusutan matahari, dan kerusakan.
"Sebenarnya kalau dihitung-hitung harga yang beredar dipasaran itu masih re;atif rendah. Untung yang didapat peternak sangat kecil," katanya. Ia menghimbau pemerintah harus melihat dua posisi itu, di satu sisi melindungi konsumen tapi di sisi lain juga melindungi peternak.
Sebenarnya, lanjut Hartono, pihaknya telah menghimbau agar harga telur dinaikkan sejak Agustus lalu. Namun, sebagian pedagang tidak kompak melakukan itu. Akhirnya karena persaingan harga, harga pun tidak jadi naik. Hartono berkata, pedagang rela mengambil untuk sedikit dari pada pembelinya kabur.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Bayu Krisnmurthi menerangkan saat ini memang harga telur merangkak naik. Harga itu juga diikuti oleh harga kebutuhan pokok lainnya seperti daging ayam dan daging sapi. "Itu semua produk segar, jadi sangat rentan terhadap cuaca," ujarnya.
Bayu berkata pihaknya bakal terus mengawasi perubahan harga yang ada di masyarakat. Jika nantinya harga tidak terkontrol nanti bakal ada intervensi pemerintah. Tapi untuk saat ini, intervensi belum diperlukan. (uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Dinilai Salahi Filosofi Cukai
Redaktur : Tim Redaksi