Menurut Direktur Utama Bulog Soetarto Alimoeso, berdasarkan pengalaman setiap tahun yang setiap akhir tahun hingga awal tahun selalu ada masa paceklik, tentunya Bulog telah mempunyai kiat mengamankan stok beras nasional. Bulog juga telah menyediakan stok beras sebesar 1,5 juta ton dengan pengadaan prioritas dalam negeri. Meski demikian, dalam pemenuhannya Bulog masih harus impor beras.
"Tren paceklik biasanya hingga Februari. Artinya panen lebih rendah dari kebutuhan bulan itu, misalnya Januari kebutuhannya 270 ribu ton dan Februari 270 ribu ton tapi jumlah panen tidak mencapai segitu, dan kemungkinan Februari kebutuhan juga akan lebih karena berbagai faktor," kata Soetarto di Jakarta.
Soetarto mengaku, cadangan stok beras saat ini yang mencapai 1,8 juta ton untuk memenuhi kebutuhan selama enam bulan. Jika per bulan diperlukan sekitar 270 ribu ton, maka total cadangan untuk pemenuhan sebesar 1,4 juta ton. Angka tersebut dipastikan akan aman karena di samping stok cadangan saat ini juga akan masuk beras impor dari sisa kontrak 2011 yang belum semua terealisasi.
Diterangkan, untuk Januari ini akan masuk sisa beras impor sebesar 500 ribu ton dan Februari sekitar 200 ribu ton yang didistribusikan dari India, Thailand, dan Vietnam. Di samping perkiraan adanya tambahan stok beras dari panen raya yang akan dilaksanakan Maret 2012. "Kalau normal stok kita enam bulan cukup, karena sisa dari impor tahun lalu akan masuk Januari ini. Jadi untuk enam bulan aman," ujarnya.
Namun Soetarto menegaskan, untuk beberapa daerah yang mengalami penundaan masa tanam yang berimplikasi terhadap mundurnya masa panen dan berfluktuasinya harga beras yang tidak tertutup kemungkinan dipermainkan oleh spekulan, tentunya Bulog sudah memiliki cara tersendiri mengatasinya. Salah satunya adalah menyalurkan beras raskin yang intensitasnya melebihi dari jumlah yang ditetapkan. Sedangkan untuk masyarakat menengah ke bawah, Bulog akan berusaha berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk untuk mengintensifkan pelaksanaan operasi pasar.
"Kalau untuk masyarakat menengah ke bawah mungkin kita akan menyalurkan beras raskin, misalnya dalam dua bulan akan ada tiga penyaluran. Kalau untuk masyarakat menengah atas ya operasi pasar. Berapapun permintaanya akan kita berikan, misalnya untuk DKI, Maluku, Papua, Sulawesi Utara ataupun Sumatera Utara. Karena kita (Bulog, Red) ingin kestabilan harga beras ini terjaga," terangnya.
Ke depan, lanjut Soetarto, ada arahan dari pemerintah untuk meningkatkan target produksi mencapai 72 juta ton atau naik sekitar 7 juta ton dari 2011 yang sebesar 65 juta ton. Oleh Karena itu, Bulog akan berusaha keras meningkatkan sosialisasi program peningkatan produksi ke daerah-daerah penghasil.
"Jumlah sekitar 7 juta ton itu kalau jadi beras sekitar 4 juta ton dan kita sebenarnya bisa membelinya untuk penguatan stok dalam negeri. Makanya saya terus menyosialisasikan kepada daerah penghasil untuk peningkatan target produksi. Jadi kita itu tidak ada masalah dengan stok beras, bahkan untuk panen besar nanti kita juga sudah menyiapkan L/C agar kita bisa merebut pasar," tuturnya.
Senada diungkapkan anggota DPR Komisi IV FPD M Jafar Hafsah. Dia mengatakan bahwa stok beras nasional saat ini tidak perlu dikhawatirkan, walau ada bayang-bayang musim penghujan yang berpotensi gagalnya panen akibat banjir ataupun serangan hama yang akan menurunkan produksi komoditas pertanian.
Namun, Jafar menegaskan bahwa Bulog diharapkan tetap memperhatikan sisi kualitas dari beras yang akan di beli dan didistribusikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, Bulog harus melakukan program kerjanya secara efektif, efisien dan professional, serta terorganisir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan anggota DPR lainnya, Herman Khaeron menyatakan bahwa cadangan beras pemerintah ada sekitar 300 ribu ton. Itu akan dikeluarkan jika emergency. Namun, rata-rata untuk daerah tertentu masih terbilang aman hingga enam bulan, kecuali daerah remote yang cadangannya diperkirakan hanya mampu untuk 2 sampai 3 bulan saja. (gce)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 400 Content Provider Beroperasi di Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi