Nadiem Makarim Ambil Buku Favoritnya, Bicara Pendidikan Karakter, Wouw!

Kamis, 24 Oktober 2019 – 08:26 WIB
Mendkibud Nadiem Makarim. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Banyak pihak tercengang ketika Presiden Jokowi mengumumkan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) di Kabinet Indonesia Maju.

Sejumlah kalangan meragukan bos GoJek itu mampu mengurus masalah pendidikan. Namun, banyak pihak juga yakin pemuda berusia 35 tahun itu membawa perubahan positif bagi pendidikan dan pemajuan kebudayaan di Indonesia.

BACA JUGA: Profil Nadiem Makarim: Anak Penulis Lepas Itu kini jadi Mendikbud

Nadiem Makarim sudah membuktikannya pada perusahaan transportasi berbasis daring yang didirikannya, Gojek, yang kini menjadi perusahaan Decacorn.

Langkah Presiden Jokowi menunjuk Nadiem sebagai mendikbud juga dinilai banyak pihak sebagai cara mematahkan stigma bahwa mendikbud selalu berasal dari organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah.

BACA JUGA: Guyonan Eko Patrio Soal Nadiem Makarim Jadi Mendikbud

Sebelumnya, kementerian yang mengurusi pendidikan rata-rata dijabat kalangan akademisi perguruan tinggi bergelar profesor. Namun Nadiem adalah seorang pebisnis lulusan magister dari Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Pada acara sertijab dengan menteri sebelumnya, Muhadjir Effendy, Nadiem mengaku terkaget-kaget dengan protokoler yang saat ini melekat dengan dirinya. Ia juga terlihat masih belum terbiasa memberikan salam khas pejabat, yang menyebutkan salam dari masing-masing agama yang ada.

BACA JUGA: Simak, nih Kalimat Nadiem Makarim di Hadapan Pegawai Kemendikbud

"Pas masuk mobil, ada ajudan yang mengikuti. Saya kaget, eh ternyata saya baru ingat jadi menteri sekarang," kata Nadiem sambil tersenyum.

Sebagai menteri termuda pada Kabinet Indonesia Maju, Nadiem enggan dipanggil "Pak Menteri", ia lebih memilih dipanggil dengan sebutan "Mas Menteri".

Nadiem memang masih muda. Berbeda dengan Anies Baswedan saat menjabat sebagai Mendikbud pada usia 45 tahun dan Muhadjir Effendi pada usia 58 tahun.

Pemuda kelahiran Singapura pada 4 Juli 1984 itu kini membawahi urusan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, ditambah lagi dengan urusan kebudayaan.

Kemenristekdikti yang sebelumnya menaungi pendidikan tinggi berubah nomenklatur yakni Kemenristek/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan urusan pendidikan tinggi kembali ditangani Kemendikbud.

Hari pertama berkantor, Nadiem mengatakan dirinya tidak punya program 100 hari ke depan. Yang ada hanya dirinya yang belajar dan menjadi murid yang baik.

"Saya selalu ditanya apa rencana 100 hari, sejujurnya saya tidak punya rencana 100 hari. Tapi saya akan duduk dan mendengar serta berbicara dengan pakar-pakar yang ada di hadapan saya saat ini," ujar Nadiem.

Nadiem mengatakan akan mengerjakan semua aspirasi murid-murid Indonesia yakni belajar. Dia menambahkan dirinya berdiri di depan bukan sebagai guru melainkan sebagai murid.

"Saya sudah mempersiapkan diri. Saya mohon kepada semua Dirjen Dikbud dan Dikti untuk bersabar dengan saya. Walaupun bukan dari kalangan pendidikan. Saya murid yang baik, belajar dengan baik," kata dia.

Dikatakan juga, dirinya akan mengedepankan prinsip gotong-royong. Gotong-royong merupakan kata kunci untuk menjalankan kementerian secara bersama-sama.

"Bagi semuanya, saya berharap saya bisa mengenal anda semuanya lebih dalam. Saya akan belajar dan menjadi murid yang baik," ulang Nadiem.

Meski menyatakan tidak membawa konsep dan hanya ingin menjadi murid yang mau belajar, Nadiem sebenarnya sangat peduli dengan pendidikan sejak lama.

Saat meninjau perpustakaan Kemendikbud, Nadiem mengatakan buku favoritnya adalah buku karangan Paul Tough yakni "How Children Succeed: Grit, Curiosity, and the Hidden Power of Character".

Buku putih itu dipilih Nadiem dari jajaran buku-buku yang terpajang di perpustakaan itu. "Ini buku favorit saya sejak lama," kata Nadiem sambil memperlihatkan buku bersampul putih itu.

Mendikbud Nadiem Makarim dengan gamblang menjelaskan isi dari buku itu, bahwa kunci kesuksesan adalah karakter. Kesuksesan seorang anak terletak pada karakternya, seperti ketekunan, rasa ingin tahu, optimisme, dan pengendalian diri pada anak.

Oleh karena itu, Nadiem akan menekankan pada pendidikan karakter siswa. Sama seperti yang sudah dicanangkan oleh menteri sebelumnya Muhadjir Effendy melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Nadiem juga mengaku memang sejak lama ia ingin bergerak di sektor pendidikan. Meskipun tak pernah terbayangkan akhirnya bekerja di pemerintahan sebagai menteri.

"Cuma dari dulu yang saya pertimbangkan dan ingin banget memecahkan berbagai macam masalah, itu pendidikan."

Nadiem Makarim menambahkan saat bekerja di perusahaan multinasional, ia membuat organisasi yang namanya young leaders, yang mana tugasnya mendidik generasi muda.

"Saya sangat bersemangat menangani masalah pendidikan, karena potensi penyelesaian yang besar. Bukan hanya saat ini, tapi pada masa yang akan datang," terang dia.

Nadiem juga meyakini Indonesia tidak akan maju jika tidak mengubah generasi berikutnya melalui pendidikan. "Tanpa mengubah generasi berikutnya tidak akan bisa maju. Indonesia yang maju dengan sumber daya manusia yang unggul, merupakan visi terbesar Presiden Jokowi," katanya lagi.

Nadiem Makarim juga menyatakan bahwa semua masalah yang ada saat ini bisa diatasi dengan meningkatkan kualitas generasi. Kemudian untuk mentransformasi suatu negara menurut dia, juga harus melalui pendidikan, yakni tergantung kualitas generasi berikutnya.

Nadiem juga berjanji agar setiap sen pajak rakyat yang dibayar akan kembali dengan membawa manfaat pada bangsa dan negara.

"Saya belum bisa bilang seperti apa terobosannya, tapi berkaitan dengan teknologi dan milenial. Kami ingin fokus pada manusia yang keluar dari sistem pendidikan," cetus Nadiem Makarim.

Selamat bekerja Mas Menteri, buktikan Anda bisa. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler