jpnn.com, JAKARTA - Keputusan Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai mendikbud di Kabinet Indonesia Maju mendapat sorotan. Banyak pihak meragukan kemampuan bos GoJek itu mengurus bidang pendidikan.
Namun, banyak juga yang menilai keputusan Jokowi merupakan sebuah terobosan dan optimistis Nadiem bakal mampu memimpin kementerian yang sebelumnya dikomandani Muhadjir Effendy itu.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Ambil Buku Favoritnya, Bicara Pendidikan Karakter, Wouw!
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Erwin Akib menyatakan penunjukan Nadiem Makarim yang berusia 35 tahun sebagai mendikbud sesuai dengan tuntutan zaman di era Revolusi Industri 4.0.
"Sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0. Era ini menunjukkan jika pengalaman, usia dan lainnya itu tidak mutlak menjadi penentu atau menjadi leader, kita butuh gagasan baru terobosan baru dan langkah awal ditunjuknya Nadiem Makarim merupakan pintu awal dari era itu," ujar Erwin Akib di Makassar, Kamis (24/10).
BACA JUGA: ADKASI Yakin Tjahjo Serahkan DIM Revisi UU ASN, Demi Honorer K2
Erwin ngatakan jika melihat latar belakang usia dan pengalaman menteri termuda di Indonesia ini, pasti akan muncul keraguan dari berbagai kalangan.
Dikatakan Erwin lagi bahwa sosok Nadiem cukup relevan dengan tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini. Ia menyatakan tantangan dunia pendidikan saat ini berbeda dengan tantangan pendidikan pada dekade-dekade sebelumnya.
BACA JUGA: Nadiem Jadi Mendikbud, Guru Honorer Berdukacita
"Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya. Kita butuh sosok leader di bidang pendidikan yang memahami zaman baru ini," jelasnya.
Dia sangat optimis akan adanya inovasi dan terobosan dalam dunia pendidikan di bawah kendali Nadiem Makarim. Namun, Erwin juga mengingatkan bahwa ingin menata lembaga pendidikan, mulai TK hingga perguruan tinggi, tidaklah mudan.
Terlebih mendikbud harus memimpin puluhan ribu guru dan dosen, termasuk para guru besar yang tersebar di berbagai perguruan tinggi.
"Analoginya, Kemendikbud ini pesawat Boeing, besar dan banyak penumpang. Bukan pesawat tempur seperti F-16. Jika ingin melakukan perubahan, harus betul-betul dengan kajian matang, agar sesuai dengan kebutuhan semua stakeholder. Bukan pula kebijakan yang sekadar bersifat sensasional," katanya.
Erwin Akib menyatakan target Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, agar terjadi kesesuaian antara kompetensi alumni lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
"Kami memahami cara pandang Pak Jokowi, yang ingin pendidikan dikelola secara out of the box. Tidak terpasung dengan rutinitas dan tradisi selama ini. Kita harus melakukan lompatan," terangnya.
Secara khusus di level pendidikan dasar dan menengah, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan dan masalah yang harus ditangani Mendikbud, mulai dari masalah-masalah klasik hingga kontemporer.
"Pak Nadiem harus menjawab soal nasib guru honorer, maksimalisasi sertifikasi guru, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, serta sebaran tenaga pendidik," urai Erwin.
Nadiem juga harus mendorong pemerataan akses teknologi dan informasi bagi seluruh jenjang pendidikan, khususnya di kawasan 3T. Pengembangan dan penguatan SMK (vocational school) juga perlu mendapat dukungan maksimal dari Nadiem Makarim. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo